visitaaponce.com

Kamp Pengungsi Gaza Lahir pada Masa Perang Arab-Israel Pertama

Kamp Pengungsi Gaza Lahir pada Masa Perang Arab-Israel Pertama
Anak-anak pengungsi Palestina yang tinggal di kamp-kamp Libanon memegang spanduk dan mengibarkan bendera nasional mereka selama protes.(AFP/Anwar Amro.)

PULUHAN ribu penduduk Jalur Gaza tinggal di delapan kamp pengungsi yang didirikan setelah eksodus massal warga Palestina selama perang setelah Israel berdiri pada Mei 1948. Lebih dari 760.000 warga Palestina melarikan diri atau diusir dari rumah mereka dalam peristiwa yang disebut oleh warga Palestina sebagai Nakba (bencana).

Sekitar 180.000 orang melarikan diri ke Gaza. Sisanya tersebar di Tepi Barat dan negara-negara Arab tetangga, khususnya Yordania, Libanon, dan Suriah.

Pada 1949, Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk badan khusus, UNRWA, untuk memberikan layanan dasar kepada mereka dan keturunan mereka, yang juga berstatus pengungsi, termasuk kesehatan dan pendidikan. Lebih dari dua pertiga dari 2,4 juta orang yang tinggal di Gaza ialah pengungsi terdaftar.

Baca juga: Serangan Israel Bunuh Jurnalis Palestina di Jalur Gaza

Israel terus-menerus menolak hak untuk kembali ke negara mereka, yang didukung PBB dalam resolusi 1948. Namun itu menjadi isu penting dalam putaran perundingan damai sebelumnya.

Meskipun istilah kamp pengungsi memunculkan gambaran orang-orang yang tinggal di tenda-tenda, bangunan-bangunan semen bertingkat telah lama menggantikan tenda-tenda di Gaza. Namun kondisi di delapan kamp yang tersebar di sekitar Jalur Gaza sangat suram bahkan sebelum Israel memulai pengeboman tanpa henti terhadap wilayah tersebut sebagai tanggapan atas serangan Hamas.

Baca juga: DK PBB Kembali Gagal Lahirkan Resolusi untuk Gaza, Apa Masalahnya?

Kamp-kamp di Gaza ialah salah satu tempat yang paling padat penduduknya di dunia. Lebih dari 620.000 orang tinggal di lahan seluas kurang dari 6,5 kilometer persegi. Ini menurut angka sebelum perang.

Blokade ketat udara, laut, dan darat yang diberlakukan oleh Israel setelah pengambilalihan Gaza oleh Hamas pada 2007 memperburuk penderitaan mereka. Pengangguran di kamp-kamp tersebut mencapai 48,1% pada kuartal ketiga 2022, menurut UNRWA, dibandingkan dengan 46,6% di wilayah Gaza lain.

Dua dari kamp tersebut--Jabalia dan Shati--terletak di bagian utara Gaza. Israel pada 13 Oktober memerintahkan warga sipil untuk dievakuasi saat mereka terus melancarkan perang melawan Hamas.

Menurut PBB, sekitar 1,5 juta orang telah meninggalkan rumah mereka sejak perang dimulai. Namun sebagian besar diyakini masih tetap tinggal di wilayah utara.

Tidur di jalan 

Jabalia--kamp terbesar di Gaza, tempat intifada atau pemberontakan pertama melawan pendudukan Israel di wilayah Palestina dimulai pada 1987--telah berulang kali dibom sejak awal serangan. Tentara Israel mengklaim mereka menargetkan anggota Hamas dan terowongan yang digali di bawah kamp tersebut dalam serangan yang telah merusak beberapa sekolah milik PBB yang menampung para pengungsi.

Kamp Shati di pinggiran Kota Gaza juga sering menjadi sasaran. Di Gaza tengah, kamp Bureij dan Al-Maghazi diserang.

Empat puluh lima orang tewas dalam serangan udara Israel di kamp Al-Maghazi pada Sabtu, menurut kementerian kesehatan Gaza. Korban tewas termasuk empat anak dan empat saudara laki-laki jurnalis video Mohammed Alaloul.

Banyak dari mereka yang meninggalkan rumah mereka di Gaza utara dan berdesakan di kota selatan Khan Yunis dan Rafah, tempat PBB juga mengelola kamp pengungsi. UNRWA mengatakan bahwa pada 1 November, lebih dari 530.000 orang berlindung di fasilitasnya di Gaza tengah, Khan Yunis dan Rafah, dan menambahkan bahwa tempat penampungan tersebut penuh dan banyak orang tidur di jalanan.

Banyak yang berharap untuk meninggalkan Gaza melalui perbatasan Rafah yang menyeberang ke Mesir. Rafah satu-satunya jalan masuk dan keluar Gaza yang tidak dikendalikan oleh Israel. Namun sejauh ini Mesir hanya mengizinkan beberapa ratus orang asing, berkewarganegaraan ganda, dan warga Palestina yang terluka. (AFP/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat