visitaaponce.com

Revitalisasi Kawasan Candi Muarajambi Turut Berdayakan Masyarakat

Revitalisasi Kawasan Candi Muarajambi Turut Berdayakan Masyarakat
Revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi(MI/INDRIYANI)

REVITALISASI Revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi tidak hanya berupa pekerjaan fisik.Tetapi juga bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Gubernur Jambi Al Haris menyampaikan Kawasan Candi Muarajambi punya daya tarik sejarah dan budaya. Namun, hal itu tidak berarti tanpa keterlibatan masyarakat untuk memahami dan menjaga peninggalan sejarah tersebut.

"Kita pugar candinya, baru nanti kita mengajak masyarakat untuk memahami seperti apa sejarahnya, nilainya. Masyarakat tidak hanya mereka menonton saja. Kita berdayakan mereka agar ekonomi setempat bisa bangkit," ujar Haris dalam acara Peletakan Batu Pertama Pembangunan Museum KCBN Muarajambi, Rabu (5/6).

Baca juga : Revitalisasi KCBN Muarajambi Upaya Menjaga Kebudayaan Masa Lampau

Revitalisasi KCBN Muarajambi yang dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) serta pemerintah provinsi Jambi telah menyerap ratusan pekerja yang merupakan warga sekitar. Selain itu, ujar Haris, masyarakat turut dilibatkan dan diberikan pelatihan usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) untuk mengangkat kekayaan budaya lokal seperti makanan dan kerajinan.

"Dia (masyarakat) bisa ikut sebagai pelaku UMKM. Ketika candi ini dipugar kembali, kita harapkan multiplier-nya mereka bisa punya usaha-usaha baru," tutur Haris.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud-Ristek Hilmar Farid mengatakan

Baca juga : Kelana Indonesiana.TV Ajak Anak Muda Jambi semakin Menghargai Cagar Budaya Muara Jambi

pembangunan tersebut tidak hanya memperbaiki infrastruktur fisik candi, tetapi juga melakukan kajian mendalam terhadap peradaban Muarajambi yang hilang.

"Melalui upaya ini, kami tidak hanya memperbaiki infrastruktur fisik, tetapi juga berkomitmen untuk melakukan

kajian mendalam peradaban Muarajambi yang hilang melalui ekskavasi benda sejarah," terang Hilmar.

Baca juga : Menko PMK: Candi Muaro Jambi Siap Direvitalisasi

Dia juga menegaskan optimisme pemerintah dalam pengembangan KCBN Muarajambi. Kawasan Candi Muarajambi diyakini sebagai salah satu situs arkeologi terbesar di Asia Tenggara dengan luas 3.981 hektare yang menjadi pusat pendidikan agama Buddha pada masa lampau.

"Dalam 5 tahun ke depan kita targetnya dia lebih hebat dari Angkor Wat karena potensinya ada," tukas Hilmar.

Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah V Jambi Agus Widiatmoko menjelaskan revitalisasi kawasan sudah dimulai sejak 2022 yang mencakup lahan seluas 130 hektare.

Baca juga : Kemendikbud Ristek Luncurkan Indonesia Heritage Agency di Yogyakarta

Konsep revitalisasi kawasan serta Rencana Penataan Ruang Pelestarian mencakup lima belas candi dan area sekitarnya. Untuk pekerjaan fisik, ujar Agus, sudah dilakukan pemugaran terhadap empat candi. Kemudian pemugaran dilanjutkan pada 2024 meliputi Candi Kotomahligai, Candi Parit Duku, alun-alun, dan Candi Sialang.

"Tahun ini juga kita lanjutkan penataan lingkungan mencakup lima lokasi, yaitu Candi Kotomahligai, Candi Kedaton, Candi gedong, Candi sialang, dan Candi Astano," papar Agus.

Mempertahankan Ekosistem

Proses pemugaran candi tidak mengabaikan ekosistem sekitarnya. Koordinator Pemugaran Candi Kotomahligai Kurnia Prastowo Adi mengatakan di lokasi konstruksi Candi Kotomahligai, ada pepohonan yang tumbuh di atas struktur serta akar yang melintang. Dahulu, terang Prastowo, lokasi tersebut merupakan perkebunan milik warga. Namun, pepohonan dan akar tidak mengganggu struktur fisik candi sehingga masih bisa dipertahankan.

"Karena di sini humusnya rendah sekitar 30centimeter dari permukaan sehingga banyak akar pohon yang ke luar (tidak di atas tanah). Tapi kita pantau diameternya," terang Prastowo.

Selain itu, menurut Prastowo dengan melestarikan ekosistem di sekitar candi membuat batu bata yang penyusun candi menjadi lebih awet.

"Kalau terkena cuaca panas dan dingin lebih cepat rusak," tuturnya. 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat