visitaaponce.com

Oposisi Turki Pikat Suara IRT Pemilih Setia Erdogan

Oposisi Turki Pikat Suara IRT Pemilih Setia Erdogan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan istrinya Emine Erdogan saat meninggalkan TPS usai pemungutan, di Istanbul (14/3/2023)(OZAN KOSE / AFP )

SUARA feminis terdengar dari balik gundukan stroberi dan buah zaitun di sebuah pasar di Istanbul. "Ayo singkirkan Erdogan!"

"Pertahankan hak-hak Anda pada putaran kedua pada 28 Mei," Rojda Aksoy, seorang perempuan bertubuh ramping dengan pakaian longgar yang sudah pudar, berseru.

"Reis (kepala suku) akan menang!" sahut seorang perempuan lain yang mendukung Presiden Recep Tayyip Erdogan, yakni kepala suku yang telah memerintah Turki selama dua dekade dan gagal terpilih kembali pada pemilihan putaran pertama tanggal 14 Mei lalu.

Baca juga: Erdogan Kunci Dukungan Sinan Ogan

Pertukaran ini hanyalah satu tembakan dalam pertempuran untuk memperebutkan setengah dari 64,1 juta pemilih di Turki dalam pemilihan umum yang paling penting di zaman modern.

Saat ini Erdogan sebagai favorit utama untuk menang, pihak oposisi sedang mencari suara agar mendorong pemimpin sekuler Kemal Kilicdaroglu melewati batas dalam pemilihan presiden hari Minggu.

Baca juga: Presiden Tukri Erdogan Incar Dekade Ketiga Pemerintahannya

Dan jika ingin melakukan hal itu, mereka harus memenangkan hati para wanita, terutama para ibu rumah tangga kelas pekerja yang merupakan fondasi dari dukungan Erdogan.

Penghapusan pembatasan terhadap agama oleh Erdogan di negara yang sebagian besar penduduknya beragama Islam. Namun secara resmi merupakan negara sekuler ini menjadikan pemimpin yang berakar Islam ini sebagai pahlawan di kalangan kaum konservatif Turki.

Dukungannya di kalangan ibu rumah tangga, yang kini dapat mengenakan cadar di mana pun mereka inginkan, mencapai 60 persen pada pemilu terakhir di tahun 2018, dan menurut survei Ipsos hampir delapan poin di atas perolehan suara nasional.

Namun, karena berbelanja dengan lira yang nilainya merosot tajam dalam lima tahun terakhir, para wanita ini juga sensitif terhadap guncangan harga akibat krisis ekonomi terburuk di Turki sejak tahun 1990-an.

Hal ini memberikan celah bagi Aksoy untuk bergerak di antara kios-kios pakaian bekas dan jantung artichoke, mencari orang-orang yang ingin pindah agama.

"Kami mengingatkan mereka bahwa meskipun (Erdogan dan partainya) telah berkuasa selama lebih dari 20 tahun, meskipun mereka memiliki semua alat propaganda yang mereka miliki, mereka masih belum menang secara langsung," kata Aksoy.

Didorong oleh sebuah klip media sosial yang viral dan direkam dari dapurnya, Kilicdaroglu yang beraliran kiri memperoleh 44,9 persen suara pada 14 Mei, memaksa Erdogan ke dalam ambang kekalahan pertamanya.

Pada awalnya, Kilicdaroglu gagal meyakinkan Cidgem Ener, seorang pria berusia 50 tahun yang pada putaran pertama memberikan suaranya kepada Sinan Ogan, seorang ultra-nasionalis yang meraih 5,2 persen dan mendukung Erdogan pada minggu ini.

"Turki itu sekuler," kata Ener, sambil menunjukkan bahwa wanita Turki memenangkan hak untuk memilih secara nasional pada tahun 1934. (aljazeera/fer/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat