Skenario Besar Atasi Kepadatan Jemaah di Mina
![Skenario Besar Atasi Kepadatan Jemaah di Mina](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/06/aece5999db43b6e60eac7aeb5bbef5fa.jpg)
DARI seluruh area rangkaian puncak haji seperti Arafah, Muzdalifah, dan Mina atau Armuzna, Mina masih menjadi persoalan besar yang membutuhkan penanganan segera. Selain jemaah haji harus bermalam lebih lama di Mina, areanya sangat terbatas dan tidak dapat diperluas.
Mina memiliki luas sekitar 650 hektare yang terdiri dari daratan yang luas, lembah, dan pegunungan, serta tinggi dan terjal. Mina hanya mampu menampung sekitar 1,4 juta orang. Namun jumlah jemaah haji terus meningkat setiap tahun. Mereka tinggal di tenda-tenda.
Jika wukuf di Arafah dan bermalam di Muzdalifah hanya beberapa jam, di Mina jemaah haji harus menghabiskan waktu dua atau tiga hari. Ditambah lagi mereka juga harus melempar jumrah di jamarat yang menguras energi karena harus berjalan cukup jauh dari tenda menginap dan berdesakan dengan jemaah haji lain.
Baca juga : Jemaah Haji Nafar Awal Tinggalkan Mina sebelum Matahari Terbenam
Menurut Wakil Ketua MPR Yandri Susanto, harus ada skenario baru dari pemerintah Arab Saudi terkait Mina. "Karena Mina tidak bisa diperluas dan memang tidak boleh diperluas. Artinya kalau diperluas kan bukan Mina lagi," ujarnya di Mekah, Rabu (19/6).
Yandri mengusulkan agar penginapan untuk jemaah bermalam di Mina bukan lagi dalam bentuk tenda-tenda melainkan gedung bertingkat. "Mungkin usul saya dari dulu, bisakah itu dibuat bertingkat? Seperti apartemen atau setengah apartemen, sehingga mereka tidak bertumpuk di atas tanah biasa atau di atas tenda, di bawah tenda, tetapi bisa dinaikkan," katanya.
Perubahan tenda menjadi gedung bertingkat juga, kata Yandri, merupakan upaya meningkatkan pelayanan pada jemaah haji. "Apalagi mungkin nanti akan tambah kuota lagi hajinya. Itu berbahaya kalau tidak dibuat skenario baru di tanah Mina," ujarnya.
Baca juga : Tiga Ikhtiar PPIH Percepat Mobilisasi dari Arafah dan Muzdalifah ke Mina
Sebagai contoh, Yandri menunjuk tempat melontar jumrah atau jamarat yang dulunya satu lantai saat ini sudah dibuat empat lantai. Menurutnya, jika jamarat bisa dibuat bertingkat, semestinya Mina juga bisa dibuat seperti itu, bukan lagi tenda-tenda di atas tanah.
Selain itu, kata dia, bisa dibuat kamar besar yang isinya bisa 25 orang dengan lima kamar mandi sehingga bisa mengurangi antrean. Ini, menurutnya, akan membuat membuat jemaah haji semakin nyaman beribadah dan risiko korban meninggal atau korban sakit itu bisa lebih ditekan.
Untuk bisa mewujudkan itu semua, dia menyarankan pemerintah Arab Saudi untuk menggandeng negara-negara penyuplai jemaah haji, terutama Indonesia yang menjadi penyuplai terbesar. "Misalkan Indonesia di mana bloknya? Atau para pengusaha kita mungkin bisa berinvestasi. Karena pasti dipakai setiap tahun. Selama dunia ini belum kiamat, haji tetap ada. Artinya enggak akan rugi," ujarnya.
Baca juga : Jemaah Bersiap ke Arafah, Smart Card Dipindai sebelum Naik Bus
Saat ini, kondisi di Mina, menurutnya, kurang nyaman. Antrean ke kamar mandi panjang. Selain itu, jemaah haji harus berjalan sangat jauh untuk melontar jumrah pulang pergi.
"Saya kemarin alami itu habis melontar jumrah. Padahal kan maktab dekat tuh, zona 1. Lempar ke zona 3, 9 km kan pulang pergi," tutur Yandri.
Selanjutnya, untuk mengurangi kemacetan dari Masjidil Haram ke wilayah Aziziyah saat hari kedua melontar, Yandri mengusulkan dibuat eskalator seperti di bandara. "Apa mungkin nanti Masjidil Haram sudah sangat bagus sekarang memuat berapa juta orang di beberapa lantai. Mungkin enggak nanti pemerintah (Saudi) itu membangun eskalator berjalan? Jadi orang enggak perlu naik mobil," ujarnya.
Hal itu diungkapkannya setelah terjadi kemacetan total akibat bentrokan waktu jemaah yang meninggalkan Mina dan yang menuju jamarat untuk melontar jumrah. Akibat macet total tersebut, jemaah harus berjalan belasan kilometer. (Z-2)
Terkini Lainnya
PERSIS Apresiasi Pelayanan Ibadah Haji 1445 H
Jemaah Diingatkan Tawaf Wada sebelum Pulang ke Tanah Air
Anwar Abbas Kritik DPR: Jemaah Belum Ada, Siapa yang Dilayani?
Hampir 500 Jemaah Haji Meninggal Karena Kekurangan Fasilitas dan Medis di Tengah Panas Terik
Kloter Pertama Haji Debarkasi Surabaya Tiba di Bandara Juanda
Abdul Wachid: Kemenag Langgar Kesepakatan dan Keppres Terkait Kuota Haji 2024
Besok Jemaah Haji Embarkasi Banjarmasin Mulai Tiba di Kalsel
323 Kloter Gelombang Dua ke Madinah Mulai 26 Juni
Infeksi Paru, Jemaah Haji asal Aceh Nasrun Meninggal di Mekah
300 Jemaah Haji Safari Wukuf Lansia kembali ke Kloter
Usai Armuzna, Bus Selawat kembali Beroperasi Layani Jemaah Haji
Membumikan Diskursus Islam Indonesia di Inggris Raya
Jakarta Menuju Era Baru
Pemberantasan Judi Online
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Dari Kebangkitan Menuju Keadilan: Membangun Kesetaraan di Rumah Tangga
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap