visitaaponce.com

The Trevor Project Rilis Data 50 LGBTQ Alami Gangguan Mental

The Trevor Project Rilis Data: 50% LGBTQ+ Alami Gangguan Mental
Para LGBT berkumpul saat Brooklyn Pride Parade di Brooklyn, New York, Amerika Serikat, pada Juni 2022.(Yuki IWAMURA / AFP)

LEBIH dari 50% remaja transgender dan non-biner di negara bagian di seluruh Amerika Serikat (AS) mempertimbangkan untuk bunuh diri dalam satu tahun terakhir.

Orang-orang yang mengidentifikasi dirinya dalam LGTBQ+ membutuhkan pemulihan mental.

Itu berasal dari temuan The Trevor Project, sebuah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk pencegahan bunuh diri pemuda LGBTQ+, merilis data di tingkat negara bagian dari hampir 34ribu remaja queer dan trans berusia 13 hingga 24 tahun.

Baca juga : Penelitian HCC: 4 dari 10 Orang di Jabodetabek Alami Kesepian Derajat Sedang dan Berat

Hasilnya menunjukkan tingkat upaya bunuh diri, depresi, dan kecemasan yang sangat tinggi di kalangan LGBTQ+.

Negara bagian yang berusaha membuat undang-undang (UU) anti-trans, termasuk Texas dan Arkansas, memiliki tingkat risiko bunuh diri yang sangat tinggi.

Namun patensi itu sama seperti di negara bagain yang memiliki aturan untuk melindungi LGBTQ+ seperti New York, California, dan Oregon.

Baca juga : Studi Kaukus Keswa: Pemilu 2024 Tingkatkan Risiko Kecemasan dan Depresi

Rilis data tersebut muncul di tengah meningkatnya pembatasan pemerintah terhadap hak-hak orang queer dan trans di negara-negara bagian yang didominasi kelompok konservatif.

Lebih dari 150 Rancangan UU (RUU) untuk membatasi kehidupan LGBTQ+ diajukan ke badan legislatif negara bagian pada 2022.

Jumlah itu menjadi tertinggi dalam sejarah bangsa AS. Banyak dari RUU ini menargetkan remaja trans, termasuk membatasi akses mendapatkan perawatan medis yang menegaskan gender, partisipasi dalam olahraga, dan kemampuan untuk menggunakan kamar mandi yang sesuai dengan identitas gender.

Baca juga : Peneliti Kembangkan Sistem Deteksi Tornado dengan Infrasonik

Di California, negara bagian terpadat, yang baru-baru ini mengesahkan UU untuk melindungi remaja trans terdapat 44% remaja LGBTQ+ sempat melakukan upaya bunuh diri dan 14% mencoba bunuh diri.

Survei juga menemukan untuk responden trans dan non-biner 54% mempertimbangkan dan 19% mencoba bunuh diri. Kemudian 70% remaja LGBTQ+ di negara bagian tersebut mengatakan bahwa mereka telah mengalami diskriminasi.

Sebanyak 62% di antaranya mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengakses perawatan kesehatan mental.

Baca juga : Gugatan Disney Terhadap Gubernur Florida Ditolak oleh Hakim Federal

Pemuda trans dan non-biner mempertimbangkan untuk bunuh seperti 56% di Texas; 54% di Florida; 50% di New York; 54% di Pennsylvania; 51% di Illinois; 54% di Ohio; 55% di Georgia; 53% di Carolina Utara; dan 52% di Michigan.

Sementara 16-20% remaja trans dan non-biner dilaporkan mencoba bunuh diri di seluruh negara bagian tersebut. Mayoritas juga mengatakan mereka ingin, tetapi tidak menerima perawatan medis.

“Meskipun California seharusnya menjadi Negara Emas bagi semua orang, orang trans, gender nonconforming, dan interseks terus menghadapi tantangan dalam mengakses layanan dasar, jadi hasil ini tidak mengejutkan,” kata Presiden TransLatin@ Coalition di Los Angeles Bamby SalcedoSalcedo.

Baca juga : Menyimpan Rahasia Ternyata Bisa Bermanfaat Lo

"Tidak ada cukup penyedia kesehatan mental yang memahami siapa kita sebagai manusia dan siapa yang sensitif dan tidak berprasangka. Dan ketika kita tidak dapat mengakses perawatan kesehatan dasar atau perumahan, atau terus didiskriminasi dalam pekerjaan, itu semua berdampak pada kesehatan mental kita,” tambahnya.

Laporan tersebut juga menemukan bahwa di banyak negara bagian, 5-10% remaja masih menjalani terapi konversi, praktik yang didiskreditkan secara luas terkait dengan bahaya psikologis yang parah.

“Salah satu temuan paling penting dari data ini adalah bahwa begitu banyak anak muda LGBTQ di setiap negara bagian tidak dapat mengakses perawatan kesehatan mental yang mereka inginkan,” kata Direktur Ilmu Penelitian di The Trevor Project Myeshia Price.

Baca juga : Facebook tidak Terbukti Sebabkan Masalah Psikologis

Pendiri The Transformation Project Susan Williams mengaku tidak terkejut melihat angka hasil survei tersebut. Putranya, yang berusia 16 tahun dan menjadi transgender telah menghapus semua aplikasi media sosial dari ponselnya karena tertekan oleh regulasi.

“Sangat sulit baginya untuk melihat identitas queer diperdebatkan oleh negara," ungkapnya.

Williams mengatakan dia berharap para legislator akan melihat data ini dan mengakui bahwa gerakan politik anti-trans secara langsung menyakiti LGBTQ+. “Orang-orang hanya berusaha menjalani hidup mereka," jelasnya.

Anggota kelompok sayap kanan yang kejam, termasuk Proud Boys, telah menargetkan acara waria untuk anak-anak di seluruh negeri. Pada November, penembakan massal di klub LGBTQ+, Colorado Springs, menyebabkan lima orang tewas dan 25 luka-luka. (The Guardian/Cah/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat