visitaaponce.com

Lelah Jadi Korban Perang, Pengungsi Antre untuk Hengkang dari Sudan

Lelah Jadi Korban Perang, Pengungsi Antre untuk Hengkang dari Sudan
Evakuasi pengungsi perang di Port Sudan, Rabu (10/5).(AFP)

PARA pengungsi perang yang kelelahan membentuk antrian panjang di dekat gerbang di Bandara Port Sudan. Beberapa orang melihat ke arah spanduk besar di atas yang menunjukkan doa muslim untuk para pelancong.

Setelah melewati hari-hari yang menegangkan di jalan dengan risiko dari pasukan saingan pemerintahan Sudan, banyak dari mereka yang dengan tenang melafalkan doa sambil berharap bisa keluar dari negara itu.

Hampir sebulan setelah konflik berdarah di Sudan, warga sipil masih berusaha melarikan diri, menaiki pesawat evakuasi dengan hanya membawa sedikit barang dan meninggalkan rumah, kerabat, dan kehidupan mereka.

Baca juga : Pertempuran Sengit Berlanjut di Khartoum Sudan

Bagi mereka yang mengantri di bandara, setelah perjalanan berbahaya mereka dari Khartoum, sekitar 850 kilometer (530 mil) jauhnya dengan mobil atau bus, melarikan diri dari Sudan terasa sangat dekat.

Namun setelah berjam-jam menunggu, hanya segelintir dari mereka yang berjalan perlahan di bawah teriknya matahari, menuju dua pesawat di landasan, sambil menggendong anak-anak dan tas-tas kecil.

Baca juga : Presiden Jokowi Sebut 969 WNI Telah Dievakuasi dari Sudan

Dokter gigi Saeed Nour-Addaem Saeed, 25, adalah salah satu dari sekitar selusin pengungsi yang beruntung yang menumpang pesawat Emirat menuju Abu Dhabi.

"Saya berada di jalan selama dua hari," kata Saeed, dia mengenakan kemeja merah terang dan celana panjang putih, yang bersiap untuk bergabung dengan orang tuanya di Uni Emirat Arab.

"Saya terbangun karena suara tembakan ketika perang pecah... dan sejak saat itu saya melihat hal-hal yang mengerikan," katanya kepada AFP.

750 Orang Tewas

Dua tahun lalu, terlepas dari gejolak politik Sudan, Saeed memutuskan untuk tetap tinggal setelah lulus dari sebuah universitas di Ibu Kota Khartoum, dengan harapan suatu hari nanti ia dapat membuka sebuah klinik.

"Saya tidak benar-benar mengerti apa yang terjadi," katanya. "Saya meninggalkan semuanya. Mimpi saya hancur,” tambahnya.

Proyek Data Lokasi dan Peristiwa Konflik Bersenjata menyatakan lebih dari 750 orang telah terbunuh sejak pertempuran meletus antara tentara dan pasukan paramiliter pada tanggal 15 April.

Sekitar 177.000 orang telah melarikan diri dari negara yang dilanda kemiskinan ini, sementara sedikitnya 736.000 orang mengungsi, seperti dilaporkan badan-badan PBB. (AFP/Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat