visitaaponce.com

Warga Filipina Berunjuk Rasa Peringati Gerakan People Power

Warga Filipina Berunjuk Rasa Peringati Gerakan People Power
Ratusan warga Filipina Memperingati 37 tahun Gerakan People Power(JAM STA ROSA / AFP)

Ratusan orang di Filipina berunjuk rasa pada Sabtu (25/2) untuk memperingati 37 tahun gerakan People Power yang menggulingkan Presiden Ferdinand Marcos dan mengirim keluarga ke pengasingan.

Itu adalah peringatan pertama sejak Marcos Jr, putra Marcos yang kini menjabat presiden pada Juni 2022. Dia memuji rezim 20 tahun ayahnya, yang oleh para kritikus digambarkan sebagai periode kelam pelanggaran hak asasi manusia dan korupsi yang membuat negara itu miskin.

Ratusan pengunjuk rasa, termasuk mereka yang selamat dari penumpasan darurat militer Marcos yang menyebabkan pembunuhan, penyiksaan dan pemenjaraan ribuan musuh dan kritikus politik, berbaris di monumen "Kekuatan Rakyat" di Manila.

Beberapa meneriakkan "Marcos, Duterte semua sama, diktator fasis", mengacu pada mantan presiden Rodrigo Duterte dan penggantinya Marcos Jr. Sementara sekitar 200 polisi dengan perisai berdiri dekjat mereka.

Para pendemo mengatakan "setidaknya 1.500" orang menghadiri rapat umum tersebut, tetapi seorang reporter AFP di lokasi tersebut memperkirakan sekitar 700 orang hadir di sana.

Aktivis HAM veteran Suster Mary John Mananzan mendesak pengunjuk rasa untuk "tetap waspada" menyusul kembalinya keluarga Marcos ke tampuk kekuasaan.

Hampir empat dekade setelah jatuhnya Marcos Sr, Julio Montinola, 53 tahun, mengatakan kepada AFP bahwa tantangannya adalah menjaga "pesan dan semangat" pemberontakan tetap hidup.

"Sayangnya, itu tidak beresonansi dengan generasi berikutnya," kata Montinola. "Faktanya, dia (Marcos Jr) dipilih oleh rakyat."

Kyle Navera yang berusia tiga belas tahun mengatakan dia telah mendengar "hal-hal buruk terjadi" pada orang-orang yang menentang Marcos Sr.

"Sepertinya dia (Marcos Jr) mulai (menjadi seperti ayahnya). Saya harap dia tidak menempuh jalan itu," kata Navera, merujuk pada perang narkoba mematikan yang sedang berlangsung yang dimulai oleh pendahulu Marcos Jr, Rodrigo Duterte.

Rekonsiliasi

Marcos Jr mengirim karangan bunga besar berwarna putih ke monumen, yang berada di dekat jalan raya utama kota tempat pemberontakan tak berdarah melawan ayahnya terjadi beberapa tahun lalu.

"Sekali lagi saya menawarkan rekonsiliasi kepada mereka yang memiliki keyakinan politik berbeda untuk bersatu sebagai satu kesatuan dalam membentuk masyarakat yang lebih baik," kata Marcos Jr yang akrab disapa Bong Bong.

Ketika Marcos Sr yang sakit mati-matian mempertahankan kekuasaan pada tahun 1986, ratusan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan ibukota selama empat hari dalam pemberontakan yang didukung militer melawan rezimnya.

Klan tersebut, termasuk Marcos Jr, melarikan diri dari istana kepresidenan pada 25 Februari dengan pesawat militer AS dengan tas dan kotak berisi permata, emas, dan uang tunai.

Setelah kematian sang patriark di Hawaii pada tahun 1989, keluarganya kembali ke Filipina untuk membangun kembali basis kekuatan politik mereka dan merehabilitasi nama mereka.

Upaya mereka berhasil dengan kemenangan Marcos Jr dalam pemilihan presiden Mei 2022, menyusul kampanye misinformasi besar-besaran di media sosial yang menutupi sejarah keluarganya.

Cristina Palabay dari aliansi hak asasi manusia Karapatan khawatir klan Marcos masih bertekad untuk membersihkan nama mereka dan mempertahankan "kekayaan haram" mereka, yang diperkirakan mencapai miliaran dolar. (AFP/M-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat