Menuju Era Baru Pelestarian Budaya Indonesia Bersama Indonesian Heritage Agency
![Menuju Era Baru Pelestarian Budaya Indonesia Bersama Indonesian Heritage Agency](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/03/adb015cd0671e04e309945f3a5ef75d9.jpg)
UNESCO menyoroti pelestarian warisan budaya sebagai kunci identitas nasional dan keberlanjutan, mendukung ekspresi budaya, dan mengatasi tantangan global. Ini esensial untuk Sustainable Development Goals (SDGs), memajukan ekonomi kreatif dan inovasi sosial, serta memperkuat komunitas. Pelestarian budaya berkontribusi pada pembangunan inklusif dan berkelanjutan, memperkaya masyarakat secara luas.
Dalam upaya mempertahankan kekayaan budaya sebagai aspek vital pembangunan berkelanjutan dan identitas bangsa, Indonesian Heritage Agency (IHA), sebuah badan layanan umum yang beroperasi di bawah naungan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berinisiatif memperkuat warisan budaya untuk menginspirasi generasi sekarang dan mendatang.
Mengakui peran warisan budaya dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), (Plt.) Kepala BLU Museum dan Cagar Budaya (MCB), Ahmad Mahendra, menyatakan bahwa IHA berkomitmen mengelola museum dan ruang publik untuk meningkatkan apresiasi publik.
Baca juga : Indonesia Heritage Agency Tinjau Revitalisasi Kawasan Cagar Candi Muaro Jambi
Upaya ini mencerminkan tanggung jawab dan peluang IHA dalam menjaga nilai sejarah dan budaya, dengan tujuan membangun fondasi budaya yang kuat untuk masa depan Indonesia.
Mahendra menambahkan, “Transformasi menyeluruh dalam mengelola ruang publik di museum dan cagar budaya, yang mencakup narasi, lokasi, peninggalan, tata letak pameran, dan program-program yang ditawarkan merupakan proses yang sangat krusial. Transformasi ini diarahkan untuk lebih dari sekadar pemeliharaan artefak; ini tentang reimajinasi museum dan situs warisan sebagai ruang komunal di mana pengalaman dapat dibagi dan narasi sejarah serta warisan budaya Indonesia dapat diperkaya dan diperluas.”
Mahendra menjelaskan Reimajinasi Warisan Budaya melibatkan tiga aspek utama: reprogramming, redesigning, dan reinvigorating. Reprogramming fokus pada pembaruan kuratorial dan koleksi untuk mengubah narasi besar yang disampaikan oleh museum dan situs warisan.
Baca juga : Museum Keramik, Tekstil, dan Wayang di Jakarta Kembali Dibuka
Redesigning bertujuan untuk merenovasi bangunan dan ruang agar tidak hanya estetis tetapi juga aman dan nyaman, mematuhi standar keselamatan untuk melindungi koleksi berharga serta meningkatkan pengalaman pengunjung.
Reinvigorating berfokus pada penguatan kelembagaan melalui profesionalisme dan peningkatan kompetensi individu, memastikan bahwa setiap aspek pengelolaan museum dan situs warisan berjalan dengan standar tertinggi.
Untuk mewujudkan visi reimajinasi ini, dalam tahapan pilar reprogramming telah dilakukan pemaknaan yang menyeluruh dari sisi narasi yang dapat disampaikan oleh masing-masing museum, baik dari sisi lokasi, peninggalannya, tata pamer hingga programnya. Saat ini IHA mengklasifikasikan unit museum yang berada di bawah pengelolaannya menjadi lima klasifikasi museum yakni:
Baca juga : IHA Hadirkan Ruang Wicara untuk Optimalkan Inovasi Pelayanan Museum
1. Museum Prasejarah
Menyimpan fosil manusia, artefak, dan fosil fauna dari zaman prasejarah, seperti fosil manusia purba Homo erectus dari Jawa, Homo sapiens awal, fosil gajah purba kerdil (Stegodon pygmy semedonensis), artefak batu, artefak tulang, dan artefak logam, yang ditemukan di berbagai lokasi di dalam Kawasan Sangiran, Semedo, dan Song Terus.
Museum-museum ini mengangkat kisah mengenai kehidupan masa prasejarah di Indonesia dan memberikan wawasan tentang peradaban awal Nusantara.
Baca juga : Tiongkok Sukses Digitalisasi Separuh Benda Koleksi Museum Istana
2. Museum Sejarah Nasional
Menampilkan perjalanan sejarah bangsa Indonesia, dari semangat kebangkitan nasional di Gedung Museum Kebangkitan Nasional, perjuangan pemuda di Museum Sumpah Pemuda, perumusan naskah proklamasi kemerdekaan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, hingga perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia di Museum Perjuangan dan Museum Benteng Vredeburg di D.I. Yogyakarta.
Museum ini menghubungkan benang merah sejarah bangsa Indonesia melalui perjuangannya melawan kolonialisme.
Baca juga : Kemendikbudristek Gelar Sosialisasi Museum dan Cagar Budaya di Tegal
3. Museum dan Galeri Seni
Seperti Galeri Nasional Indonesia, Museum Batik Indonesia dan Museum Basoeki Abdullah, klasifikasi ini difokuskan pada ruang inspirasi seni untuk publik. Dengan berbagai program dan kegiatan kolaborasi, museum-museum ini berupaya melestarikan dan mengedukasi tentang warisan budaya nusantara melalui seni.
4. Museum Tokoh Bangsa
Baca juga : Museum Nasional bakal Dilengkapi Sistem Mitigasi Kebakaran yang Canggih
Mendedikasikan koleksinya untuk memperingati tokoh-tokoh penting dalam sejarah Indonesia, seperti Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dan Museum Islam Indonesia K.H. Hasyim Asy’ari. Museum-museum ini mengingatkan pengunjung akan pentingnya memahami sejarah melalui peran individu-individu yang telah membentuk bangsa.
5. Museum Representasi dan Etalase Budaya Nusantara
Museum Nasional Indonesia berdiri sebagai "rumah" dari ribuan artefak bersejarah dari berbagai era di Nusantara, mewakili budaya dan warisan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Museum ini menjadi etalase utama dari kekayaan dan keberagaman budaya bangsa Indonesia serta sejarah peradaban Nusantara.
Ketua Tim Kuratorial dan Pameran, Indonesian Heritage Agency, Zamrud Setya Negara menegaskan, “Setiap klasifikasi museum ini membawa misi khusus dalam mengedukasi dan menginspirasi publik mengenai kekayaan sejarah dan budaya Indonesia, sejalan dengan visi IHA untuk mereimajinasikan museum dan cagar budaya sebagai ruang komunal yang dinamis dan interaktif bagi pengunjung.”
Dalam mengarah ke masa depan yang inklusif dan berkelanjutan, IHA menetapkan standar baru dalam pelestarian warisan budaya. Visi dan komitmen untuk menginspirasi generasi mendatang telah mengubah museum dan situs warisan menjadi ruang komunal yang interaktif dan dinamis. Pendekatan reprogramming, redesigning, dan reinvigorating akan memperkaya pengalaman publik, memastikan kekayaan budaya Indonesia tetap relevan dan berkembang. (RO/Z-1)
Terkini Lainnya
Pameran Seni Tanah Liat Albert Yonathan
Eugene Museum Bakal Hadir di Bali Mulai 2026
Revitalisasi KCBN Muarajambi Upaya Menjaga Kebudayaan Masa Lampau
Tingkatkan Peran Museum sebagai Rumah Belajar, Entitas Sejarah, dan Budaya
Butuh Inovasi untuk Pengelolaan Museum
Tata Kelola Museum di Indonesia masih Carut-Marut
Swasta Bantu Pugar Cagar Budaya Pura Mangkunegaran Surakarta
Melibatkan Masyarakat dalam Memelihara Cagar Budaya
Revitalisasi Kawasan Candi Muarajambi Turut Berdayakan Masyarakat
Menyongsong Museum sebagai Ruang Publik Inovatif
Kemendikbud Ristek Luncurkan Indonesia Heritage Agency di Yogyakarta
Indonesian Heritage Agency Revitalisasi Museum Benteng Vredeburg
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap