Kemenkes 5,75 Penderita Kusta di Indonesia Mengalami Kecacatan
![Kemenkes: 5,75% Penderita Kusta di Indonesia Mengalami Kecacatan](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/03/67c13025dfded2221547291233a18157.jpg)
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan sekitar 5,75% dari total 14.376 penderita kusta di Indonesia mengalami kecacatan akibat gangguan pada sistem saraf. Itu menandakan bahwa penyakit itu telah mencapai tahap lanjut pada sebagian penderita.
"Permasalahan kusta tidak hanya sebatas tingginya prevalensi, namun juga masih tingginya proporsi pasien dengan disabilitas tingkat dua sebesar 5,75%," ujar Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Sumiwi dalam agenda Peringatan Hari Penyakit Tropis Terabaikan (NTDs) 2024, Rabu (7/3).
Data terbaru Kemenkes mengungkapkan, sepanjang 2023, terdapat 14.376 kasus baru kusta yang dilaporkan dari 38 provinsi. Sebanyak 90% kasus kusta adalah tipe multibasiler dengan gejala rasa baal dan menyerang banyak cabang saraf. Adapun, dari total keseluruhan penderita, 8,20% adalah anak-anak.
Baca juga : Kemenkes: Masih Banyak Daerah di Indonesia yang Laporkan Penyakit Tropis
Ia mengatakan data tersebut mencerminkan bahwa penularan penyakit itu masih terjadi di lingkungan yang belum tertangani dengan baik.
Menurut Maria Endang Kusta memiliki target eliminasi kurang dari satu per 10.000 penduduk. Namun, hingga 2023, masih dilaporkan 14.376 kasus baru dengan 11 provinsi dan 124 kabupaten/kota masih memiliki prevalensi di atas satu per 10.000 penduduk.
Pada 2022, Indonesia pernah menempati posisi ketiga dunia dengan 12.612 kasus baru kusta.
Baca juga : WHO: Indonesia masih Hadapi Beban Penyakit Tropis Terabaikan
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kusta merupakan salah satu dari 21 penyakit tropis terabaikan di dunia yang perlu dieliminasi.
Salah satu upayanya adalah dengan menjaga lingkungan yang sehat bagi masyarakat.
Menurutnya, berbagai penyakit tropis terabaikan dapat dieliminasi jika masyarakat dapat menjaga lingkungan sehingga berbagai hewan dan binatang yang ada di lingkungan tidak membawa virus, bakteri, atau patogen penyakit.
"Memang, cara yang paling bagus dan paling benar, walaupun susah, adalah jaga lingkungannya. Kalau lingkungan tidak banyak nyamuk, segala penyakit yang dibawa nyamuk pasti menurun," tuturnya.
Ia juga menekankan upaya eradikasi dan eliminasi penyakit tropis terabaikan merupakan program kesehatan berkelanjutan yang tidak dapat selesai dalam satu atau dua tahun.
Upaya mengeliminasi penyakit-penyakit tersebut membutuhkan komitmen bersama. (Ant/Z-11)
Terkini Lainnya
Seleksi Calon Anggota DJSN Dibuka, 7 Pansel Telah Ditunjuk Presiden
Budi Sylvana: Saya tidak Bisa Menghindar dari Perintah Jabatan
Relaksasi SKP untuk Perpanjang Izin Praktik untuk Keringanan Bukan Pemutihan
Capaian Imunisasi Lengkap Nasional Masih di Bawah 50%
Dokter tanpa Etika dan Pembiaran oleh Otoritas Negara
7 Cara Mencegah Penularan Flu Burung
Kemenkes: Masih Banyak Daerah di Indonesia yang Laporkan Penyakit Tropis
WHO: Indonesia masih Hadapi Beban Penyakit Tropis Terabaikan
Masuk Musim Kemarau, Epidemiolog Ingatkan Potensi Merebaknya Berbagai Penyakit
Ancaman Malaria Meningkat di Musim Kemarau, Ini Gejala dan Tanda Bahayanya
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap