visitaaponce.com

Macron Diikuti Demonstran Hingga ke Belanda

Macron Diikuti Demonstran Hingga ke Belanda
Presiden Prancis Emmanuel Macron(AFP/Ludovic MARIN)

DEMONSTRASI penolakan kenaikan batas usia pensiun dari 62 menjadi 64 tahun, yang digagas Presiden Emmanuel Macron, telah berlangsung selama beberapa pekan di seluruh Prancis. Bahkan, saat Macron mengunjungi Belanda, demonstrasi serupa muncul hingga menimbulkan penangkapan terhadap dua pesertanya, Rabu (12/4).

Penangkapan keduanya terjadi di dekat Universitas Amsterdam, sehari setelah para pengunjuk rasa mengolok Macron saat melakukan pertemuan penting. Demonstrasi ini mencoreng kunjungan kenegaraan pertama presiden Prancis ke Belanda dalam 23 tahun .

"Demi kehormatan para pekerja dan dunia yang lebih baik, bahkan jika Macron tidak menyukainya, kami di sini," teriak seorang pengunjuk rasa, saat dia diringkus beberapa anggota keamanan di Amsterdam.

Baca juga: Ribuan Rakyat Prancis Lanjutkan Penolakan Reformasi Pensiun

Pria itu berlari ke arah Macron sebelum dijatuhkan oleh petugas keamanan. Insiden itu terjadi tepat setelah presiden Prancis itu keluar dari limusin bersama Raja Belanda Willem-Alexander dan disambut Wali Kota Amsterdam Femke Halsema.

"Kami menangkap dua pengunjuk rasa karena berlari ke arah presiden. Karena mengganggu ketertiban umum dan mengancam," kata Juru Bicara Kepolisian Amsterdam Lex van Liebergen kepada AFP.

Keduanya adalah laki-laki dan perempuan yang turut berunjuk rasa terhadap Macron. 

Baca juga: Xi dan Macron Bertekad Atasi Perbedaan

"Salah satunya membawa spanduk," tambah Van Liebergen.

Sekitar 40 orang masih memprotes ketika Macron meninggalkan fakultas sains Universitas Amsterdam, tempat dia mengadakan pertemuan meja bundar dengan raja Belanda dan para pemimpin bisnis setempat.

Macron, dalam kunjungannya, menandatangani pakta inovasi dengan Belanda yang berfokus pada kerja sama semikonduktor, fisika kuantum, dan energi.

Trump kecam Macron

Tetapi, protes di Belanda menegaskan tantangan besar yang dihadapi Presiden Prancis periode kedua itu setelah melakukan perbaikan aturan pensiun. Mulai dari pemogokan massal dan demonstrasi dengan kekerasan.

Di Den Haag, pengunjuk rasa berteriak, 'Di mana demokrasi Prancis' dan membentangkan spanduk bertuliskan 'Presiden Kekerasan dan Kemunafikan' saat Macron memberikan pidato tentang kedaulatan Eropa.

Kunjungan Macron ke Belanda berakhir Rabu (12/4) malam, setelah menyaksikan pameran karya pelukis Johannes Vermeer yang terjual habis di Rijksmuseum di Amsterdam, dan berbicara dengan Perdana Menteri Mark Rutte di atas perahu kanal.

Sebelumnya, istri Macron, Brigitte, dan Ratu Belanda Maxima mengunjungi Anne Frank House di Amsterdam, tempat penulis buku harian remaja Yahudi yang tragis bersembunyi dari Nazi selama Perang Dunia II. 

Macron mengatakan dalam sebuah wawancara dengan media, termasuk Politico dan harian bisnis Prancis Les Echos, bahwa Eropa tidak boleh berpihak pada Amerika Serikat (AS) maupun Tiongkok dalam isu Taiwan.

Pernyataan itu mendapat pujian Tiongkok yang menentang dukungan AS atas Taiwan. Mantan Presiden AS Donald Trump mengatakan AS telah kehilangan begitu banyak pengaruh di dunia sejak dia meninggalkan jabatannya. 

"Macron, yang merupakan teman saya, (perlawanan) sudah berakhir dengan Tiongkok, (sekarang) mencium pantatnya". (AFP/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat