Alami Rugi, Qantas Tak Layani Penerbangan Penumpang Hingga Oktober
![Alami Rugi, Qantas Tak Layani Penerbangan Penumpang Hingga Oktober](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2021/02/1e89a01a2765767ab81337cb91f8fa06.jpg)
MASKAPAI penerbangan Australia Qantas melaporkan penurunan pendapatan sebesar US$5,5 miliar selama paruh kedua tahun 2020. Perusahaan tersebut juga mengumumkan bahwa penerbangan penumpang internasional tidak akan tersedia hingga Oktober 2021 karena pandemi terus menghancurkan industri.
Qantas mengalami kerugian sebesar A$ 1,1 miliar dalam enam bulan hingga 31 Desember 2020, dengan kerugian hukum meningkat menjadi A$ 1,5 miliar.
"Angka-angka ini mencolok, tetapi tidak akan mengejutkan," kata CEO Qantas Alan Joyce.
"Setahun lalu, tidak ada dari kami yang tahu seberapa besar dampak Covid-19 terhadap dunia, atau pada penerbangan. Ini jelas lebih buruk dari yang diperkirakan siapa pun.”
"Penutupan perbatasan berarti kami kehilangan hampir 100% penerbangan internasional kami dan 70% penerbangan domestik kami. Tiga perempat dari pendapatan kami, sekitar A$7 miliar, ikut serta,” tambahnya.
Joyce mencatat bahwa perusahaan telah mengalami penurunan pendapatan sebesar A$4 miliar selama paruh pertama tahun 2020, sehingga total dampak pandemi menjadi A$11 miliar.
"Itu jumlah yang sangat besar, mungkin jumlah yang lebih besar daripada yang dialami perusahaan lain di Australia karena covid-19," tuturnya dalam konferensi pers.
Joyce menunda dimulainya kembali penerbangan penumpang internasional yang diperkirakan dari Juli hingga akhir Oktober 2021. Biaya mempertahankan pesawat-pesawat itu di darat sebagian besar diimbangi oleh peningkatan operasi kargo.
Dengan keberhasilan Australia dalam menahan pandemi, Qantas menandai kembalinya kapasitas domestik sebelum virus korona hingga 60% pada akhir Maret dan 80%n pada akhir Juni.
Qantas telah membukukan kerugian US$1,9 miliar untuk tahun yang berakhir pada 30 Juni 2020 karena pandemi virus korona menghantam ekonomi global.
Joyce mengatakan, total 8.500 karyawan akan kehilangan pekerjaan mereka karena krisis, dan 7.500 lainnya akan tetap ditangguhkan sampai dimulainya kembali penerbangan internasional.
Sekitar 100 pesawat juga telah diistirahatkan sebagai bagian dari pengurangan biaya A$10 miliar dan upaya restrukturisasi yang menurut Qantas akan menghemat A$1 miliar setahun mulai tahun 2023. (Aiw/CNA)/OL-09)
Terkini Lainnya
Empat Siswa asal Banyumas Tembus Perguruan Tinggi Top Luar Negeri
Erick Thohir Soroti Perayaan Berlebihan Australia di Piala AFF U-16
Kalahkan Indonesia, Australia Melaju ke Final Piala AFF U-16
Puluhan Warga Asing Diduga Imigran Gelap Terdampar di Pantai Tegalbuleud
Timnas Tetap Berpeluang, meski tidak Semudah yang Dibayangkan
Hasil Drawing Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia: Indonesia Masuk Grup C Bersama Jepang
Rute Penerbangan Baru Lombok-Balikpapan Dibuka
Garuda Penjemput Jemaah Haji Alami Masalah Mesin, Pesawat Pengganti Diterbangkan
Lufthansa Menangguhkan Penerbangan Malam ke dan dari Libanon
Vietjet Masuk Jajaran 50 Perusahaan Terbaik versi Forbes Vietnam
Etihad Airways Luncurkan Penerbangan Langsung Rute Abu Dhabi-Bali
Pelemahan Rupiah Bebani Industri Penerbangan
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap