visitaaponce.com

Guru Besar UPI Sebut Pembelajaran Work-Based Learning Kembangkan Skill Set Lulusan Pendidikan Kejuruan

Guru Besar UPI Sebut Pembelajaran Work-Based Learning Kembangkan Skill Set Lulusan Pendidikan Kejuruan
Prof. Dr. Sri Subekti.(Dok UPI)

GURU Besar Universitas Pendidikan Indonesia dalam bidang Ilmu Pembelajaran Vokasional Tata Boga pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Prof. Dr. Sri Subekti, M.Pd menyampaikan pidato pengukuhan guru besar tentang Employability Skills: Pengembangan Skill Set Lulusan Pendidikan Kejuruan Melalui Pembelajaran Work-Based Learning Guru. Pengukuhan guru besar secara resmi dilakukan oleh Rektor UPI dikampus UPI pada Rabu (5/6/2024).

Perubahan cara kerja dan cara hidup yang pesat merupakan distrupsi yang mendorong sistem pendidikan kejuruan dalam melakukan inovasi, meningkatkan kapasitas tuntutan keterampilan masa depan, dan akses untuk mencapai keterampilan. 

"Laju perkembangan teknologi turut menyebabkan depresiasi keterampilan sehingga muncul kesenjangan keterampilan pekerja, dan tuntuan keterampilan masa depan," kata Prof. Sri Subekti

Baca juga : Prof Dadang Juandi: Tingkatkan Peran Meta-Analisis dalam Evaluasi dan Pengembangan Pembelajaran Matematika

Kondisi ini, lanjutnya memaksa pendidikan kejuruan untuk lebih responsif dalam melakukan transformasi pengembangan sumber daya manusia berkelanjutan).

Dominasi angka pengangguran tahun 2022 berdasarkan tingkat pendidikan di Indonesia masih ditempati oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kesenjangan antara lulusan SMK dengan kebutuhan pasar tenaga kerja masih tinggi. Tingkat penganguran ini disebabkan oleh berbagai faktor. Kebijakan ekspansi pendidikan, kesalahan dalam memilih instistusi, dan kurangnya keterampilan yang dibutuhkan pasar tenaga kerja lokal dan global. Bergesernya permintaan pekerjaan dan hilangnya pekerjaan perlu juga disikapi dengan pembaharuan praktik pendidikan dan pengajaran.

Sistem pendidikan kejuruan dituntut untuk menghasilkan lulusan yang dilengkapi dengan keterampilan kerja yang dibutuhkan. Pengembangan keterampilan dan kemampuan manusia melalui pendidikan kejuruan masih dianggap sebagai katalis keberhasilan ekonomi, kesejahteraan individu, dan kohesi masyarakat. Identifikasi kompetensi yang dibutuhkan untuk setiap pekerjaan perlu ditangani sehingga prasyarat individu dapat dipersiapkan dengan sebaik- baiknya.

Baca juga : Guru Besar UPI: Integrasikan Penerapan Competency Based Assessment di SMK di Kurikulum

Temuan literatur mengungkap pengusaha paling menghargai pekerja yang memiliki keterampilan komunikasi, keterampilan problem solving, dan keterampilan kerja sama. 

"Tiga keterampilan ini termasuk employability skills yang dibutuhkan oleh industri," kata Prof Sri. 

Employability skills merupakan basic skills utama untuk mendapatkan pekerjaan kategori baik dan layak. International Labor Organization (ILO, 2015) mendefinisikan employability skill sebagai keterampilan, pengetahuan, dan kompetensi yang dapat meningkatkan kemampuan pekerja untuk mendapatkan mempertahankan pekerjaan.

Baca juga : Pakaian Buatan Para Guru SMK Hasil Vokasi Laku Dijual di Paris

Kurikulum pendidikan kejuruan terus dikembangkan dan dikaji agar menghasilkan lulusan dengan keterampilan dan kualitas sesuai dituntut dunia kerja. Strategi pembelajaran relevan yang membekali siswa dengan keterampilan dan kualitas harus digunakan. Pembelajaran berbasis kerja atau work-based learning adalah salah satu model pembelajaran paling tepat yang memungkinkan siswa merasa nyaman dengan beberapa tugas atau kewajiban di tempat kerja. Ciri khas dari work-based learning adalah adanya hubungan kerja sama antara lembaga pendidikan dan organisasi eksternal atau komunitas praktik yang secara khusus dapat mendorong pembelajaran.

Temuan penelitian implementasi work-based learning di tiga SMK yang menjadi objek penelitian menunjukan pola pembelajaran menarik sebagai ciri khas setiap SMK. Penelitian dilakukan di SMK yang menerapkan work-based learning pada teaching factory produksi roti. Konsepsi dasar teaching factory ini adalah “Factory to Classroom” dengan tujuan melakukan transfer lingkungan produksi di industri secara nyata pada ruang praktik sehingga selaras antara pembelajaran dengan kebutuhan pasar kerja.

Implementasi pembelajaran work-based learning pada setiap sekolah kejuruan dianalisis dengan wawancara semi terstruktur pada pengelola teaching factory. Aspek yang digali meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dalam ruang kelas, pelaksanaan pembelajaran di pabrik, pelaksanaan proses produksi, pemasaran produk, dan evaluasi implementasi teaching factory. Persamaan dan perbedaan implementasi pembelajaran diidentifikasi dan dikomparasi dengan hasil pengukuran employability skills untuk diketahui kegiatan pembelajaran yang berkontribusi pada peningkatkan employability skills siswa.

Baca juga : Kemnaker RI Komit Hadirkan Pelatihan Vokasi yang Berkualitas

Tuntutan dunia kerja dan industri terkait employability skills calon pekerja dinilai sangat penting untuk dipersiapkan sesuai dengan karakteristisk kebutuhan pasar kerja saat ini. Employability skills utama yang harus dimiliki calon pekerja adalah keterampilan komunikasi, keterampilan problem solving dan keterampilan kerjasama. Tiga keterampilan tersebut secara khusus terkait dengan kemampuan bekerja seseorang untuk dapat bertahan dan berprestasi di dunia kerja sehingga harus diperhatikan peningkatannya.

Implementasi proses pembelajaran dianggap sebagai pangkal peningkatan employability skills karena terdapat faktor yang saling berinteraksi selama proses pembelajaran berlangsung. Ketepatan memilih model pembelajaran berkontribusi terhadap hasil pembelajaran, karena dapat menggambarkan dan menghubungkan elemen-elemen kunci dalam pembelajaran itu sendiri. Model pembelajaran work- based learning dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar real job, serta menerapkan prinsip student center learning. Model pembelajaran ini cukup efektif apabila diimplementasikan pada mata pelajaran produktif di SMK.

Analisis implementasi WBL-teaching factory di tiga SMK menunjukan ciri khas pada setiap sekolah sebagai kelebihan dari masing-masing SMK, yang selanjutnya dijadikan dasar pengembangan model hipotetik work-based learning untuk peningkatan employability skills. Kelebihan yang ditemukan diadopsi oleh penulis sebagai dasar pengembangan model. Adapun kelemahan yang menjadi dasar untuk mencari alternatif solusi dalam pengembangan work-based learning.

Program yang terintegrasi dengan kurikulum merupakan kelebihan yang cukup menguntungkan siswa, karena memiliki kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar sesuai dengan situasi kerja di lapangan. Selain itu perhatian sekolah dengan memberikan kesempatan siswanya bekerja sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya sangat berpihak pada siswa. Kerjasama yang kuat antara pendidikan kejuruan dan tuntutan pasar tenaga kerja, meningkatkan kesempatan siswa untuk mendapatkan pekerjaan. Kelebihan lainnya adalah adanya standar tetap yang harus diperhatikan oleh siswa dalam work-based learning dari perisapan bahan baku hingga pendistribusian produk.

Dampak teoritis model hipotetik work based learning adalah secara teori menambah khasanah baru mengenai model hipotetik yang dapat digunakan di dunia pendidikan khususnya di pendidikan vokasi, dimana model hipotetik work based learning merupakan salah satu cara yang lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan dan perilaku karyawan berbasis kerja.

Secara praktis model hipotetik work based learning bisa menjadi model yang layak dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan lulusan SMK, dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan hal tersebut berdampak pada peningkatan kepercayaan industry terhadap SMK. Integrasi model hipotetik work based learning dalam proses pembelajaran dapat menghubungkan tujuan strategis dengan kurikulum yang diintegrasikan di SMK.

Employability skills merupakan kompetensi non teknis yang harus dimiliki oleh setiap orang yang ingin terserap oleh pasar tenaga kerja. Salah satu penilaian yang digunakan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan kejuruan adalah rubrik. Penggunaan rubrik elektronik merupakan salah satu strategi untuk menilai tugas atau proyek siswa serta penggunaan erubrik sebagai salah satu alternatif yang dapat dipilih dalam mengevaluasi evaluasi hasil kerja.

Rancangan penilaian kinerja dalam penelitian ini berbasis web dengan menggunakan platform SmartRubric. Kajian hasil penelitian mengarah pada kesimpulan bahwa work-based learning memberikan pengaruh dan kontribusi terhadap peningkatan employability skills, baik keterampilan komunikasi, keterampilan kerjasama, dan keterampilan problem solving. Keterampilan tersebut merupakan prasyarat bagi seseorang untuk meningkatkan kualitas keterampilan dan kompetensi kerja sesuai dengan tuntutan dunia kerja.

Pendekatan pembelajaran ini menempatkan siswa sebagai subjek yang secara aktif menggali pengalaman melalui berbagai bentuk penempatan kerja profesional pada tatanan kerja nyata. E-rubric sebagai salah satu learning evaluation system memberikan solusi dan kemudahan bagi guru atau pendidik lainnya dalam melakukan penialain baik manual atau online. Rubrik analitik yang digunakan untuk menilai perkembangan employability skills siswa telah dikembangkan menjadi e-rubric.

Penelitian lanjutan yang akan dikembangkan oleh peneliti adalah hilirisasi dan sosialisasi model hipotetk model work based learning di berbagai SMK. Model hipotetik work based learning akan di sesuaikan dengan karakteristik dari masing- masing sekolah. Oleh sebab itu tahap awal adalah melakukan need analisys untuk melihat karakteristik dari masing-masing sekolah, setelah mengetahui kondisi awal masing-masing sekolah selanjutnya dapat merancang program untuk implementasi dari model hipotetik work based learning, tahap implementasi akan mengalami perubahan dan penyesuaian sesuai dengan kondisi dan karakteristik dari masing-masing sekolah. (H-2)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat