visitaaponce.com

Israel Bombardir Palestina, Barat ke Mana

Israel Bombardir Palestina, Barat ke Mana?
Pendukung beberapa partai Palestina berbaris di Khan Yunis di jalur Gaza, untuk mengecam serangan Israel di kota Nablus, Tepi Barat.(AFP/Said Khatib.)

ISRAEL membombardir Jalur Gaza setelah pejuang Palestina meluncurkan beberapa roket dari wilayah yang terkepung. Itu setelah penggerebekan tentara Israel terhadap pejuang Palestina yang menewaskan 11 warga Palestina di kota Nablus, Tepi Barat.

Serangan tentara negeri Zionis itu terjadi pada Kamis (23/2) pagi yang menyebabkan kepulan asap hitam membubung di salah satu lokasi yang ditargetkan di utara kota Gaza. Beberapa jam sebelumnya, roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza menerangi langit malam dan memicu sirene di kota Sderot dan Ashkelon, Israel.

Tidak ada laporan segera tentang korban. Warga Palestina mengatakan mereka melihat setidaknya delapan roket ditembakkan oleh Israel. Sementara militer Israel menyebutkan jumlah proyektil hanya enam buah.

Militer Israel mengatakan sistem pertahanan udaranya mencegat lima roket. Yang keenam jatuh di daerah tak berpenghuni. Belum ada kelompok Palestina yang mengaku bertanggung jawab atas tembakan roket.

Peluncuran roket terjadi setelah kelompok Jihad Islam Palestina yang bermarkas di Gaza mengutuk serangan militer Israel di Nablus pada Rabu sebagai kejahatan besar yang harus ditanggapi oleh perlawanan. Hamas, yang memerintah wilayah pesisir itu, juga telah mengeluarkan peringatan, dengan juru bicara Abu Obeida mengatakan perlawanan di Gaza karena meningkatnya kejahatan Israel terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat.

Dia menambahkan bahwa kesabaran warga Palestina hampir habis. Serangan di Nablus adalah salah satu operasi Israel paling mematikan di Tepi Barat yang diduduki sejak Intifada kedua atau pemberontakan Palestina pada periode 2000-2005.

Korban tewas melampaui serangan Israel bulan lalu di kota Jenin. Di antara yang tewas dalam operasi Israel di Nablus adalah tiga pria Palestina, usia 72, 66, dan 61, dan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun, menurut pejabat kesehatan.

Sedikitnya 100 lain terluka dan sekitar 82 dari korbaan tersebut terkena peluru tajam, menurut kementerian kesehatan Palestina. Tentara Israel memblokir semua pintu masuk ke Nablus sebelum mengelilingi satu rumah dengan dua pejuang Palestina yang dicari, Hossam Isleem dan Mohammad Abdulghani, yang keduanya ditembak mati.

Kelompok bersenjata Den Singa Palestina mengatakan dalam pernyataan bahwa mereka terlibat dalam bentrokan dengan pasukan Israel selama serangan itu, bersama dengan Brigade Balata yang baru dibentuk. Militer Israel mengatakan tujuan operasi di Nablus untuk menangkap tiga pejuang yang dicurigai melakukan serangan penembakan sebelumnya terhadap warga Israel.

Operasi empat jam itu meninggalkan kerusakan luas di pasar berusia berabad-abad di Nablus. Nida Ibrahim dari Al Jazeera melaporkan dari Nablus dan mengatakan para saksi menggambarkan tentara Israel melepaskan tembakan tanpa pandang bulu.

"Kami mendengar cerita bahwa pasukan Israel menembaki tetangga, orang-orang di rumah mereka, orang-orang yang menjalani kehidupan sehari-hari. Orang Palestina mengatakan Israel bertindak seperti ini karena tidak dimintai pertanggungjawaban dan bebas membunuh orang Palestina," kata Ibrahim.

Rekaman gambar pihak keamanan memperlihatkan dua pria muda, yang tampaknya tidak bersenjata, ditembak saat mereka berlari di jalan. Tembakan terdengar dan keduanya jatuh ke tanah dengan satu topi terbang dari kepalanya.

Masuknya korban luka membanjiri Rumah Sakit Najah di kota itu, menurut Ahmad Aswad, kepala perawat departemen kardiologi. Petugas medis berusia 36 tahun itu mengatakan kepada kantor berita The Associated Press bahwa dia melihat banyak pasien tertembak di dada, kepala, dan paha. "Mereka (Israel) menembak untuk membunuh," katanya.

Dia dan seorang rekannya dengan hati-hati mengeluarkan peluru dari hati seorang pria berusia 61 tahun. Setelah kekacauan pasien itu meninggal, dia menyadarinya bahwa jenazah adalah ayah rekannya, Abdelaziz Ashqar. "Rasanya tidak seperti kita di dunia nyata," kata Aswad.

Israel meningkatkan serangan militernya, penangkapan, dan pembunuhan di kota-kota dan desa-desa Palestina di Tepi Barat yang diduduki sejak Juni 2021, menyusul pemberontakan populer Palestina yang dikenal sebagai ledakan Mei yang melanda Israel dan wilayah Palestina yang telah diduduki secara ilegal sejak 1967. Warga sipil Palestina yang menghadapi militer Israel selama penggerebekan dan orang-orang yang tidak terlibat telah terbunuh, serta para pejuang dalam pembunuhan yang ditargetkan dan selama bentrokan bersenjata.

Tahun lalu adalah yang paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki sejak 2006, menurut PBB, dengan tentara Israel membunuh 171 warga Palestina dalam kampanye militer yang diluncurkan setelah serangkaian serangan individu di Israel. Korban termasuk 30 anak. Sepanjang tahun ini, pasukan Israel telah membunuh sekitar 62 warga Palestina, termasuk 13 anak-anak di wilayah pendudukan. Sebagian besar serangan tentara Israel terjadi di Nablus dan Jenin.

"Kota-kota Palestina adalah tempat konsentrasi perlawanan bersenjata tumbuh," kata Mariam Barghouti, jurnalis Palestina di situs berita Mondoweiss yang berfokus pada isu-isu Palestina. "Meskipun (perlawanan) meluas ke daerah lain di Tepi Barat, Sarang Singa, dan Brigade Jenin terus menjadi pusat perlawanan bersenjata Palestina dan kelompok pemuda baru yang bertempur. Itulah sebabnya mereka menjadi sasaran," Barghouti memberi tahu Al Jazeera.

Israel merebut Tepi Barat, Jerusalem Timur, dan Jalur Gaza dalam perang Timur Tengah 1967, wilayah yang dicari Palestina untuk negara merdeka. Pembicaraan kenegaraan Palestina telah terhenti selama hampir satu dekade. Namun semua kekejaman itu tidak membuat kekuatan Barat menjatuhkan sanksi apa pun kepada Israel. (Aljazeera/OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat