Lelah Jadi Korban Perang, Pengungsi Antre untuk Hengkang dari Sudan
![Lelah Jadi Korban Perang, Pengungsi Antre untuk Hengkang dari Sudan](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/05/b35265aceb17649f634ada5f96b96af9.jpg)
PARA pengungsi perang yang kelelahan membentuk antrian panjang di dekat gerbang di Bandara Port Sudan. Beberapa orang melihat ke arah spanduk besar di atas yang menunjukkan doa muslim untuk para pelancong.
Setelah melewati hari-hari yang menegangkan di jalan dengan risiko dari pasukan saingan pemerintahan Sudan, banyak dari mereka yang dengan tenang melafalkan doa sambil berharap bisa keluar dari negara itu.
Hampir sebulan setelah konflik berdarah di Sudan, warga sipil masih berusaha melarikan diri, menaiki pesawat evakuasi dengan hanya membawa sedikit barang dan meninggalkan rumah, kerabat, dan kehidupan mereka.
Baca juga : Pertempuran Sengit Berlanjut di Khartoum Sudan
Bagi mereka yang mengantri di bandara, setelah perjalanan berbahaya mereka dari Khartoum, sekitar 850 kilometer (530 mil) jauhnya dengan mobil atau bus, melarikan diri dari Sudan terasa sangat dekat.
Namun setelah berjam-jam menunggu, hanya segelintir dari mereka yang berjalan perlahan di bawah teriknya matahari, menuju dua pesawat di landasan, sambil menggendong anak-anak dan tas-tas kecil.
Baca juga : Presiden Jokowi Sebut 969 WNI Telah Dievakuasi dari Sudan
Dokter gigi Saeed Nour-Addaem Saeed, 25, adalah salah satu dari sekitar selusin pengungsi yang beruntung yang menumpang pesawat Emirat menuju Abu Dhabi.
"Saya berada di jalan selama dua hari," kata Saeed, dia mengenakan kemeja merah terang dan celana panjang putih, yang bersiap untuk bergabung dengan orang tuanya di Uni Emirat Arab.
"Saya terbangun karena suara tembakan ketika perang pecah... dan sejak saat itu saya melihat hal-hal yang mengerikan," katanya kepada AFP.
750 Orang Tewas
Dua tahun lalu, terlepas dari gejolak politik Sudan, Saeed memutuskan untuk tetap tinggal setelah lulus dari sebuah universitas di Ibu Kota Khartoum, dengan harapan suatu hari nanti ia dapat membuka sebuah klinik.
"Saya tidak benar-benar mengerti apa yang terjadi," katanya. "Saya meninggalkan semuanya. Mimpi saya hancur,” tambahnya.
Proyek Data Lokasi dan Peristiwa Konflik Bersenjata menyatakan lebih dari 750 orang telah terbunuh sejak pertempuran meletus antara tentara dan pasukan paramiliter pada tanggal 15 April.
Sekitar 177.000 orang telah melarikan diri dari negara yang dilanda kemiskinan ini, sementara sedikitnya 736.000 orang mengungsi, seperti dilaporkan badan-badan PBB. (AFP/Z-4)
Terkini Lainnya
750 Orang Tewas
Heru Budi Hartono Mengaku Siap Bantu Pengungsi WNA di Kuningan
Tenda Pengungsi WNA di Kuningan Ganggu Estetika, Heru Budi Akan Datangi UNHCR
Kondisi Tenda Jemaah Haji Indonesia di Mina Mirip Barak Pengungsian
Warga Kecamatan Jenu Terdampak Kebocoran Pipa BBM Kembali Pulang
Pipa BBM di Tuban Bocor, Pendampingan Warga di Pos Pengungsi Terus Dilakukan
Tangki Pertamina di Tuban Diduga Bocor, Ribuan Warga Mengungsi
Berkunjung ke Ukraina, Aktivis HAM Natalius Pigai Usulkan 8 Poin Perlindungan Warga Sipil
G7 Peringatkan Dukungan Tiongkok kepada Rusia dalam Perang Ukraine
Ukraina Menolak Usulan Perdamaian dengan Rusia
Ini Syarat Baru dari Rusia untuk Berdamai dengan Ukraina
Konstruksi Perang yang Maskulin Buat Perempuan dan Anak Jadi Korban
Benjamin Netanyahu: Israel Siap untuk Operasi Intens di Perbatasan Libanon
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap