visitaaponce.com

Armenia Lebih dari 100 Ribu Orang Tinggalkan Nagorno-karabakh

Armenia : Lebih dari 100 Ribu Orang Tinggalkan Nagorno-karabakh
Eksodus etnis Armenia hampir mengosongkan penduduk Nagorno-Karabakh sejak serangan Azerbaijan.(AFP)

PERDANA Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan eksodus sama dengan pembersihan etnis. Klaim itu ditolak keras Azerbaijan di tengah 100 ribu etnis Armenia meninggalkan Nagorno-Karabakh.

"Eksodus etnis Armenia hampir mengosongkan penduduk Nagorno-Karabakh sejak Azerbaijan menyerang dan memerintahkan kelompok pejuang yang memisahkan diri di wilayah tersebut untuk dilucuti," kata pemerintah Armenia.

Nazeli Baghdasaryan, sekretaris pers Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, mengatakan 100.417 orang telah tiba di Armenia dari Nagorno-Karabakh. Wilayah itu berpenduduk sekitar 120 ribu jiwa sebelum Azerbaijan merebut kembali wilayah tersebut dalam serangan kilat minggu lalu.

Baca juga: 23% Penduduk Nagorno-Karabakh Eksodus ke Armenia

Sebanyak 21.043 kendaraan telah melintasi Jembatan Hakari, yang menghubungkan Armenia ke Nagorno-Karabakh, sejak pekan lalu, kata Baghdasaryan. Banyak yang antre berhari-hari karena jalan pegunungan berkelok-kelok yang menjadi satu-satunya jalur menuju Armenia macet.

“Kecepatannya mengejutkan semua orang, termasuk pihak berwenang Armenia dan PBB,” kata Bernard Smith dari Al Jazeera.

Baca juga: 19 Ribu Orang Eksodus dari Karabakh, Azerbaijan Sisir Separatis Armenia

Kepergian lebih dari 80% penduduk Nagorno-Karabakh menimbulkan pertanyaan tentang rencana Azerbaijan untuk wilayah kantong yang diakui secara internasional sebagai bagian dari wilayahnya.

“Di Nagorno-Karabakh kami melihat pemandangan keheningan yang mencekam, jalan-jalan kosong, toko-toko kosong, dan rumah-rumah kosong,” kata Osama Bin Javaid dari Al Jazeera, melaporkan dari Horadiz.

Hanya sebagian kecil dari populasi yang masih tinggal di daerah kantong ini karena meyakini tidak akan dianiaya oleh pasukan Azerbaijan. Pemerintahan etnik Armenia yang separatis di kawasan itu membubarkan diri pada akhir tahun ini setelah upaya kemerdekaan selama tiga dekade.

Pashinyan menuduh eksodus etnis Armenia merupakan tindakan langsung pembersihan etnis dan perampasan tanah air orang-orang. Kementerian Luar Negeri Azerbaijan dengan tegas menolak karakterisasi tersebut, dan mengatakan bahwa migrasi massal yang dilakukan oleh penduduk di wilayah tersebut adalah keputusan pribadi.

Namun, Luis Moreno Ocampo, mantan Kepala Jaksa ICC, mengatakan kepada Al Jazeera kondisi di Nagorno-Karabakh menggambarkan pembersihan etnis dan deskripsi hukumnya disebut genosida.

“Itu adalah alasan pemerintah Azerbaijan mengatakan, oh, pergi itu sukarela setelah mereka mengebom dan membuat mereka kelaparan sampai mati selama berbulan-bulan,” kata Ocampo.

Selama tiga dekade konflik di wilayah tersebut, Azerbaijan dan kelompok separatis yang didukung oleh Armenia saling menuduh melakukan serangan yang ditargetkan, pembantaian dan kekejaman lainnya, sehingga membuat masyarakat di kedua belah pihak sangat curiga dan takut.

Meskipun Azerbaijan telah berjanji untuk menghormati hak-hak etnis Armenia di Nagorno-Karabakh, sebagian besar dari mereka melarikan diri karena mereka tidak percaya bahwa pemerintah Azerbaijan akan memperlakukan mereka secara manusiawi atau bahasa, agama, dan budaya.

“Tidak satu pun dari orang-orang yang kami ajak bicara percaya pada klaim pemerintah Azerbaijan bahwa keamanan mereka akan terjamin jika mereka memutuskan untuk tetap tinggal,” kata Smith, koresponden Al Jazeera di Yerevan.

Kantor perdana menteri Italia mengatakan bahwa Armenia telah meminta bantuan Uni Eropa untuk membantunya menangani pengungsi yang datang dari Nagorno-Karabakh. Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan pada Sabtu malam bahwa salah satu prajuritnya tewas akibat tembakan penembak jitu pasukan Armenia di distrik perbatasan Kalbajar yang dibantah oleh Armenia.

Setelah enam tahun pertempuran separatis yang berakhir pada 1994 setelah runtuhnya Uni Soviet, Nagorno-Karabakh berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia yang didukung oleh Armenia. Kemudian, selama perang enam minggu pada 2020, Azerbaijan merebut kembali sebagian wilayah di Pegunungan Kaukasus Selatan beserta wilayah sekitarnya yang sebelumnya diklaim pasukan Armenia.

Pada Desember, Azerbaijan memblokir Koridor Lachin, satu-satunya jalan yang menghubungkan Nagorno-Karabakh dengan Armenia, dan menuduh pemerintah Armenia menggunakannya untuk pengiriman senjata ilegal ke pasukan separatis di wilayah tersebut.

Dilemahkan oleh blokade dan kepemimpinan Armenia yang menjauhkan diri dari konflik, pasukan etnis Armenia di wilayah tersebut setuju untuk meletakkan senjata kurang dari 24 jam setelah Azerbaijan memulai serangannya. Pembicaraan telah dimulai antara para pejabat di ibu kota Azerbaijan, Baku, dan otoritas separatis Nagorno-Karabakh mengenai integrasi kembali wilayah tersebut ke dalam Azerbaijan. (Aljazeera/Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat