Pendidikan Dokter Spesialis Wajar Alami Fase Stres
![Pendidikan Dokter Spesialis Wajar Alami Fase Stres](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/04/083cd70c3615ccc61931f30da93f25a7.jpg)
SETIAP pendidikan pasti mengalami fase stres, baik melewati ujian ketika sekolah, masuk pekerjaan, apalagi pendidikan dokter spesialis. Pendidikan memang waktu seseorang ditempa untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman.
"Jangan berharap bahwa orang yang pendidikan itu akan senang-senang saja. Itu enggak mungkin. Mereka akan dibebani tugas, tanggung jawab, atau berbagai hal yang sampai batas tertentu. Itu kan bagian dari pendidikan," kata Pengurus Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dr Iqbal Mochtar saat dihubungi, Sabtu (20/4).
Bahkan pendidikan PPDS di luar negeri juga mengalami hal yang sama. Namun, jangan terlalu dilebih-lebihkan karena sampai saat ini prevalensi PPDS yang melakukan bunuh diri sangat kecil.
Baca juga : HUT Ke-58, Perdoski Tingkatan Kompetensi dan Peran Aktif Dokter Spesialis DVE
Pernyataan itu menyusul setelah munculnya penelitian dari Kementerian Kesehatan bahwa 22,4% peserta PPDS mengalami gejala depresi. Di antaranya 16,3% gejala depresi ringan; 4% gejala depresi sedang; 1,5% gejala dengan depresi sedang-berat; dan 0,6% gejala depresi berat.
Hasil tersebut merupakan skrining kesehatan jiwa yang menggunakan kuesioner Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9). Kuesioner dijawab oleh total 12.121 mahasiswa PPDS di 28 rumah sakit vertikal pada 21, 22, dan 24 Maret 2024.
Iqbal juga sempat menanyakan beberapa kolega PPDS yang mengisi questionnaire tersebut. Questionnaire itu terdiri dari 5-10 pertanyaan. Mereka menyelesaikannya dalam waktu 1 menit yang dilakukan secara tergesa-gesa karena merasa malas mengisi pertanyaan-pertanyaan tersebut.
"Kemudian dengan kondisi seperti ini dan hasil jawaban yang sangat sederhana seperti ini, tidak bisa dijadikan semacam benchmark dan kemudian membuat kesimpulan besar bahwa PPDS itu mengalami gangguan-gangguan kejiwaan," ujar dia.
Karena itu, Kemenkes bisa melakukan penelitian menggunakan alat yang adekuat, cermat, dan dilakukan dengan cermat pula. Kemudian hasilnya harus didiskusikan, dilihat kelebihan dan kekurangannya, nilai statistik, confidential interval, sebelum langsung diumumkan kepada masyarakat. (Z-2)
Terkini Lainnya
Kata Dokter, Olahraga Sambil Nonton Drakor Cukup
Kemenkes Dinilai belum Siap Implementasi SKP
Ini Dampak Buruk Alergi Susu pada Anak
Integrative & Functional Medicine: Pendekatan Holistik dalam Pengobatan Kanker
Ajarkan Anak Cara Tidur Berkualitas, Ada Tiga Tahapan
Ini Pentingnya Deteksi Dini dan Pengobatan Terkini Diseksi Aorta
Dokter tanpa Etika dan Pembiaran oleh Otoritas Negara
DPR Minta Mobilisasi Dokter Asing Diatur Ketat
Ini Cara Pemerintah Cetak Banyak Dokter Spesialis
Menkes: 29.000 Dokter Spesialis Harus Didistribusikan ke Kota dan Kabupaten se-Indonesia
Dokter Depresi?
Kurangi Potensi Stres, Distribusi Dokter Spesialis Perlu Diimbangi dengan Kesejahteraan
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap