visitaaponce.com

Menengok Kelenteng Tertua di Yogyakarta dan Persiapannya Menyambut Imlek

Menengok Kelenteng Tertua di Yogyakarta dan Persiapannya Menyambut Imlek
Kelenteng Twan Tee Kiong atau akrab dengan sebutan Kelenteng Poncowinatan, Yogyakarta.(Dok. Medcom)

AROMA dupa akan menyeruak ketika mendekati bangunan di Jalan Poncowinatan No.16, Kelurahan Gowongan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta. Aroma dupa tersebut bersumber dari Kelenteng Twan Tee Kiong atau akrab dengan sebutan Kelenteng Poncowinatan yang tengah berbenah menjelang perayaan Imlek.

Bangunan yang dominan warna merah tersebut tampak meriah dengan berbagai ornamen, khususnya lampion. Kelenteng Poncowinatan merupakan yang tertua di antara dua kelenteng yang ada di Yogyakarta. Satu kelenteng lainnya yakni Kelenteng Fuk Ling Miau di Kecamatan Gondomanan.

"Bangunan kelenteng Poncowinatan ini didirikan 1879. Saya sekarang (pengurus) generasi ketiga," kata salah satu pengurus Kelenteng Poncowinatan, Margomulyo ditemui pada di kelenteng tersebut pada Rabu, 7 Februari 2024.

Baca juga : Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto Siapkan 400 Lilin untuk Imlek 2575

Melansir situs Pemerinta DIY, jogjaprov.go.id, Kelenteng Poncowinatan atau Klenteng Kwan Tee Kiong didirikan oleh etnis Tionghoa. Bangunan ini bermula dari ditetapkannya Kawasan Poncowinatan sebagai Chinese Town (de Chinese bevolking) oleh Keraton Yogyakarta pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VII.

Kelenteng yang dikelola Yayasan Bhakti Loka ini merupakan salah satu benda atau Bangunan Cagar Budaya (BCB) yang dimiliki Kota Yogyakarta. Bagian dalam kelenteng terbagi menjadi beberapa ruangan. Antara lain ruangan suci utama sebagai pusatnya, yang dikelilingi ruang-ruang pemujaan dewa. Kemudian gudang dan ruang kamar penjaga kelenteng.

"Kelenteng ini tertua di Yogyakarta, bersama (Kelenteng) Gondomanan. Ini yang tertua," kata Margomulyo di sela menyiapkan Imlek di lokasi tersebut.

Baca juga : Konflik Internal Klenteng Kwan Sing Bio Tuban Berakhir Damai

Selama keberadaan bangunan tersebut, ia melanjutkan, tidak perubahan signifikan yang dilakukan. Hal ini tak lepas dari bangunan yang telah ditetapkan menjadi bagian Cagar Budaya dan dilindungi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Yang berubah cuma lantai-lantai saja, atap dan ruang utama dalam sama. Biasanya paling memperbarui cat yang pudar. Tiang-tiang juga masih asli," kata dia.

Margomulyo juga mengatakan Kelenteng Poncowinatan juga memiliki makna tempat pembelajaran. Hal itu tak lepas dari keberadaan Sekolah Dasar Tionghoa (Sekolah Tiong Hoa Hak Tong) yang didirikan Tiong Hoa Hwee Koan (THHK). Sekolah tersebut terletak di sebelah barat kelenteng yang saat ini digunakan sebagai Sekolah Budya Wacana. Selain bangunan untuk kegiatan belajar mengajar, juga terdapat lapangan untuk berlatih kungfu dan berbagai kegiatan lain.

Baca juga : Jelang Imlek, Lilin-lilin Besar Hiasi Vihara di Kota Bandung

Bersejarahnya bangunan Kelenteng Poncowinatan juga berimplikasi pada situasi kekinian. Ia mengatakan jemaat yang menjalankan ibadah kini dominan sudah orang tua.

"Kurang lebih 100 naik turunnya. Jemaat sini lebih ke yang tua-tua, yang muda-muda jarang," ujarnya.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat