visitaaponce.com

Khamenei Salahkan AS dan Israel atas Demo Mahsa Amini

Khamenei Salahkan AS dan Israel atas Demo Mahsa Amini
Para mahasiswa meneriakkan slogan-slogan saat mereka mereka mengepalkan tangan mereka selama protes di Universitas Teheran.(AFP/UGC.)

PEMIMPIN tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Senin (3/10) menuduh musuh bebuyutan, Amerika Serikat dan Israel, mengobarkan gelombang kerusuhan nasional yang dipicu oleh kemarahan atas kematian Mahsa Amini.

"Saya katakan dengan jelas bahwa kerusuhan dan ketidakamanan ini direkayasa oleh Amerika dan penjajah rezim Zionis serta agen bayaran mereka dengan bantuan beberapa pengkhianat Iran di luar negeri," kata pemimpin republik Islam itu. 

Amini, 22, dinyatakan meninggal pada 16 September, beberapa hari setelah polisi moral menahan orang Kurdi Iran itu karena diduga melanggar aturan yang memaksa perempuan mengenakan jilbab dan pakaian sederhana. Kemarahan atas kematian Amini telah memicu gelombang protes terbesar yang mengguncang Iran dalam hampir tiga tahun dengan pasukan keamanan di Teheran menindak ratusan mahasiswa pada Minggu malam.

Amerika Serikat pada Senin mengatakan pihaknya, "Khawatir dan terkejut dengan laporan otoritas keamanan yang menanggapi protes damai mahasiswa dengan kekerasan dan penangkapan massal," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre. Namun Jean-Pierre menekankan bahwa masalah dengan perilaku Iran terpisah dari upaya untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran 2015 yang akan dikejar Washington demi kepentingan keamanan nasional AS.

Yang tidak normal 

Dalam komentar publik pertamanya tentang kematian Amini, Khamenei yang berusia 83 tahun menekankan bahwa polisi harus tegas kepada penjahat. "Kematian wanita muda itu menghancurkan hati kami," kata Khamenei. "Namun yang tidak normal yaitu beberapa orang, tanpa bukti atau penyelidikan, telah membuat jalan-jalan berbahaya, membakar Al-Qur'an, melepaskan jilbab dari wanita bercadar, serta membakar masjid dan mobil."

Khamenei menambahkan, "Ini bukan tentang hijab di Iran." Ia mengakui banyak wanita Iran yang tidak mengenakan hijab dengan sempurna ialah di antara pendukung setia republik Islam itu.

Kekhawatiran tumbuh atas tindakan keras malam hari terhadap mahasiswa di Universitas Teknologi Sharif yang bergengsi di Teheran. Media lokal melaporkan polisi antihuru-hara yang membawa senjata pelet baja menggunakan gas air mata dan senjata paintball terhadap ratusan mahasiswa. 

"Wanita, kehidupan, kebebasan" teriak para mahasiswa, serta, "Mahasiswa lebih memilih kematian daripada penghinaan," kantor berita Mehr melaporkan.

Kelompok Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Oslo memposting video yang tampaknya menunjukkan polisi dengan sepeda motor mengejar siswa yang berlari melalui tempat parkir bawah tanah. Polisi membawa mereka dengan kepala ditutupi tas kain hitam.

Dalam satu klip video, yang menurut IHR diambil di stasiun metro Teheran, kerumunan terdengar meneriakkan: "Jangan takut! Jangan takut! Kita semua bersama!"

Menanggapi protes universitas, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan keberanian orang Iran luar biasa. "Kekuatan brutal rezim ialah ekspresi ketakutan belaka tentang kekuatan pendidikan dan kebebasan."

Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly mengatakan kekerasan terhadap pengunjuk rasa benar-benar mengejutkan. Ia dan memanggil diplomat top Teheran di London. Kanada memberlakukan sanksi baru dengan mengutip tindakan mengerikan yang dilakukan polisi moralitas Iran.

Protes juga dilaporkan di universitas lain, termasuk di pusat kota Isfahan. Iran telah berulang kali menuduh kekuatan luar memicu protes dan pekan lalu mengatakan sembilan warga negara asing--termasuk dari Prancis, Jerman, Italia, Belanda, dan Polandia--telah ditangkap. (AFP/OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat