visitaaponce.com

Ini Perbedaan Sikap Generasi dalam Persiapan Idul Adha

Ini Perbedaan Sikap Generasi dalam Persiapan Idul Adha
Dalam persiapan Idul Adha, survei Jakpat menemukan perbedaan sikap antar generasi terkait pemilihan kemasan daging kurban. (Antara)

SEBENTAR lagi umat Muslim merayakan Idul Adha. Berbicara Idul Adha identik dengan kurban. Ternyata ada perbedaan sikap terkait kemasan dalam antar generasi. 

Berdasarkan survei yang dilakukan Jakpat terhadap 1.383 responden, sembilan dari 10 responden mengaku menerima daging kurban dalam kemasan plastik. Pemilihan plastik dinilai 60% responden karena praktis. 

Berikutnya pembungkus yang dapat mencegah bakteri (55%), tidak mengkontaminasi daging (55%), dan ramah lingkungan (52%). 

Baca juga : Program Tebar Hewan Kurban 1444H untuk Pemerataan Kesejahteraan dan Kelestarian Alam

Gen X ternyata generasi yang paling memperhatikan kebersihan bungkus daging. Di mana 60% menjawab plastik. 

Namun, Gen X dan Gen Z memilih alternatif ramah lingkungan, Gen X memilih bungkus daun pisang/daun jati (44%), sementara Gen Z memilih untuk membawa wadah sendiri dari rumah (43%).

Selain itu dalam pemilihan hewan kurban, sebanyak 59% pembelian hewan kurban dilakukan secara langsung dari peternak dan 31% di pasar hewan. 

Baca juga : Idul Adha, Masyarakat Diimbau Terapkan Prinsip Ecoqurban

Selain itu, dalam survei tampak jelas perbedaan Gen Z, Milenial, dan Gen X dalam penyerahan daging kurban. Gen Z ternyata lebih memperhatikan kepada siapa daging diserahkan. Sedangkan Millenial dan Gen X memilih menyerahkan ke panitia. 

Terkait pembelian hewan kurban, kebanyakan responden sengaja membeli langsung dari peternak. Sebanyak 91% mengaku untuk mengetahui kualitas hewan, bisa negosiasi harga (66%), dan berinteraksi langsung dengan penjual (60%). 

Dengan pembelian langsung, sebanyak 47% responden mengaku mereka bisa merasakan keterlibatan langsung dalam proses kurban. 

Baca juga : Komunitas Ini Gunakan Wadah Ramah Lingkungan untuk Daging Kurban

“Meskipun pembelian online menawarkan kemudahan, alasan-alasan seperti memeriksa kualitas hewan, negosiasi harga, dan interaksi dengan penjual membuat banyak orang tetap memilih cara tradisional," ujar Septiana Widi Sugiastuti, Research Lead Jakpat, Selasa (4/6).

"Penyedia jasa kurban online dapat menawarkan layanan tambahan seperti video call untuk melihat kondisi hewan secara real-time atau jaminan kualitas dan pengembalian uang jika hewan tidak sesuai dengan yang dijanjikan,” lanjutnya. 

Untuk biaya, para responden mengaku menyiapkan dana Rp1,5-5 juta.(Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat