visitaaponce.com

Penderita Aritmia Diminta tidak Dipijat di Bagian Leher

Penderita Aritmia Diminta tidak Dipijat di Bagian Leher
Ilustrasi(Freepik)

DOKTER spesialis jantung dan pembuluh darah lulusan Universitas Indonesia Alexandra Gabriella mengatakan seseorang yang mengidap gangguan irama jantung atau aritmia disarankan untuk tidak melakukan pijat di bagian leher untuk mempertahankan kualitas hidup mereka.

"Kalau sudah umur tidak disarankan pergi ke tukang urut dan di pijat di leher karena ada saraf vagus yang menekan detak jantung jadi lebih rendah kalau ditekan pada orang tua dan risiko aritimia," kata dokter yang akrab disapa Gabi itu, dikutip Selasa (11/6).

Ia menjelaskan pada leher terdapat saraf penting bernama nervus vagus yang mengatur ritme jantung dan tekanan darah. Jika saraf tersebut ditekan atau diurut bisa menyebabkan detak jantung semakin rendah dan memicu efek samping seperti tekanan darah yang semakin turun, membuat pandangan menjadi kabur dan gelap bahkan sampai pingsan.

Baca juga : Penanganan Dasar Henti Jantung yang Salah Bisa Sebabkan Kematian

Pada orang yang belum pernah memeriksakan permasalahan di leher, prosedur pemijatan di leher dapat berisiko pengapuran dan plak yang terbawa di aliran darah ke otak dan berisiko menyebabkan stroke.

Untuk menjaga kualitas hidup pasien dengan aritmia, disarankan untuk melakukan kegiatan yang disarankan dokter seperti tidak diurut di bagian leher, mengejan terlalu kuat, dan olahraga yang terlalu berat.

"Olahraga yang disarankan untuk semua pasien dengan gangguan jantung seminggu tiga kali sampai lima kali, sekali olahraga 30 menit resep latihannya dari treadmill test," ucap Gabi.

Baca juga : Pusing Bisa Menjadi Salah Satu Indikasi Aritmia

Sedangkan jenis olahraga yang disarankan adalah yang tidak mengandung unsur kompetitif misalnya bersepeda, berjalan kaki atau jogging, dan berenang. 

Gejala aritmia bisa dirasakan dari detak jantung yang tidak teratur, skip a beat atau merasa tidak ada detakan, pusing, lemas, sesak napas, dan rasa tidak nyaman di dada atau pingsan.

Cara mudah untuk mengetahui irama jantung adalah menggunakan alat seperti smartwatch, pemeriksaan elektrokadriogram (EKG) jantung atau holter monitoring untuk pemeriksaan 24 jam saat pasien yang merasa irama jantung tidak beraturan dalam beberapa hari.

"Ada ECG portabel yang kecil alatnya bisa dipegang di tangan dan dikirim hasilnya ke ponsel, kalau advancenya pemeriksaan electrophysiology study di ruang kateterisasi," pungkasnya. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat