visitaaponce.com

Volodymyr Zelensky Yakin Ukraina Bisa Kalahkan Rusia

Volodymyr Zelensky Yakin Ukraina Bisa Kalahkan Rusia
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky yakin Ukraina dapat memenangkan perang melawan Rusia, meskipun menghadapi kekurangan bantuan militer.(AFP)

PRESIDEN Ukraina Volodymyr Zelensky meyakini negaranya dapat menang dalam perang melawan Rusia. Pernyataan itu muncul di tengah kekurangan bantuan militer dari negara-negara sekutu Kyiv dan kehilangan kota Avdiivka di garis depan.

“Kami akan menang pada hari terbesar dalam hidup kami,” kata Zelensky pada sebuah upacara itu di bandara Gostomel di Kyiv, tempat pertama pasukan Rusia menjejakkan kaki mereka di Ukraina dua tahun lalu, Sabtu (24/2).

Zelensky juga mendesak sekutu Baratnya untuk meningkatkan pasokan militer untuk Kyiv. Pasukannya di timur dan selatan kalah dalam hal persenjataan dan jumlah dari Rusia.

Baca juga : Rusia dan Ukraina Melakukan Pertukaran Ratusan Tawanan Perang

Berbicara kepada para pemimpin G7, beberapa di antaranya telah melakukan perjalanan ke Kyiv, Zelensky mengatakan dukungan kelompok ini akan membantu negaranya menang di medan perang.

“Anda tahu betul kami membutuhkan semua ini pada waktunya, dan kami mengandalkan Anda. Putin (Presiden Rusia Vladimir Putin) bisa kalah dalam perang ini,” katanya pada pertemuan puncak para pemimpin G7 secara virtual, yang diapit oleh Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, dan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, yang semuanya telah melakukan perjalanan ke Kyiv.

“Ingatlah bahwa ambisi kekaisaran dan revanchisme hanya bisa dikalahkan jika dilakukan bersama-sama,” kata Zelensky.

Baca juga : Zelensky Minta Dukungan Militer AS, Tuding Penundaan Bantuan Penuhi 'Impian' Putin

Dalam pernyataan setelah KTT tersebut, G7 menyerukan tambahan dana untuk membantu Kyiv menutup kekurangan pendanaannya. Ketika perang ini memasuki tahun ketiga, penundaan paket pendanaan penting Amerika senilai US$60 miliar telah menyebabkan kekurangan amunisi di Ukraina, dan Moskow berusaha memanfaatkannya dengan merebut Avdiivka.

Namun Zelensky dan komandan utamanya berusaha membangkitkan dukungan militer dan keuangan utama negara tersebut. Panglima militer Ukraina Oleksandr Syrsky mengatakan dia yakin akan kemenangan atas Rusia.

Ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus saat fajar pada 24 Februari 2022, banyak yang mengharapkan kemenangan dalam beberapa hari, tetapi Ukraina melawan, memaksa pasukannya mundur secara memalukan.

Baca juga : Menhan AS Kunjungi Kyiv, Serahkan Bantuan Militer Senilai US$100 Juta

Namun, sejak itu, Ukraina mengalami kemunduran dengan kegagalan serangan balasannya pada 2023. Rusia telah berinvestasi besar-besaran dalam industri pertahanannya dan merekrut ratusan ribu tentara.

Sementara Ukraina kekurangan tenaga kerja dan kehabisan amunisi yang dipasok Barat untuk artileri dan pertahanan udara. Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mendesak Ukraina dan sekutunya untuk tidak berkecil hati.

Kyiv menandatangani perjanjian keamanan dengan Ottawa dan Roma pada Sabtu, dengan Kanada mengatakan akan memberikan total dukungan finansial dan militer sebesar US$2,2 miliar pada 2024.

Baca juga : Media Tiongkok Silang Pendapat soal Kebenaran Perang Ukraina-Rusia

Kyiv menghadapi salah satu momen tersulit sejak invasi Rusia, dengan penundaan pengiriman artileri Eropa yang dijanjikan sehingga memperburuk kebuntuan bantuan di Washington. Rusia melakukan serangan keras di wilayah timur setelah merebut kota Avdiivka yang dijaga ketat pada 17 Februari.

Pasukan di kota pertambangan Pokrovsk di Ukraina timur mengirimkan pesan yang jelas kepada para pemimpin asing yang berkumpul di Kyiv. 

"Beri kami artileri, drone, baterai tandingan, peluru,” kata seorang tentara Ukraina berusia 31 tahun, yang mengidentifikasi dirinya sebagai Woodie.

Baca juga : PM Jepang Mendadak ke Ukraina untuk Bertemu Zelensky 

Rusia terus melancarkan serangan drone dan rudal yang menghancurkan kota-kota Ukraina. Dalam serangan terbaru, pihak berwenang Ukraina mengatakan tiga warga sipil tewas di kota timur Dnipro dan di Odesa pada Jumat malam hingga Sabtu (24/2).

“Bagi perempuan Ukraina, ini adalah kesedihan kami – untuk suami kami, untuk anak-anak kami, untuk ayah kami,” kata ahli gizi Olga Byrko di Kyiv.

Walikota Kyiv Vitali Klitschko mengatakan sirene serangan udara telah berbunyi 989 kali di ibu kota selama dua tahun perang. Itu rata-rata lebih dari sekali dalam sehari.

Baca juga : Ukraina Laporkan Serangan Udara Besar-Besaran dari Rusia

Dia mengatakan bahwa hampir 200 warga sipil telah terbunuh di ibu kota selama waktu tersebut, termasuk enam anak-anak. Ukraina memperkirakan jumlah warga sipil yang terbunuh sekitar 50 ribu orang.

Tidak ada pihak yang menyebutkan jumlah korban tewas dan cedera pihak militer, sementara keduanya mengklaim telah menimbulkan kerugian besar. Pada Agustus 2023, The New York Times mengutip para pejabat Amerika Serikat (AS) yang menyebutkan kerugian militer Ukraina sebanyak 70 ribu orang tewas dan 100 hingga 120 ribu orang terluka.

Informasi intelijen AS yang bocor pada Desember menunjukkan bahwa 315 ribu tentara Rusia telah terbunuh atau terluka. Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengunjungi pasukan Moskow di wilayah pendudukan Ukraina, kata pihak militer pada Sabtu (24/2).

Baca juga : Gencatan Senjata Sepihak Putin akan Dimulai di Ukraina

Moskow telah meningkatkan produksi senjatanya secara besar-besaran dan menerima drone dari Iran. Sementara Kyiv mengatakan pihaknya telah mengkonfirmasi penggunaan rudal Korea Utara oleh Rusia.

Konflik ini telah membuat Rusia semakin terisolasi dari negara-negara Barat, sehingga AS dan sekutu-sekutunya menjatuhkan banyak sanksi. Presiden AS Joe Biden mengumumkan lebih banyak sanksi terhadap Rusia pada Jumat (23/3), untuk menghentikan mesin perang Putin.

G7 pada Sabtu (24/2), berjanji akan terus menaikkan biaya perang Rusia, meminta Iran untuk berhenti membantu invasi Moskow dan menyatakan keprihatinan atas ekspor barang yang dapat digunakan untuk senjata atau peralatan militer dari Tiongkok ke Rusia.

Kremlin telah menggunakan perang untuk menggalang patriotisme dan melakukan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat. Beberapa orang ditahan pada hari Sabtu dalam sebuah protes di Moskow oleh istri tentara yang dimobilisasi meminta orang yang mereka cintai untuk pulang.

Namun di jalanan Moskow, kebanyakan orang mengatakan kepada AFP bahwa mereka mendukung perang. “Saya bangga dengan orang-orang kami. Mereka melakukannya dengan baik, mereka di luar sana berjuang untuk negara kita,” kata Nadezhda, 27 tahun, seorang insinyur lingkungan. (AFP/Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat