visitaaponce.com

23 Penduduk Nagorno-Karabakh Eksodus ke Armenia

23% Penduduk Nagorno-Karabakh Eksodus ke Armenia
Seorang perempuan menangis dalam pelariannya dari Karabakh menuju Armenia, pada 27 September 2023.(AFP/ALAIN JOCARD)

SEKITAR 28.000 orang atau 23% dari populasi wilayah penduduk Nagorno-Karabakh telah melarikan diri ke Armenia. Itu sejak Azerbaijan melancarkan serangan terhadap wilayah yang memisahkan diri tersebut pekan lalu.

Azerbaijan mencabut blokade yang telah berlangsung selama 10 bulan di satu-satunya jalan menuju Armenia di wilayah tersebut. Kebijakan tersebut menyebabkan kekurangan makanan, obat-obatan dan bahan bakar di Nagorno-Karabakh.

Meskipun Azerbaijan telah berjanji untuk menghormati hak-hak warga Armenia, banyak penduduknya yang khawatir akan adanya pembalasan.

Baca juga : Azerbaijan Sisir Separatis Armenia Sumber

"Angka-angka terbaru ini muncul ketika jumlah korban tewas akibat ledakan di depot bahan bakar di Nagorno-Karabakh meningkat menjadi 68 orang, dengan 105 orang hilang dan hampir 300 orang terluka," kata kantor Ombudsman Karabakh.

Ledakan itu terjadi ketika orang-orang mengantre untuk mengisi bahan bakar mobil mereka di sebuah pompa bensin di luar Stepanakert, ibu kota wilayah tersebut, Senin (25/9) malam.

Baca juga : Utusan Azerbaijan dan Armenia Bertemu Bahas Pengungsi

Penyebab ledakan masih belum jelas, namun Asisten Presiden Nagorno-Karabakh, David Babayan, mengatakan informasi awal menunjukkan bahwa ledakan tersebut terjadi karena kelalaian manusia.

Pihak berwenang Armenia juga mengatakan bahwa mereka membawa 125 jenazah ke Armenia dari Nagorno-Karabakh untuk diidentifikasi. Kementerian Kesehatan negara itu mengklarifikasi bahwa semua orang tersebut tewas dalam pertempuran pekan lalu.

Pembantu presiden Azerbaijan, Hikmet Hajiyev, mengatakan di X, sebelumnya Twitter, bahwa rumah sakit di Azerbaijan siap merawat para korban, tetapi tidak mengatakan apakah ada yang dibawa ke sana.

Azerbaijan juga mengatakan pada hari Selasa bahwa 30 metrik ton bensin dan 34 metrik ton bahan bakar diesel dikirim ke wilayah tersebut. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mendesak Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, untuk menahan diri dari permusuhan lebih lanjut di wilayah tersebut, untuk memberikan jaminan kepada penduduknya dan mengizinkan akses ke misi pengamat internasional.

Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Adrienne Watson mengatakan AS akan memberikan bantuan tambahan untuk membantu komunitas lokal “menyediakan tempat berlindung dan persediaan penting seperti peralatan kebersihan, selimut, dan pakaian untuk memenuhi kebutuhan mereka yang terkena dampak atau pengungsi akibat kekerasan di Nagorno-Karabakh,” paparnya.

 

Tentara Azerbaijan usir separatis Armenia

Militer Azerbaijan mengusir pasukan Armenia dalam serangan kilat 24 jam pekan lalu, memaksa otoritas separatis setuju untuk meletakkan senjata dan memulai pembicaraan tentang reintegrasi Nagorno-Karabakh ke Azerbaijan.

Pasokan bahan bakar di Stepanakert sudah berkurang selama berbulan-bulan, dan ledakan depo semakin memperparah kekurangan tersebut. Kecemasan di antara banyak warga mengenai kemampuan berkendara sejauh 35 kilometer menuju perbatasan.

Pada Selasa (26/9), mobil-mobil yang membawa muatan besar di atapnya memadati jalan-jalan Stepanakert, dan penduduk berdiri atau berbaring di trotoar di samping tumpukan barang bawaan.

Pihak berwenang Nagorno-Karabakh meminta warga untuk menunda keberangkatan agar jalan tetap bersih untuk layanan darurat dan mengatakan bus akan disediakan bagi mereka yang ingin berangkat.

“Saya pikir kita akan melihat sebagian besar orang di Karabakh berangkat ke Armenia. Mereka disuruh berintegrasi ke Azerbaijan, negara yang belum pernah mereka masuki, dan kebanyakan dari mereka bahkan tidak bisa berbahasa Azerbaijan dan disuruh membubarkan institusi lokal mereka. Itu adalah tawaran yang tidak akan diterima oleh sebagian besar warga Karabakh,” kata Peneliti Senior di lembaga pemikir Carnegie Europe Thomas de Waal.

Nagorno-Karabakh adalah wilayah otonom di Azerbaijan di bawah Uni Soviet. Wilayah tersebut berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia, yang didukung oleh militer Armenia, setelah perang separatis enam tahun yang berakhir pada 1994.

Dalam perang lainnya pada 2020, Azerbaijan mengambil sebagian Nagorno-Karabakh dan sepenuhnya merebut kembali wilayah sekitarnya yang sebelumnya hilang. Berdasarkan gencatan senjata yang mengakhiri pertempuran 2020, Rusia mengerahkan sekitar 2.000 pasukan penjaga perdamaian ke wilayah tersebut.

Pengaruh Rusia di kawasan ini telah berkurang di tengah perang di Ukraina, sehingga membuat Azerbaijan dan sekutu utamanya, Turki semakin berani. (The Guardian/Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat