visitaaponce.com

Hadir di Sekolah Buddha Nalanda, Said Aqil Bicara soal Kebhinekaan yang Harmonis

Hadir di Sekolah Buddha Nalanda, Said Aqil Bicara soal Kebhinekaan yang Harmonis
Hadir dalam kegiatan sekolah Budha, Said Aqil tekankan menjaga kebhinekaan yang harmonis(Dok)

KETUA Umum PBNU periode 2010-2021 Said Aqil Sirajdj menekankan pentingnya menjaga kebhinekaan dalam kehidupan. Hal tersebut ia ungkapkan saat menjadi narasumber dalam acara Talk Show bertajuk : Semangat Pluralisme Untuk Merawat Bhineka Tunggal Ika yang digelar oleh Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda di Clubhouse Jakarta Garden City (JGC) Ballroom, Jakarta. 

Dalam kesempatan tersebut, Aqil menegaskan bahwa salah satu keindahan Indonesia karena adanya kebhinekaan yang harus terus dipertahankan. Tidak boleh ada satu golongan yang merasa lebih superior dan unggul dari golongan lain. 

"Kita tunjukkan bahwa kita  kebhinekaan. Tidak mungkin kita menang sendiri, paling berhak sendiri (maka kita) pertahankan kebhinekaan (karena) indahnya Indonesia ada kebhinekaan," kata Aqil, Sabtu (16/3).  

Baca juga : Dukung Penguatan Moderasi Beragama, Menag : Keragaman Merupakan Takdir Tuhan yang Harus Diterima

Aqil menjelaskan, dalam Islam, manusia diciptakan untuk membawa amanah yang mulia untuk menegakkan kemanusiaan. Hal itu merupakan amanah yang utama sebelum amanah agama, ilmu pengetahuan dan keluarga. 

Apalagi, lanjutnya, Islam memiliki arti damai dan menyelamatkan sehingga, umat Islam akan membuat lingkungan sekitarnya merasa aman. Juga tidak mengenal istilah radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. Lebih lanjut, dirinya menyampaikan, Nabi Muhammad SAW ketika hijrah dari Mekkah ke Madinah menjumpai masyarakat yang sangat plural. 

Di Madinah, jelasnya, terdapat kelompok Islam pendatang (muhajirin), Islam pribumi (anshor), dan non Islam yakni Yahudi. Di sana Nabi Muhammad kemudian berhasil menyatukan masyarakat yang plural tersebut dengan ikatan visi misi, bukan dengan konstitusi agama. 

Baca juga : Supriyadi Tegaskan Pentingnya Komitmen Menjalankan Amanah

“Nabi Muhammad sangat melarang umatnya untuk membunuh non Muslim dengan mengatakan, barang siapa yang membunuh non Muslim akan berhadapan dengannya. Barangsiapa yang berhadapan dengannya, tidak akan masuk surga,” tuturnya. 

Lebih lanjut, Said menyampaikan bahwa dirinya tidak sepakat bila agama dijadikan sebagai alat politik. Ia menjelaskan, agama bukan hanya membawa teologi tetapi membawa budaya. Ia menyebut bahwa percuma beragama tetapi hatinya dan perilakunya buruk. 

"Agama membangun spiritual. Membuka mata batin untuk membedakan mana yang baik mana yang buruk. Kalau sudah bisa akan estafet yang namanya moral untuk mendorong berbuat baik. Terakhir akan ada nurani yang memutuskan baik atau buruk," terangnya. 

Baca juga : Imlek 2024, Puan Ajak Masyarakat Jaga Kebersamaan dalam Perbedaan

Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa agama tidak boleh dijadikan politik, tetapi agama harus mengarahkan agar  berpolitik berjalan  dengan baik.  Aqil menekankan,  agama juga tidak boleh dijadikan untuk kepentingan ekonomi dan bisnis, tetapi agama dijadikan untuk mengarahkan agar berjalannya bisnis dengan baik. 

"Percuma beragama kalau tidak untuk kemanusiaan. Percuma masjid mewah besar kalau kanan kirinya orang miskin. Percuma gereja bersalib emas kalau anak-anak kanan kirinya kurus kering kurang makan. Percuma vihara besar dan mewah kalau membiarkan orang disekitarnya hidup dengan sengsara," pungkasnya. 

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Tokoh Agama Budha Ponijan Liaw menyampaikan apresiasinya atas kehadiran kiai Said Aqil Siroj yang hadir dalam acara ini.  Ia menyampaikan, untuk menjaga pluralisme atau semangat atas keberagaman khususnya di Indonesia dengan mendalami ajaran agamanya. 

Baca juga : Bersama Sambut Imlek dengan Keberagaman

Hal ini, kata dia, sesuai yang dikatakan oleh Romo Muji Sutisno. Ia menambahkan, apabila sesorang telah mendalami ajaran agamanya, maka pasti tidak akan menjadi orang yang rasis. 

"Karena agama tidak ada yang mengajarkan rasis. Karena saya 9 tahun belajar Islam gak pernah itu belajar itu (rasis)," ungkapnya. 

Menurutnya, apabila terjadi perbedaan, hal itu diakibatkan oleh penafsiran yang tidak sampai. Sebab, bila seseorang tidak sampai, maka kemungkinan akan mengada-ngada.

Baca juga : Pupuk Persatuan dalam Kemajemukan dan Sikap Moderat dalam Beragama

Ia mengapresiasi dari setiap pandangan dari kiai Said Aqil Siroj. Menurutnya, pandangan yang disampaikan oleh Kiai Said selalu  dilatar belakangi oleh pandangan yang disertai dengan nurani. 

"Kenapa bisa begitu? Karena agamanya sudah sangat dalam. Orang yang agamanya dangkal maka bicaranya dipermukaan, kalau sudah dalam bicaranya dari dalam," tegasnya.

Hadir dalam kegiatan ini di antaranya Ketua Yayasan Nalanda Tanju Liang, Ketua Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda Sutrisno, dan Anggota DPR RI Andi Najmi.(Z-8)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat