Kemendikbud Ristek Luncurkan Indonesia Heritage Agency di Yogyakarta
![Kemendikbud Ristek Luncurkan Indonesia Heritage Agency di Yogyakarta](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/05/e9d2b28eb2f4b181a1951c2bb827268c.jpg)
KEMENTERIAN Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) meluncurkan Indonesian Heritage Agency (IHA), Kamis (16/5), malam ini di Museum Benteng Vredeburg, Kota Yogyakarta.
Badan layanan umum yang beroperasi di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Republik Indonesia ini bertanggung jawab atas pengelolaan 18 museum dan 34 cagar budaya nasional, memastikan pelestarian, dan pemanfaatan optimal warisan budaya Indonesia.
Rangkaian peluncuran IHA yang dilaksanakan hari ini (16/5), sejalan dengan momentum peringatan Hari Museum Internasional.
Baca juga : FSGI Soroti Tingginya Kasus Kekerasan di Satuan Pendidikan
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid mengatakan, pendirian IHA telah meletakkan salah satu tonggak penting dalam upaya pelestarian warisan budaya di Indonesia.
"Hal ini bukan hanya tentang pengelolaan museum dan cagar budaya, tetapi juga tentang bagaimana kita, sebagai bangsa, memanfaatkan dan merawat kekayaan budaya yang kita miliki," terang dia.
IHA, yang dibentuk pada tanggal 1 September 2023 sebagai Badan Layanan Umum, memiliki visi untuk menjadikan museum dan cagar budaya sebagai ruang kolaboratif terbuka yang memperkaya pengetahuan sejarah dan budaya.
Baca juga : Menuju Era Baru Pelestarian Budaya Indonesia Bersama Indonesian Heritage Agency
Hilmar Farid berharap, IHA menjadi motor penggerak dalam mewujudkan masyarakat yang berbudaya. Menurutnya, museum dan cagar budaya harus dikelola dengan cara yang lebih profesional, sehingga betul-betul menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan yang menyenangkan bagi masyarakat.
“Sebagai warisan budaya, Museum dan Cagar Budaya pasti harus dilindungi, namun lebih penting ia memberi manfaat bagi masyarakat,” tegas Hilmar.
Hilmar Farid menambahkan, upaya pemerintah mereimajinasi Museum dan Cagar Budaya akan melibatkan berbagai pihak dan pemangku kepentingan. Untuk memastikan langkah tersebut berjalan, setiap langkah dalam proses reimajinasi yang berjalan tidak hanya bermakna dan bermanfaat untuk generasi saat ini, tapi juga untuk generasi di masa mendatang.
Baca juga : Menengok Kelenteng Tertua di Yogyakarta dan Persiapannya Menyambut Imlek
“Keterlibatan masyarakat, khususnya mereka yang hidup berdampingan dengan museum dan cagar budaya, menjadi prioritas. Hal ini kita lakukan untuk memastikan keberlanjutan menjadi kunci utama,” papar dia.
Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt.) Kepala IHA, Ahmad Mahendra menjelaskan,terdapat dua upaya guna mewujudkan komitmen IHA dalam memelihara dan melestarikan warisan budaya dan sejarah Indonesia.
“Optimalisasi standar pelayanan dan pengelolaan serta konsistensi upaya revitalisasi yang merata pada seluruh museum dan cagar budaya dibawah naungan IHA adalah kunci untuk meningkatkan pengalaman pengunjung, sekaligus mendekatkan diri kepada publik,” papar dia saat konferensi pers.
Baca juga : Indonesia Heritage Agency Tinjau Revitalisasi Kawasan Cagar Candi Muaro Jambi
IHA akan diluncurkan secara resmi oleh Mendikbud Ristek di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta dan dihadiri oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X, perwakilan negara sahabat, serta pelaku budaya dari berbagai kalangan.
Revitalisasi Museum dan Cagar Budaya
Sejumlah museum dan cagar budaya lainnya saat ini telah dan sedang direvitalisasi dengan menekankan pendekatan konsep reimajinasi yang lebih relevan baik dari sisi sosial maupun budaya. Ahmad Mahendra menjelaskan bahwa konsep reimajinasi IHA digagas berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yang mencakup tiga pilar utama (Reimajinasi), yaitu reprogramming (pemrograman ulang), redesigning (perancangan ulang), dan reinvigorating (penyegaran kembali).
Reprogramming adalah tentang memprogram ulang koleksi dan kuratorial, mempertajam narasi besar dari setiap museum dan cagar budaya untuk memastikan bahwa kisah-kisah yang diceritakan tidak hanya berakar dalam sejarah, tetapi juga relevan dengan konteks sosial dan budaya saat ini.
"Reprogramming bertujuan untuk menciptakan sebuah narasi yang berkelanjutan dan dinamis, menghubungkan masa lalu dengan masa depan," papar dia.
Redesigning merupakan bentuk perancangan ulang untuk memperkaya pengalaman pengunjung, mengutamakan estetika, keselamatan, dan kenyamanan, serta penghormatan terhadap koleksi warisan budaya. Perancangan ulang akan mematuhi standar human design yang menghormati setiap koleksi, dengan memaksimalkan keterlibatan pengunjung.
Sementara itu, Reinvigorating bermaksud membawa semangat baru ke dalam kapasitas lembaga. "IHA berkomitmen untuk meningkatkan profesionalisme dan kompetensi individu yang terlibat dalam mengelola dan mengemban tugas lembaga ini, menjamin keberlanjutan dari setiap inisiatif yang dilaksanakan," tutup dia.
(Z-9)
Terkini Lainnya
Revitalisasi Museum dan Cagar Budaya
Harga Tiket Museum Dinilai Terlalu Murah
Pameran Seni Tanah Liat Albert Yonathan
Eugene Museum Bakal Hadir di Bali Mulai 2026
Revitalisasi KCBN Muarajambi Upaya Menjaga Kebudayaan Masa Lampau
Tingkatkan Peran Museum sebagai Rumah Belajar, Entitas Sejarah, dan Budaya
Butuh Inovasi untuk Pengelolaan Museum
Dokter Spesialis SKP
Profesor Jabatan Akademik, bukan Gelar
Guru Besar di Indonesia: Mendorong Prestise dan Kualitas Akademik
Memahami Perlinsos, Bansos, dan Jamsos
Menyempitnya Ruang Fiskal APBN Periode Transisi Pemerintahan
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap