visitaaponce.com

Struktur Bendungan Buruk Sebabkan Ribuan Kematian di Libia

Struktur Bendungan Buruk Sebabkan Ribuan Kematian di Libia
Bendungan-bendungan di kawasan Kota Derna, Libia, tidak dirawat sejak 2002, yang membuat kerusakan infrastruktur saat badai Daniel.(AFP)

WAKIL Wali kota Derna, Libia, Ahmed Madroud mengatakan bendungan-bendungan di wilayahnya tersebut tidak dirawat sejak 2002. Strukturnya pun tidak dibangun untuk menahan dampak banjir dahsyat yang terjadi minggu ini.

Madroud mengatakan kerusakan infrastruktur akibat Badai Daniel di Derna akan sulit untuk diperbaiki. “Bendungan tersebut tidak dirawat sejak 2002, dan ukurannya tidak besar,” kata Madroud.

Menurut Madroud, bendungan pertama yang jebol hanya setinggi 70 meter. Begitu air mengalir melewatinya, air itu menumpuk di bendungan kedua yang akhirnya menyebabkan bendungan itu jebol.

Baca juga: 2.000 Orang Hilang Usai Libia Disapu Badai

Korban tewas di Derna akibat Badai Daniel, yang melanda pada Minggu (10/9) dan Senin (11/9), kini berjumlah sekitar 3.000 orang, kata Madroud. Ia menambahkan jenazah masih dievakuasi dari air.

Ia memperkirakan jumlah korban tewas mungkin mendekati 5.000 orang. Namun angka tersebut belum dapat dikonfirmasi.

Baca juga: 150 Orang Tewas Akibat Banjir di Libia

Meskipun komunikasi telah pulih di beberapa bagian Derna, kata Madroud, akses jalan raya belum sepenuhnya aman, dan internet serta listrik telah padam di kota berpenduduk sekitar 100 ribu orang tersebut sejak badai melanda.

Itulah sebabnya banyak orang yang meninggal orang hilang dan pengungsi diperkirakan akan meningkat. “Menurut informasi yang saya terima, setidaknya 20% kota ini hancur,” kata Madroud.

Banyak bangunan berkumpul di jalan-jalan sempit yang sangat dekat dengan tempat aliran air dan tidak dibangun dengan baik, katanya. “Saat sungai meluap, seluruh bangunan dan keluarga yang ada di dalamnya ikut terbawa arus.”

Pemerintahan di bagian barat negara itu, dipimpin oleh Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibah, berbasis di Tripoli dan diakui secara internasional. Di wilayah timur yang dilanda bencana, ada pemerintahan saingan lainnya yang berbasis di Benghazi, dan didukung oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang berbasis di Tobruk dan jenderal pemberontak Khalifa Haftar.

Konflik antara dua pemerintahan yang bersaing, ditambah dengan pemerintahan mantan pemimpin Muammar Gaddafi selama beberapa dekade, telah menyebabkan infrastruktur Libia melemah.

Madroud mengatakan dia sedang menunggu kedatangan kiriman bantuan Aljazair melalui udara. Begitu bantuan itu tiba, dia berencana untuk pergi ke Derna dengan bantuan tersebut.

Banyak dari mereka yang membutuhkan tempat berlindung, makanan, dan perlengkapan kebersihan. Para pejabat di wilayah timur telah meminta bantuan, namun bank sentral negara tersebut, yang bertugas mengalokasikan dana ke seluruh negeri, hanya mengakui pemerintah wilayah barat.

Meskipun dukungan dari pemerintahan saingan di Libia dihargai, Madroud mengatakan negara tersebut membutuhkan upaya internasional yang lebih besar dan menyatakan Libia tidak akan mampu membangun kembali dengan sendirinya.

Hani Shennib, presiden Dewan Nasional Hubungan Libia-AS, mengatakan perpecahan politik timur-barat di Libia berdampak besar pada penyediaan layanan, termasuk bantuan bencana.

“Ada kebencian yang sangat besar dan perpecahan antara kedua belah pihak. Ada kebencian bahkan di jalanan mengenai mengapa wilayah timur selama ini diabaikan… sampai-sampai individu dan kelompok yang mencoba membantu dari barat dengan mendatangkan mobil pribadi tidak diterima dengan baik di wilayah timur,” katanya yang berprofesi sebagai dokter dari Phoenix, Arizona di AS.

Dia cukup sering mengunjungi Derna dan terkejut bahwa kota berpenduduk 100 ribu jiwa tidak memiliki satu pun rumah sakit yang berfungsi. “Satu-satunya rumah sakit yang berfungsi di Derna saat ini adalah vila sewaan yang memiliki lima kamar tidur yang memberikan layanan kepada masyarakat. Ini bukanlah hal baru. Hal ini telah berlangsung selama 42 tahun. Hal ini telah menyebabkan keterasingan dan kekacauan politik sejak zaman Gaddafi,” ujarnya.

Shennib selanjutnya menggambarkan banjir sebagai jerami yang mematahkan punggung unta. "Erosi pada bendungan di Derna bukanlah hal baru. Sudah berulang kali dilaporkan, termasuk di jurnal ilmiah mulai 2011 dan seterusnya,” ujarnya.

“Belum ada pejabat yang memperhatikannya. Ini bukan hanya bencana alam, ini adalah bencana manusia dan juga akibat dari pengabaian kota.” (Aljazeera/Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat