Pelonggaran Nol-Covid Tiongkok dapat Berakhir dengan Bencana Besar
![Pelonggaran Nol-Covid Tiongkok dapat Berakhir dengan Bencana Besar](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/12/e50af479b67029d16179b3940e73e3c1.jpg)
PARA ahli kesehatan Tiongkok menilai pelonggaran kebijakan nol-covid akan menjadi buah simalakama. Gelombang infeksi virus ini dengan mudah meledak karena pelacakan melalui tes tidak lagi diwajibkan.
Setelah hampir tiga tahun upaya Tiongkok membasmi virus ini berhenti tiba-tiba atas desakan publik yang sudah jengah terpenjara di kota mereka. Pemerintah Tiongkok pun menyerah dengan tuntutan itu sehingga melonggarkan pengawasan dan pengujian covid-19.
Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok (NHC) mengakui jumlah kasus covid-19 saat ini tidak lagi mencerminkan fakta di lapangan.
"Banyak orang tanpa gejala tidak lagi berpartisipasi dalam pengujian asam nukleat, sehingga tidak mungkin untuk secara akurat mengetahui jumlah sebenarnya dari orang yang terinfeksi tanpa gejala," kata NHC.
Pernyataan itu muncul setelah Wakil Perdana Menteri Tiongkok Sun Chunlan mengatakan infeksi baru di Beijing berkembang pesat. Para pemimpin Tiongkok melancarkan kebijakan yang bertolak belakang dengan pencegahan virus ini.
Baca juga: Usai Diprotes, Tiongkok Longgarkan Pembatasan Covid-19
Mereka terus maju melonggarkan kebijakan nol-covid. Melihatnya, para ahli kesehatan mengkhawatirkan ledakan kasus covid-19 yang tidak mampu ditangani.
Ditambah, Tiongkok memiliki jutaan lansia yang rentan terpapar virus ini. Restoran, toko, dan taman bermain telah dibuka kembali hampir di seluruh Tiongkok.
Banyak penduduk Tiongkok dengan gejala covid-19 ringan memilih untuk melakukan karantina mandiri. Warga negara ini juga mengeluhkan obat flu yang membuat industri farmasi kebanjiran permintaan hingga 430%, khususnya untuk penurun demam.
Melonjaknya permintaan tes antigen cepat dan obat-obatan telah menciptakan pasar gelap dengan harga yang sangat tinggi. Pihak berwenang menghukum sebuah perusahaan dengan denda 300.000 yuan (US$ 43.000) karena menjual alat tes covid-19 terlalu mahal.(AFP/OL-5)
Terkini Lainnya
Perdana Menteri India Narendra Modi ke Rusia untuk Pembicaraan dengan Vladimir Putin
IHSG Ditutup Melemah Ikuti Bursa Kawasan Asia
Jepang dan Filipina Tandatangani Pakta Pertahanan atas Ancaman Tiongkok
5 Perpustakaan Unik di Dunia, Kamu Tertarik Berkunjung?
Pemerintah Dinilai tidak Serius Tangani Urusan Pangan
Indonesia-Tiongkok Perkuat Kerja Sama Ketenagakerjaan
Kasus Covid-19 Meningkat, Pariwisata di Batam Tetap Normal
Waspada Peningkatan Kasus Covid-19 di Momen Liburan Natal dan Tahun Baru
4 Hal Ini Disinyalir Jadi Penyebab Meningkatnya Kasus Covid-19
Antisipasi Kenaikan Kasus Covid-19, Kelompok Rentan Diminta Kembali Vaksinasi Booster
Kasus Covid-19 Meningkat, Dishub DKI tak Lakukan Pembatasan Penumpang
14 Maret Sepertiga Kasus Covid-19 Baru Ada di DKI Jakarta
Setelah Menang Presiden, Pezeshkian Kini Menghadapi Jalan Terjal
Grand Sheikh Al Azhar: Historis dan Misi Perdamaian Dunia
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap