visitaaponce.com

Muhammadiyah Tolak Disamakan dengan Salafi, ini Sembilan Perbedaannya

Muhammadiyah Tolak Disamakan dengan Salafi, ini Sembilan Perbedaannya
Logo Muhammadiyah.(Dok Muhammadiyah)

BANYAK orang mengira bahwa Muhammadiyah sama dengan Salafi (ada yang mengatakan Wahabi) karena ada beberapa yang mirip dalam hal pemikiran agama. Namun, Muhammadiyah menolak disamakan dengan gerakan yang secara pemikiran kebanyakan merujuk kepada Ahmad Ibn Hanbal (780-855 M), Ibnu Taimiyah (1268-1328 M), dan Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1792 M). 

Hal itu disampaikan Ketua PP Muhammadiyah Agung Danarto yang membeberkan perbedaan Muhammadiyah dengan Salafi. Ada sembilan perbedaan Muhammadiyah dengan Salafi Wahabi. Berikut penjabarannya sebagaimana dilansir dari situs web Muhammadiyah.or.id.

Perbedaan Muhammadiyah dengan Salafi

Ini deretan perbedaan antara Muhammadiyah dengan Salafi.

Baca juga: Upaya Muhammadiyah Menjaga Masjidnya dari Salafi

1. Pemaknaan kembali kepada Al-Qur'an dan Sunah.

Muhammadiyah dan Salafi sama-sama memiliki slogan kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunah. Akan tetapi metode pembacaannya berbeda. 

Menurut Agung, Muhammadiyah memahami dengan menggunakan akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam. Salafi memahaminya secara literal. "Pemahaman literal inilah yang membawa mereka pada pendapat tersulit dengan dalih kehati-hatian," kata Agung.

Baca juga : Tafsir Al-Fatihah Ayat 5 terkait Ibadah dan Meminta Pertolongan

2. Wacana kemodernan. 

Muhammadiyah menerima kemodernan dan melakukan modernisasi. Salafi menolak modernisasi, tetapi menerima produk teknologi. 

"Muhammadiyah menerima budaya barat yang sesuai dengan ajaran Islam dan menolak yang tidak sesuai. Salafi menolak budaya Barat," tuturnya.

Baca juga : Mengenal 8 Tanda Baca atau Harakat dalam Al-Quran yang Wajib Dipahami

3. Budaya lokal.

Pada persoalan budaya lokal, Muhammadiyah menerima budaya lokal dan melakukan islamisasi terhadap budaya lokal yang tidak sesuai. Salafi menolak budaya lokal dan mengacu pada budaya Arab yang tergambar dalam hadis.

4. Pendekatan amar makruf nahi munkar.

Muhammadiyah melakukan amar makruf secara individual dan kelembagaan. Secara individual dilakukan melalui pengajian, kultum, dan tabligh. Secara kelembagaan dilakukan secara sistematis melalui amal usaha. Nahi Munkar dilakukan secara sistemik. 

Salafi melakukan dengan tahzir dan hajr al-mubtadi'. Tahzir adalah memperingatkan. Hajr al-mubtadi' adalah mengisolasi/menyingkirkan pelaku bidah.

Baca juga : Bacaan Salat Jenazah Takbir Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat

5. Pandangan tentang NKRI.

Muhammadiyah mendirikan NKRI dan memperjuangkannya agar menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Sementara dalam tubuh Salafi terdapat perbedaan pandangan. 

Salafi Yamani patuh kepada pemerintah NKRI tetapi pasif. Dakwah mereka terfokus pada pembinaan akidah dan akhlak. Sedangkan Salafi Haraki dan Jihadi ingin mengganti dengan pemerintahan/negara Islam.

"Muhammadiyah memandang NKRI sudah cukup, tinggal mengisinya agar sesuai dengan ajaran Islam. Salafi Yamani apolitik, tetapi mengidolakan kehidupan berbangsa seperti zaman Nabi. Salafi Haraki dan Jihadi memperjuangkan terbentuknya negara Islam," ucap Agung.

Baca juga: Pengertian Hari Kiamat Menurut Islam dan Tanda-Tandanya

6. Akal dan agama.

Muhammadiyah berpandangan bahwa akal ialah perangkat yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia untuk bisa bertahan. Akal berfungsi memahami alam dan teks keagamaan. 

"Teks keagamaan perlu dipahami dengan menggunakan akal karena Islam diturunkan untuk semua umat manusia dengan berbagai latar budaya dan peradaban yang berbeda," papar Agung. 

Salafi mengabaikan peran akal dalam menafsirkan teks keagamaan. Bagi mereka, kebenaran itu tunggal dan hanya terletak dalam wahyu. Wahyu ialah sumber pertama manusia dan sumber terakhir yang tidak bisa diperselisihkan.

Baca juga: Pengertian Kiamat Sugra dan Kubra serta Tanda-Tandanya

Konsekuensinya, Muhammadiyah berpandangan bahwa rasionalitas dan pengembangan ilmu sosial diperlukan untuk memahami teks dan untuk membangun peradaban manusia yang maslahah dan islami. Salafi berpandangan bahwa rasionalitas dan pengembangan ilmu sosial ialah bid'ah, antifilsafat, dan antitasawuf.

7. Peran perempuan.

Menurut Muhammadiyah, perempuan memiliki peran domestik dan publik. Perempuan boleh menjadi pejabat publik dan boleh bepergian tanpa mahram bila keadaan aman dan terjaga dari fitnah. 

Menurut Salafi, peran perempuan di sektor domestik, sedangkan sektor publik milik laki laki. Perempuan bepergian harus bersama mahram.

Baca juga: Ahlussunnah wal Jamaah, Dalil Keutamaan dan Maknanya

"Menurut Muhammadiyah, perempuan sebagaimana laki-laki harus mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya di semua bidang ilmu. Menurut Salafi, perempuan perlu mendapatkan pendidikan yang baik, terutama keagamaan dan yang menopang peran domestiknya," ucap Agung.

8. Pakaian.

Bagi Muhammadiyah, pakaian yang penting menutup aurat. Boleh memakai pakaian tradisional, lokal, ataupun barat. Batik, sarung, peci, jas, celana panjang, kebaya, dan sejenisnya, biasa dipakai di Muhammadiyah. 

Cara berpakaian Salafi membiasakan empat identitas. Hal itu ialah jalabiya (pakaian panjang), isbal (celana cingkrang), lihya (jenggot), dan niqab (cadar).

Baca juga: Pembunuh 100 Orang Ingin Bertobat Akhirnya Dapat Rahmat atau Azab

9. Hiburan.

Bermusik, bernyanyi, main drama, teater, menurut Muhammadiyah, bisa menjadi media dakwah. Bagi Salafi, seni jenis itu tergolong bidah dan haram. Menonton TV, mendengarkan radio, dan hiburan dilarang.

Itulah sembilan perbedaan Muhammadiyah dengan Salafi. Semoga dapat dipahami. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat