visitaaponce.com

Militer Israel Resmi Jadikan RS Al-Shifa di Gaza Medan Perang

Militer Israel Resmi Jadikan RS Al-Shifa di Gaza Medan Perang
Denah dan potret jarak jauh RS Al-Shifa di Gaza yang dikepung tentara Israel.(AFP)

PENGELOLA rumah sakit (RS) terbesar di Jalur Gaza, Al-Shifa mengatakan tank Israel disertai buldoser telah mengepung fasilitas kesehatan itu. Israel yang didukung Amerika Serikat (AS), akan melakukan operasi di RS itu setelah mengklaim di dalamnya terdapat ruang komando Hamas dan para sandera.

Mokhallalati, seorang dokter di Al-Shifa, mengatakan pasukan Israel telah berada di dalam kompleks Al-Shifa.

"Kami melihat tank dan buldoser di kampus pusat tersebut,” kata Mokhallalati, Rabu, (15/11).

Dia mengatakan dia memeriksa bangunan utama di atas ruang gawat darurat, dan pasukan Israel tampaknya tidak memasukinya. Namun dia tidak mengetahui keadaan bangunan lain yang juga menampung pasien dan pengungsi.

Baca juga: Mentahkan Klaim Boris Johnson, Inggris Pastikan ICC Berwenang Tangani Israel

“Penembakan masih besar-besaran, dan kami mendengar ledakan di mana-mana,” kata Mokhallalati.

Selama berminggu-minggu, daerah sekitar RS Al-Shifa telah dilanda beberapa serangan Israel. Pemerintah Israel juga telah berulang kali mengeluarkan peringatan untuk mengevakuasi fasilitas medis.

Itu sebuah perintah yang ditolak oleh pejabat medis Palestina, dengan mengatakan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan pasien mereka. Menurut staf medis, diperkirakan 650 pasien masih dirawat di RS tersebut.

Baca juga: Pasukan Israel Serbu Rumah Sakit Gaza

Sekitar 5.000 hingga 7.000 warga sipil yang mengungsi juga terjebak di dalam halaman rumah sakit dan terus-menerus diserang oleh penembak jitu dan drone. Lebih dari 1.000 staf medis juga terjebak di dalam gedung, namun tidak dapat merawat lebih banyak pasien karena kekurangan obat-obatan dan bahan bakar.

Direktur RS Al-Shifa Muhammad Abu Salmiya mengatakan sejauh ini 179 jenazah telah dikuburkan di halaman RS tersebut. Itu karena petugas kesehatan tidak dapat membawa mereka ke pemakaman karena pemboman yang tiada henti.

Setidaknya tujuh bayi dan 29 pasien perawatan intensif meninggal di RS tersebut sejak bahan bakar untuk generator habis pada akhir pekan. Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina, Ashraf al-Qudra, mengatakan bahwa tawaran Israel untuk memindahkan bayi keluar dari al-Shifa dengan inkubator portabel tidak menghasilkan rencana yang konkrit.

AS mengatakan pihaknya memiliki informasi bahwa Hamas dan Jihad Islam Palestina menggunakan rumah sakit di Gaza, termasuk al-Shifa, untuk menyembunyikan dan mendukung operasi militer dan penyanderaan.

Hamas Membantah

Hamas membantah keras tuduhan tersebut, dan menuduh AS dan Israel memajukan narasi tersebut untuk membenarkan pembantaian yang lebih brutal terhadap warga Palestina dan menghancurkan sektor kesehatan di wilayah kantong yang terkepung itu.

Pejabat Gaza mengatakan administrator al-Shifa menolak mengevakuasi pasien sesuai perintah Israel. Evakuasi harus dilakukan melalui koridor kemanusiaan yang aman yang melindungi standar kesehatan dan mempertimbangkan keadaan pasien di dalam RS tersebut.

“Kami tidak bisa begitu saja mengevakuasi rumah sakit ke jalan. Kami akan menjatuhkan hukuman mati (kepada pasien)," paparnya.

Hamas mengatakan pihaknya menganggap Israel dan Presiden AS Biden bertanggung jawab penuh atas dampak penggerebekan rumah sakit al-Shifa oleh pasukan Israel, dan menyebut tindakan tersebut sebagai kejahatan biadab terhadap fasilitas medis yang dilindungi oleh Konvensi Jenewa Keempat.

“Pendudukan Israel dan siapa pun yang berkolusi dengannya untuk membunuh anak-anak, pasien, dan warga sipil tak berdosa akan dimintai pertanggungjawaban,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
 

(Aljazeera/Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat