visitaaponce.com

Mesir Dilaporkan Pakai Bantuan Militer Prancis untuk Bunuh Warga Sipil

Mesir Dilaporkan Pakai Bantuan Militer Prancis untuk Bunuh Warga Sipil
Presiden Prancis Emmanuel Macron (kanan) dan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi (kiri).(AFP/Ludovic Marin.)

MESIR menggunakan intelijen yang dipasok oleh militer Prancis untuk menargetkan dan membunuh warga sipil yang dicurigai melakukan penyelundupan. Ini menurut suatu laporan, Minggu (22/11), oleh situs investigasi, Disclose, berdasarkan dokumen yang bocor.

Sirli, nama misi antara kedua negara, dirancang untuk memberikan informasi intelijen tentang ancaman jihadis di sepanjang perbatasan barat Mesir dengan Libia, kata Disclose. "Pada prinsipnya, misi terdiri dari pencarian Gurun Barat untuk menemukan kemungkinan ancaman teroris yang datang dari Libia menggunakan pesawat ringan yang dirancang untuk pengawasan dan pengintaian," katanya.

"Tetapi dengan sangat cepat, anggota tim (Prancis) memahami bahwa intelijen yang dipasok ke Mesir itu digunakan untuk membunuh warga sipil yang dicurigai melakukan selundupan," tulis situs web tersebut.

Staf militer Prancis secara teratur memberi tahu atasan mereka tentang penyalahgunaan informasi intelijen tersebut, tambahnya. Disclose berdasarkan laporannya pada ratusan dokumen rahasia tentang operasi yang bocor.

Menurut dokumen-dokumen itu, militer Prancis terlibat dalam setidaknya 19 serangan udara terhadap warga sipil antara 2016 dan 2018. Operasi Sirli dimulai pada Februari 2016 selama masa kepresidenan Francois Hollande.

Itu berlanjut, kata Disclose, meskipun ada keberatan yang diungkapkan oleh intelijen militer Prancis (DRM) dan angkatan udara tentang cara Mesir menggunakan intelijen. Salah satu catatan tersebut ditujukan kepada Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly pada 22 Januari 2019, sebelum kunjungan resmi Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Mesir.

Meski demikian, militer Prancis tetap dikerahkan di Mesir. Baik kepresidenan Prancis maupun militer mana pun tidak menanggapi pendekatan dari para jurnalis yang melakukan penyelidikan.

Didekati oleh AFP Minggu sore, kepresidenan Prancis dan kementerian yang bertanggung jawab atas tentara tidak mau berkomentar apa pun pada tahap ini. Meskipun Prancis telah menyatakan keinginan untuk memfokuskan kembali ekspor senjatanya ke Eropa, Mesir tetap menjadi salah satu klien utamanya.

Penjualannya di sana meningkat pesat ketika Presiden Abdel Fattah al-Sisi mengambil alih kekuasaan pada 2014. Sejak itu, Mesir telah membeli pesawat tempur Rafale Prancis, satu fregat, empat korvet, dan dua pengangkut helikopter Mistral.

Baca juga: Lawan ISIS, Mesir Tambah Pasukan di Rafah setelah Disetujui Israel

Pada Desember 2020, Macron menganugerahkan al-Sisi berupa Misi Salib Agung Legiun Kehormatan, penghargaan tertinggi yang ditawarkan Prancis. Ini memicu kemarahan para aktivis yang mengkritik catatan hak asasi manusianya. (AFP/OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat