Telepon Macron, Raisi Minta Perjanjian Nuklir Jamin Hak Rakyat Iran
![Telepon Macron, Raisi Minta Perjanjian Nuklir Jamin Hak Rakyat Iran](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2021/08/5931230bc9961d9bd58133a9a63ceeb1.jpg)
PRESIDEN Iran Ebrahim Raisi, Senin (9/8), mengatakan setiap pembicaraan mengenai program nuklir Teheran harus memastikan hak-hak Iran. Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak republik Islam itu untuk melanjutkan negosiasi dengan cepat.
Raisi juga mengatakan kepada Macron dalam panggilan telepon selama satu jam bahwa Teheran serius tentang menjaga keamanan perairan Teluk. Ini disampaikan menyusul tuduhan dari Israel dan sekutunya, terutama Amerika Serikat, bahwa mereka berada di balik serangan kapal tanker mematikan di lepas pantai Oman.
Itu merupakan panggilan telepon pertama Raisi yang ultrakonservatif dengan seorang pemimpin Barat sejak menjabat pekan lalu. Dia mengambil alih dari Hassan Rouhani, seorang moderat yang pencapaian penting selama dua masa kepresidenannya ialah perjanjian nuklir 2015. Perjanjian ini memberikan keringanan sanksi internasional dengan imbalan pembatasan program nuklir Teheran.
Baca juga: Kepresidenan Iran Konfirmasi Raisi Diundang ke KTT Baghdad
Mantan presiden AS Donald Trump menggagalkan kesepakatan itu sekitar tiga tahun kemudian dengan secara sepihak menarik Washington darinya dan menerapkan kembali sanksi yang menghancurkan. "Dalam negosiasi apa pun, hak-hak rakyat Iran harus ditegakkan dan kepentingan bangsa kita terjamin," kata Raisi kepada Macron menurut situs web kepresidenan Iran.
Macron juga menyeru Iran untuk segera melanjutkan negosiasi di Wina untuk mencapai kesimpulan dan mengakhiri, tanpa penundaan, semua kegiatan nuklir yang melanggar perjanjian (2015), kata kepresidenan Prancis. Menanggapi sanksi AS yang diberlakukan kembali, Teheran menarik diri dari sebagian besar komitmen nuklir utamanya berdasarkan kesepakatan.
Enam putaran pembicaraan nuklir antara Iran dan kekuatan dunia diadakan di ibu kota Austria antara April dan Juni dalam upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu. Putaran terakhir berakhir pada 20 Juni, tanpa tanggal yang ditetapkan untuk perundingan selanjutnya.
Baca juga: Jaksa Swedia Dakwa Mantan Pejabat Iran terkait Eksekusi pada 1988
Para pejabat Iran mengatakan negosiasi tidak akan dilanjutkan sebelum pemerintah baru mengambil alih. Seorang pejabat Uni Eropa mengatakan pada akhir pekan bahwa pertemuan dapat dilanjutkan di Wina mulai awal September. Pihak-pihak yang tersisa dari perjanjian itu ialah Inggris, Tiongkok, Prancis, Jerman, dan Rusia. (AFP/OL-14)
Terkini Lainnya
Bukan untuk Perang Dunia, Nuklir Aman untuk Terapi Pengobatan Tiroid
Vladimir Putin: Rusia Akan Gunakan Semua Cara Jika Kedaulatannya Terancam
Iran Kecam Resolusi Pengawas Nuklir PBB
Kim Jong Un Pimpin Latihan 'Kontra Serangan Nuklir' di Korea Utara
Israel Dikhawatirkan Serang Fasilitas Nuklir Iran
IAEA Peringatkan Bahaya Kecelakaan Nuklir di Pabrik Nuklir Ukraina
Partai National Rally Marine Le Pen Memimpin dalam Pemilihan Parlemen Prancis
Euro 2024: Prancis Lebih Diunggulkan saat Jumpa Belgia
IHSG Ditutup Melemah 6,46 Poin
Timnas Prancis Butuh Kylian Mbappe untuk Bisa Lolos ke 16 Besar Euro 2024
Aurelien Tchouameni Tegaskan Benci Kelompok Ekstrem
Griezmann Imbau Prancis Harus Terbiasa tanpa Mbappe
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap