visitaaponce.com

Putin Umumkan Maju di Pilpres 2024

Putin Umumkan Maju di Pilpres 2024
Presiden Rusia Vladimir Putin.(AFP/SERGEY GUNEYEV)

VLADIMIR Putin ingin memperpanjang kekuasaannya di Rusia setidaknya selama enam tahun ke depan. Dia pun mengumumkan pencalonannya dalam pemilihan presiden yang akan digelar Maret 2024.

Putin masih mendapat dukungan luas setelah hampir seperempat abad berkuasa, meskipun telah memulai perang yang sangat memakan biaya di Ukraina yang telah merenggut ribuan nyawa warga negaranya.

Pemberontakan singkat pada Juni yang dilakukan oleh pemimpin tentara bayaran Grup Wagner Yevgeny Prigozhin menimbulkan spekulasi luas bahwa Putin mungkin akan kehilangan kendali. Kematian Prigozhin dalam kecelakaan pesawat misterius dua bulan kemudian memperkuat pandangan bahwa Putin memegang kendali penuh di Rusia.

Putin mengumumkan keputusannya untuk mencalonkan diri dalam pemilihan presiden pada 17 Maret setelah upacara penghargaan Kremlin. Itu ketika para veteran perang dan pihak lain memintanya untuk mencalonkan diri kembali.

“Saya tidak akan menyembunyikannya dari Anda saya memiliki berbagai pemikiran tentang hal ini dari waktu ke waktu, tetapi sekarang, Anda benar, keputusan perlu diambil,” kata Putin dalam video yang dirilis Kremlin usai acara tersebut.

Baca juga: Pilpres Rusia akan Digelar Maret 2024

Dirinya akan kembali mencalonkan diri sebagai presiden Federasi Rusia. Tatiana Stanovaya dari Carnegie Russia Eurasia Center mencatat bahwa pengumuman tersebut dibuat dengan cara yang sederhana dan bukan melalui pidato langsung di televisi.

Hal ini mungkin mencerminkan upaya Kremlin untuk menekankan kerendahan hati Putin dan fokusnya pada melakukan pekerjaannya dibandingkan dengan kampanye keras.

“Ini bukan soal kemakmuran, ini soal kelangsungan hidup. Taruhannya telah dinaikkan semaksimal mungkin," jelasnya.

Sekitar 80% masyarakat menyetujui kinerja Putin, menurut jajak pendapat independen Levada Center. Entah karena dukungan nyata atau karena paksaan, Putin diperkirakan hanya akan menghadapi sedikit penolakan dalam pemungutan suara.

Putin, 71, telah dua kali menggunakan pengaruhnya untuk mengamandemen konstitusi sehingga secara teoritis ia dapat tetap berkuasa hingga berusia pertengahan 80-an. Dia sudah menjadi pemimpin Kremlin yang paling lama menjabat sejak diktator Soviet Josef Stalin, yang meninggal pada 1953.

Pada 2008, ia mengundurkan diri dari jabatan perdana menteri karena keterbatasan masa jabatannya. Masa jabatan presiden kemudian diperpanjang menjadi enam tahun dari sebelumnya empat tahun, sementara paket amandemen lain yang ia usulkan tiga tahun lalu mengatur ulang masa jabatan dua periode berturut-turut yang akan dimulai pada 2024.

“Dia takut menyerahkan kekuasaan,” kata Analis Politik dan Profesor di Free University of Riga, Latvia , Dmitry Oreshkin.

Pada saat amandemen yang mengizinkannya untuk dua periode lagi, kekhawatiran Putin akan kehilangan kekuasaan mungkin meningkat. Jajak pendapat Levada menunjukkan tingkat dukungan terhadap Putin jauh lebih rendah, yaitu sekitar 60%.

Dalam pandangan beberapa analis, penurunan popularitas bisa jadi menjadi pendorong utama perang yang dilancarkan Putin di Ukraina pada Februari 2022.

“Konflik dengan Ukraina ini diperlukan sebagai perekat. Dia perlu mengkonsolidasikan kekuasaannya,” kata Abbas Gallyamov, mantan penulis pidato Putin yang kini tinggal di Israel.

Pakar Brookings Institution, Fiona Hill, yang merupakan mantan pakar Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat dalam urusan Rusia, setuju bahwa Putin menganggap perang kecil yang indah dan penuh kemenangan akan mengkonsolidasikan dukungan bagi terpilihnya kembali dirinya.

“Ukraina akan menyerah. Dia akan melantik presiden baru di Ukraina. Dia akan mendeklarasikan dirinya sebagai presiden persatuan baru Belarus,Ukraina, dan Rusia menjelang pemilu 2024. Dia akan menjadi pemimpin tertinggi,” jelasnya.

Perang tidak terjadi seperti itu. Hal ini berubah menjadi sebuah kerja keras yang sangat melelahkan dimana tidak ada pihak yang mencapai kemajuan yang signifikan, sehingga menimbulkan tantangan berat terhadap peningkatan kesejahteraan yang tidak terpisahkan dari popularitas Putin dan kecenderungan masyarakat Rusia untuk mengesampingkan kekhawatiran mengenai politik yang korup dan menyusutnya toleransi terhadap perbedaan pendapat.

Baca juga: Putin Bahas Minyak hingga Israel dengan Putra Mahkota Arab Saudi

Pemerintahan Putin telah mencakup lima masa kepresidenan AS, dari Bill Clinton hingga Joe Biden. Dia menjadi penjabat presiden pada Malam Tahun Baru 1999, ketika Boris Yeltsin tiba-tiba mengundurkan diri. Dia terpilih untuk masa jabatan pertamanya pada Maret 2000.

Ketika ia dipaksa mundur pada tahun 2008 karena batasan masa jabatan, ia beralih ke jabatan perdana menteri sementara sekutu dekatnya Dmitry Medvedev menjabat sebagai presiden pengganti.

Ketika Putin mengumumkan bahwa ia akan mencalonkan diri untuk masa jabatan baru pada 2012 dan Medvedev dengan patuh setuju untuk menjadi perdana menteri, protes publik menimbulkan kerumunan massa sebanyak 100 ribu orang atau lebih.

“Dia adalah presiden masa perang, yang memobilisasi masyarakat untuk mendukungnya. Dan itu akan menjadi pesan seputar pemilu 2024, tergantung pada situasi di medan perang," kata Hill. (France24/Z-6)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat