visitaaponce.com

Bom Vakum Israel Diduga Penyebab Warga Gaza Alami Luka Bakar yang Mengerikan

Bom Vakum Israel Diduga Penyebab Warga Gaza Alami Luka Bakar yang Mengerikan
Salah satu anak korban luka bakar bom Israel yang dirawat di Rumah Sakit Nasser, Khan Yunis, Gaza, 21 Oktober 2023.(AFP/Mahmud Hams)

SEJAK 7 Oktober 2023, tentara Israel terus melakukan serangan udara intensif ke Gaza, dan menewaskan 4.651 warga Palestina, termasuk 1.837 anak-anak dan 1.023 wanita, serta melukai 14.245 jiwa. Banyak korban mengalami luka bakar yang mengerikan.

“Senjata-senjata ini digunakan untuk pertama kalinya, kami belum pernah melihatnya sebelumnya, senjata ini menyebabkan luka bakar tingkat 4 dan kami menyerukan untuk segera menghentikan perang ini,” ujar dokter di salah satu rumah sakit Gaza, dalam sebuah video yang viral.

Belum ada keterangan yang menjelaskan soal apa jenis senjata yang digunakan Israel. Namun, dari penelusuran Media Indonesia, luka bakar parah hingga derajat IV akibat serangan bom dimungkinkan karena penggunaan bom vakum atau bom termobarik.

Baca juga : Dokter Gaza Ungkap Bom Israel Sebabkan Luka Bakar Derajat IV, Rusak hingga ke Tulang

Dikutip dari BBC, bom vakum, atau juga dikenal dengan sebutan senjata thermobaric atau bom aerosol, berisi wadah bahan bakar dengan dua pemantik ledakan yang terpisah.

Bom ini dapat diluncurkan sebagai roket atau dijatuhkan dari pesawat. Ketika mengenai sasaran, pemantik ledakan pertama membuka wadah dan melepas campuran bahan bakar dalam wujud kabut gas.

Baca juga : Israel Gunakan Bom Fosfor Beracun di Gaza

Kabut gas ini bisa menembus celah-celah gedung atau kubu pertahanan yang tidak tertutup rapat. Pemantik ledakan kedua kemudian memicu kabut tersebut sehingga menimbulkan letusan besar, menyedot oksigen dari kawasan sekeliling, dan menciptakan gelombang kejut.

"Peledak normal bobotnya terdiri dari 30% bahan bakar dan 70% pengoksidasi. Sedangkan peledak thermobaric semuanya bahan bakar dan menggunakan oksigen dari udara di sekeliling, sehingga jauh lebih kuat untuk ukuran hulu ledak seperti itu," beber Justin Bronk, peneliti dari lembaga kajian Royal United Services Institute.

 

Serangan udara Israel ke Kota Gaza pada Senin, 9 Oktober 2023. (Sumber : AFP/Mahmud Hams)

 

Tubuh bisa menguap seketika

Senjata bom termobaric yang bisa mencapai ribuan derajat ini sangat mengerikan. Dikatakan bahwa panas dan tekanan yang ditimbulkan senjata termobaric sangat besar sehingga siapapun yang terkena langsung ledakannya akan menguap seketika. 

Sedangkan, orang yang berada di daerah sekitar ledakan akan mengalami luka parah di bagian dalam tubuh akibat gelombang kejut.

"Cara membunuh senjata tersebut utamanya dengan menciptakan ledakan kuat secara ekstrem yang merobek organ tubuh dan memecah paru-paru," kata Bronk.

Pada ruang tertutup bahkan senjata ini sangat mematikan, pada orang-orang di dalam ruang bawah tanah atau gua. Senjata ini juga menciptakan suhu luar biasa tinggi yang mencapai ribuan derajat sehingga bisa menimbulkan luka bakar yang mengerikan.

 

Bom termobaric digunakan Rusia dan AS

Senjata ini telah dipakai pasukan Rusia dan negara-negara Barat sejak 1960-an. Bom ini juga yang digunakan Rusia untuk membombardir Ukraina.

Amerika Serikat utamanya menggunakan senjata tersebut untuk menyerang jaringan gua di Afghanistan, tempat yang diperkirakan dipakai sebagai persembunyian Al-Qaeda.

Pada Mei 2023, militer Myanmar menggunakan bom termobaric ini hingga menewaskan puluhan orang. Human Rights Watch mengatakan, militer mengebom sebuah pertemuan di kubu oposisi dan menewaskan sekitar 170 orang. Penilaian mereka didasarkan pada analisis terhadap 59 foto tubuh korban dan video lokasi kejadian setelah serangan.

 

Bom fosfor putih

Sebelumnya, Israel diketahui menggunakan bom fosfor putih yang amat beracun dan dilarang dalam Konvensi Jenewa 1977 lantaran dianggap sangat berbahaya bagi masyarakat sipil. Mereka yang terkena bom ini bisa meninggal dunia dalam waktu cepat.

Hal itu dikarenakan bom fosfor putih terbakar sangat cepat jika bersentuhan dengan udara. Orang yang terkena bom ini akan merasakan sensasi terbakar dan menghirup uap beracun.

Sekalipun selamat, kesempatan hidup orang yang terkena bom ini cukup tipis lantaran partikel yang terhirup baru akan berhenti terbakar jika oksigen di dalamnya habis.
  

Penggunaan bom fosfor putih. (Sumber : AFP)

 

Genosida Israel 

Bombardir dan blokade Israel di Gaza dilakukan intensif sejak 7 Oktober, ketika kelompok Palestina Hamas memulai Operasi Badai Al-Aqsa, sebuah serangan mendadak ke segala penjuru yang mencakup serangkaian peluncuran roket dan penyusupan ke Israel melalui darat, laut dan udara.
  
Dikatakan bahwa serangan tersebut merupakan pembalasan Hamas atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan yang dilakukan pemukim Israel terhadap warga Palestina. Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza.
  
Meski begitu, nyatanya serangan balasan tersebut dianggap sebagai genosida karena lebih dari 4.000 warga Gaza yang tewas. Mereka bukan anggota Hamas, melainkan para warga sipil. (Anadolu/Ant/Z-4)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat