visitaaponce.com

UIII Sambut Wakil Syekh Al-Azhar Mesir, Perkokoh Peran Indonesia dalam Pendidikan Islam Dunia

UIII Sambut Wakil Syekh Al-Azhar Mesir, Perkokoh Peran Indonesia dalam Pendidikan Islam Dunia
Kunjungan Profesor Dr. Muhammad adh-Dhuwaini, Wakil Syekh Besar Univesitas Al-Azhar Mesir ke UIII(Dok UIII)

UNIVERSITAS Islam Internasional Indonesia (UIII) mendapat kehormatan dikunjungi oleh Profesor Dr. Muhammad adh-Dhuwaini, Wakil Syekh Besar Univesitas Al-Azhar Mesir, dalam lawatannya ke Indonesia. 

Kunjungan ini merupakan satu penghargaan dan pengukuhan bagi UIII, untuk terus bermitra dengan lembaga pendidikan internasional, dalam rangka meningkatkan kualitasnya sebagai lembaga pendidikan Qnggi internasional terutama dalam bidang studi Islam.

Rektor UIII, Prof. Dr. Jamhari, mengatakan dalam sambutannya bahwa UIII sangat berterima kasih atas kunjungan Wakil Syekh Besar Univesitas Al-Azhar. Prof Jamhari menegaskan kontribusi Universitas Al-Azhar sebagai salah satu perguruan tinggi tertua dan terbesar di dunia, yang telah mencetak ulama, ilmuwan, dan tokoh masyarakat yang tercerahkan dengan ilmu pengetahuan sehingga membentuk peradaban muslim yang maju melalui pendidikan.

Baca juga : Grand Syekh Al Azhar Puji Kinerja Baznas Jadi Pilar Gerakan Zakat

“Izinkan saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kami kepada pemerintah dan masyarakat Republik Arab Mesir, dan terutama kepada universitas Al-Azhar Al-Sharif secara keseluruhan atas segala hal yang telah mereka berikan untuk kemaslahatan bangsa Islam dan seluruh dunia,” tegas Prof Jamhari.

Dalam sambutannya, ia juga menjelaskan bahwa kerja sama antara UIII dan Al-Azhar sudah terjalin dengan baik, terutama dengan adanya nota kesepaham dalam bidang akademik, yang saat ini sudah berjalan.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris UIII, Dr. Chaider S. Bamualim mengatakan sebagai bentuk nyata dari nota kesepahaman tersebut, sejak 2023 UIII telah menerima dua profesor dari Universitas Al-Azhar, yaitu Dr. Abdul Rahman Muhammad Ahmed Hamed, Guru Besar Ilmu Tafsir dan Ilmu Al-Qur'an, dan Dr. Ahmed Hassan Waked, Guru Besar Hadits dan Ilmu Hadits.

Baca juga : Ubhara Jaya Kukuhkan Guru Besar Pertama di Bidang Ilmu Akuntansi Keuangan Kontemporer

“Terima kasih terutama atas persetujuan Al-Azhar terkait pemberangkatan dua Guru Besar dari Universitas Al Azhar ke Universitas Islam Internasional Indonesia. Kedua guru besar tersebut saat ini telah melaksanakan pengajaran pada jenjang Magister khusus dalam Kajian Islam Klasik. Jurusan ini baru dibuka pada awal tahun ajaran 2023-2024 di Fakultas Studi Islam,” ujar Profesor Jamhari.

Selain itu, Prof. Jamhari juga berharap hubungan UIII dan Al-Azhar semakin berkembang, terutama dalam bidang kerjasama akademik dan penelitian, demi meningkatkan kualitas Lembaga Pendidikan Tinggi Islam. 

“Sayangnya, belum ada universitas Islam dari negara mana pun di dunia Islam yang masuk dalam daftar 500 universitas terbaik
dunia. Oleh karena itu, Universitas Islam Internasional Indonesia bertujuan untuk mengubah situasi ini dengan mendirikan universitas maju di tingkat pascasarjana yang berfokus pada penelitian ilmiah and pengajaran,” tegas Prof. Jamhari.

Baca juga : Empat Teladan dari Syekh Mutawali Asy-Syarawi dari Mesir

Sejalan dengan pernyataan Profesor Jamhari, Kepala Program Studi Magister khusus Kajian Islam Klasik (MA in Takhassus Turath), Dr. M. Ilyas Marwal, Lc., D.E.S.A. mengatakan bahwa pihaknya sangat bangga dengan adanya Kerja sama yang terjalin antara UIII dan Al-Azhar.

“Khususnya bagi prodi Takhassus Turath, ini merupakan penguatan. Karena UIII, syukur alhamdulilah, menjadi satusatunya universitas di Kawasan Asia Pasifik, yang membuka program takhassus turath atau classical Islam di level pasca-sarjana. Ini didukung oleh data. Yang lain ada di Timur Tengah semua. Jadi ini bisa dibilang ‘one of a kind,” ujar Dr. M. Ilyas Marwal. 

Selain itu, Sekretaris Universitas Dr. Chaider S. Bamualim, menegaskan bahwa kunjungan Profesor Dr. Muhammad adh-Dhuwaini merupakan bukti bahwa secara kelembagaan, UIII terus berkomitmen untuk meningkatkan kualitasnya baik dari sisi akademis maupun penelliQan. “Ini sungguh membangkan bahwa kita untuk yang kali kesekian mendapatkan tamu penting. Ini membuktikan bahwa kita mendapat dukungan dari kalangan internasional,” ujar Dr. Chaider S. Bamualim.

Baca juga : GMC Sumut Bantu Berangkatkan Mahasiswi Asal Medan Kuliah di Kairo Mesir

Kerjasama antara UIII dan Al-Azhar, seperti yang dikukuhkan dalam acara ini, tidak hanya menandakan kemajuan yang signifikan bagi UIII tetapi juga menjadikannya satu-satunya universitas di Asia Tenggara dan bahkan di kawasan Asia Pasifik yang menawarkan program pascasarjana di Takhassus Turath. Kerja sama ini, yang dibuktikan dengan kunjungan Profesor Dr. Muhammad adh-Dhuwaini, menggarisbawahi komitmen UIII untuk meningkatkan standar akademik dan penelitiannya, menggalang dukungan kuat dari komunitas internasional dan memajukan keunggulan Indonesia dalam pendidikan Islam bertaraf internasional.

Dalam kunjungannya ke UIIII, Profesor Dr. Muhammad adh-Dhuwaini, meberikan kuliah umum dengan tema “Peran Al-Azhar Dalam Melestarikan Warisan Tradisi Sastra Arab dan Islam.” Kuliah tersebut memberikan wawasan mendalam bagi peserta mengenai peran Al-Azhar dalam pelestarian tradisi dan kebudayaan Arab, ditambah dengan pengetahuan dan pengalaman luas Syekh Adh-Dhuwaini dalam isu-isu sejarah dan hukum Islam.

Profesor Adh-Dhuwaini mengawali kuliahnya dengan mengucapkan terima kasih atas sambutan hangat dari civitas akademika UIII. “Izinkan saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada pimpinan universitas atas undangan ini. Kami mengucapkan terima kasih atas sambutan hangat dan keramahtamahannya. Juga terima kasih dan penghargaan kami kepada bangsa Indonesia, rakyatnya, dan pemerintahnya," jelas dia.

Lebih lanjut Profesor Adh-Dhuwaini menjelaskan tentang Al-Azhar sebagai sebuah insQtusi dan nilai-nilai yang dijunjungnya, khususnya dalam moderasi beragama. “Moderasi adalah hakikat Islam. Ada yang mengambil konsep moderasi dari bukan makna sebenarnya, mengikuti tingkah laku dan kesesatan, dan ada pula yang dengan keras. Ini [moderasi] adalah pendekatan seimbang dalam memandang manusia, yang merupakan pusat dari segala hal, pesan-pesan, dan tidak ada monastisisme,” tegas Profesor Adh-Dhuwaini.

Profesor Adh-Dhuwaini juga menyebutkan bahwa pelestarian tradisi dan warisan peninggalan Al-Azhar bukan berarti kemunduran. Sebaliknya, ini adalah pemantapan kekayaan sejarah yang dianggap telah berlalu bagi umat Islam. “Sistem Al-Azhar menghasilkan sesuatu yang komprehensif. Ia menggabungkan ilmu-ilmu rasional, ilmu-ilmu tekstual, dan ilmu-ilmu lainnya. Mereka mentransfernya dari ranah pemahaman dan interpretasi ke ranah dokumentasi dan verifikasi, lalu ke ranah otoritas dan analisis,” jelas Profesor Adh-Dhuwaini. (H-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat