visitaaponce.com

Kerabat dan Hamas Tolak Tudingan Israel terhadap Jurnalis yang Terbunuh

Kerabat dan Hamas Tolak Tudingan Israel terhadap Jurnalis yang Terbunuh
Janda (kanan) dari Hamza Wael Dahdouh, seorang jurnalis jaringan televisi Al-Jazeera, dan ayahnya, Wael Al-Dahdouh (kiri).(AFP.)

ANGGOTA keluarga dan kelompok militan Palestina Hamas pada Kamis (11/1) menolak klaim tentara Israel bahwa dua jurnalis Al-Jazeera yang terbunuh dalam serangan udara Gaza melakukan operasi teror.

Hamza Wael Dahdouh dan Mustafa Thuria, yang juga bekerja sebagai perekam video untuk AFP dan organisasi berita lain, terbunuh pada Minggu (7/1) ketika mereka sedang bertugas untuk saluran yang berbasis di Qatar tersebut di kota Rafah, Jalur Gaza, Palestina.

Pada Rabu (10/1), tentara Israel mengatakan kedua pria tersebut ialah, "Anggota organisasi teroris yang berbasis di Gaza yang secara aktif terlibat dalam serangan terhadap pasukan IDF (tentara). Sebelum serangan, keduanya mengoperasikan drone yang merupakan ancaman bagi pasukan IDF," kata militer.

Baca juga: PBB Adopsi Resolusi Kecaman Houthi di Laut Merah

 

Ayah Hamzah, Wael al-Dahdouh, yang merupakan kepala biro Al-Jazeera di Gaza, menolak klaim tersebut. "Ini rekayasa. Jelas bahwa mereka (tentara) berusaha membela diri, membenarkan yang terjadi, dan menggagalkan masalah ini," kata Dahdouh kepada AFP.

"(Tentara) ingin memberikan alasan. Hal ini jelas (bahkan) terjadi kepada anak-anak di sini," katanya. Ia menambahkan bahwa Hamzah ialah jurnalis yang berpengalaman.

"Dalam perang ini, jurnalis hampir tidak dapat melakukan pekerjaannya, mengingat mereka tunawisma dan pengungsi," kata Dahdouh.

Baca juga: Afrika Selatan Tuduh Israel Langgar Konvensi Genosida

Dua keponakan Dahdouh, Ahmed, seorang insinyur elektronik berusia 30 tahun, dan Muhammad, seorang akuntan sekolah berusia 26 tahun, tewas dalam serangan udara lain dari Israel di Rafah pada Senin. Ini disampaikan kerabat dan kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.

Kantor pers Hamas juga menolak klaim tentara terhadap kedua jurnalis tersebut. Katanya, Israel, "Menciptakan dalih palsu untuk membenarkan pembantaian dan kejahatan terhadap warga sipil dan jurnalis Palestina."

Thuria, berusia 30-an, telah berkontribusi untuk AFP sejak 2019 dan bekerja dengan media internasional lain. Dia dan Hamzah tewas ketika mobil mereka dihantam roket saat mereka dalam perjalanan pulang dari tugas Al-Jazeera.

Sepupu Thuria, Muhammad Thuria, mengatakan klaim tentara tersebut ialah, "Tuduhan palsu." Dia mengatakan Mustafa biasa mengoperasikan drone untuk mengambil foto dan video yang dia jual ke kantor berita lokal dan internasional. "Dia seorang pemuda ambisius dan profesional yang dikenal di kalangan jurnalis karena karyanya."

Ketika ditanya oleh AFP pada Kamis tentang jenis drone yang digunakan kedua pria tersebut dan sifat ancaman yang mereka berikan terhadap pasukan Israel, tentara mengatakan, "Kami tidak perlu menambahkan apa pun." (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat