visitaaponce.com

Zelensky Mengatakan Belum Saatnya untuk Pemilu

Zelensky Mengatakan Belum Saatnya untuk Pemilu
Presiden Ukraina mengatakan tahun depan belum menjadi saat yang tepat untuk pemilu, karena waktu bagi negara bersatu melawan invasi Rusia.(AFP)

PRESIDEN Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan saat ini bukan waktu yang tepat untuk mengadakan pemilu. Perdebatan tentang penyelenggaraan pemilu 2024 meningkat saat negara tersebut berjuang melawan invasi Rusia.

Pemilu dan pemilihan presiden yang dijadwalkan musim semi tahun depan secara teknis dibatalkan akibat darurat militer yang berlaku sejak tahun lalu. “Kita harus memutuskan bahwa sekarang adalah masa pertahanan, masa pertempuran, yang menjadi sandaran nasib negara dan rakyat,” kata Zelensky dalam pidato hariannya.

Dia mengatakan ini adalah waktu bagi negara untuk bersatu, bukan terpecah belah, dan menambahkan Saya yakin sekarang bukan waktu (yang tepat) untuk mengadakan pemilu.

Baca juga:  Zelensky Belum Siap Berdamai dengan Putin

Garis depan antara pihak-pihak yang bertikai sebagian besar tetap statis selama hampir satu tahun meskipun ada serangan balasan Ukraina yang banyak digembar-gemborkan, dengan pasukan Rusia bercokol di Ukraina selatan dan timur.

Para pejabat dari Amerika Serikat dan Eropa – sekutu utama Kyiv – dilaporkan telah menyarankan diadakannya perundingan untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama 20 bulan tersebut.

Baca juga: Standar Ganda PBB atas Ukraina dan Gaza Memalukan

Namun Zelensky dengan keras membantah serangan balasan Ukraina menemui jalan buntu, atau negara-negara Barat bersandar pada Kyiv untuk melakukan perundingan. Amerika Serikat dan pendukung lainnya secara terbuka menyatakan siap mendukung Kyiv dengan bantuan militer dan keuangan selama diperlukan untuk mengalahkan Rusia.

Perhatian global telah beralih ke Timur Tengah sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober – dan Zelensky mendapat tekanan yang semakin besar.

Museum seni dihantam

Serangan Rusia semalam di wilayah Odesa, Ukraina selatan, menyebabkan delapan orang terluka dan merusak museum seni bersejarah, kata pejabat Ukraina, dalam serangan terbaru drone dan rudal.

Tiga orang lainnya terluka dalam serangan Rusia di kota selatan Kherson, ketika Kyiv memperkuat peringatannya bahwa Rusia berencana untuk menghancurkan infrastruktur energi Ukraina menjelang musim dingin.

Gambar yang dirilis pejabat dari dalam Museum Seni Rupa Odesa menunjukkan karya seni terkoyak dari dinding bangunan abad ke-19 dan jendela-jendela yang pecah akibat pemboman udara. UNESCO mengatakan pihaknya “mengutuk keras serangan itu” dan “situs budaya harus dilindungi”.

Pada Senin, Zelensky mengatakan pasukan Ukraina telah berhasil menghancurkan sebuah kapal besar Rusia di galangan kapal Kerch di Krimea yang dianeksasi.

Pada September lalu, Zelensku yang terpilih pada 2019 menyatakan siap mengadakan pemilu nasional tahun depan jika diperlukan, dan mendukung diperbolehkannya pengamat internasional. Pemungutan suara bisa jadi sulit secara logistik karena banyaknya warga Ukraina di luar negeri dan tentara yang bertempur di garis depan.

Tingkat dukungan terhadap Zelensky meroket setelah perang dimulai, namun kondisi politik di negara tersebut masih terpecah-belah. Meskipun terdapat kekuatan pemersatu dalam perang tersebut.

Mantan ajudan presiden Oleksiy Arestovych telah mengumumkan akan mencalonkan diri melawan mantan bosnya, setelah mengkritik Zelensky atas lambatnya serangan balasan. 

Penasihat dekat panglima tentara Ukraina, Jenderal Valery Zaluzhny, terbunuh oleh bahan peledak yang disembunyikan di dalam hadiah ulang tahun. “Dalam keadaan yang tragis, asisten dan teman dekat saya, Mayor Gennadiy Chastiakov, terbunuh,” tulis Zaluzhny di Telegram, mengatakan penyelidikan telah dilakukan.

Sementara itu, jaksa penuntut Ukraina secara resmi memberi tahu dua pejabat senior pertahanan bahwa mereka adalah tersangka dalam kasus penipuan berskala besar yang melibatkan pembelian seragam militer.

Ukraina sedang berjuang keras melawan korupsi sistemik sebagai bagian dari reformasi yang didesak oleh negara-negara Barat agar menjadi anggota lembaga-lembaga seperti Uni Eropa. (AFPZ-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat