visitaaponce.com

PBB Israel Terbukti Secara Sengaja Bunuh Reporter Issam Abdallah di Lebanon

PBB: Israel Terbukti Secara Sengaja Bunuh Reporter Issam Abdallah di Lebanon
Warga Lebanon melakukan aksi menuntut penyelesaian kasus pembunuhan jurnalis Issam Abdallah oleh tentara Israel.(Dok. AFP/Joseph Eid)

LAPORAN terbaru PBB menyebut tentara Israel secara sengaja menembaki sekelompok jurnalis yang tengah bertugas di Lebanon selatan pada 13 Oktober 2023. Dalam insiden itu, seorang jurnalis Reuters, Issam Abdallah tewas tertembak.

Investigasi yang dilakukan Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) itu dirangkum dalam sebuah laporan yang dilihat dan dilaporkan oleh Reuters pada hari Rabu, (13/3). Dalam laporan itu disebutkan tidak adanya baku tembak di perbatasan antara Israel dan Lebanon selama lebih dari 40 menit sebelum serangan tank Merkava Israel melepaskan tembakan ke arah sekelompok jurnalis yang tengah bertugas.

Abdallah dan rekan seprofesinya saat itu tengah bertugas dengan atribut lengkap seperti kamera dan jaket bertuliskan ‘Press’. Temuan itu membuat PBB meyakini tentara Israel memang menargetkan jurnalis untuk dibunuh dengan menembakkan dua peluru 120mm ke arah mereka.

Baca juga : Badan Bantuan Pengungsi Palestina UNRWA di Ambang Kehancuran

Penembakan terhadap warga sipil, dalam hal ini jurnalis yang dapat diidentifikasi dengan jelas, merupakan pelanggaran terhadap UNSCR 1701 (2006) dan hukum internasional,” kata laporan UNIFIL, mengacu pada Resolusi Dewan Keamanan 1701.

Laporan setebal tujuh halaman tertanggal 27 Februari menyatakan lebih lanjut: “Dinilai tidak ada baku tembak di Jalur Biru pada saat kejadian. Alasan pemogokan terhadap jurnalis tidak diketahui,”

Berdasarkan Resolusi 1701, yang diadopsi pada tahun 2006 untuk mengakhiri perang antara Israel dan pejuang Hizbullah Lebanon, pasukan penjaga perdamaian PBB dikerahkan untuk memantau gencatan senjata di sepanjang garis demarkasi sepanjang 120 km (75 mil), atau Garis Biru, antara Israel dan Lebanon.

Baca juga : Jumlah Jurnalis yang Terbunuh di Palestina Bertambah Jadi 106 Orang

Sebagai bagian dari misi mereka, pasukan PBB mencatat pelanggaran gencatan senjata dan menyelidiki kasus-kasus yang paling mengerikan.

Selain membunuh Abdallah, dua tembakan tank tersebut juga melukai enam jurnalis lainnya di lokasi kejadian, termasuk dua jurnalis Al Jazeera.

Audio yang ditangkap oleh kamera video Al Jazeera di tempat kejadian menunjukkan para wartawan juga mendapat serangan dari peluru kaliber 0,50 yang sejenis dengan senapan mesin Browning yang dapat dipasang pada tank Merkava Israel. Kemungkinan besar dari titik yang sama dengan tank tersebut, a laporan Organisasi Penelitian Ilmiah Terapan Belanda (TNO) pekan lalu.

Baca juga : Setahun Berlalu, Tak Ada Keadilan untuk Jurnalis Shireen Abu Akleh yang Dibunuh Israel

Laporan TNO menyimpulkan bahwa awak tank Israel melepaskan tembakan senapan mesin ke sekelompok jurnalis di dekat perbatasan dengan Lebanon yang juga menjadi sasaran penembakan.

Laporan sebelumnya oleh Reporters Without Borders (RSF) mengatakan para jurnalis tersebut sengaja menjadi sasaran. Meskipun laporan tersebut tidak mengaitkan tanggung jawab kepada Israel.

Bantahan Tentara Israel

Ditanya tentang laporan UNIFIL, juru bicara militer Israel Nir Dinar mengatakan Hizbullah telah menyerang tentara di dekat komunitas Hanita Israel pada 13 Oktober. Mereka merespons dengan tembakan artileri dan tank untuk menghilangkan ancaman tersebut dan kemudian menerima laporan bahwa jurnalis telah terluka.

Baca juga : PBB Pastikan Jurnalis Abu Akleh Tewas di Tangan Tentara Israel

“IDF menyesalkan adanya kerugian yang dialami pihak-pihak yang tidak terlibat, dan tidak dengan sengaja menembak warga sipil, termasuk jurnalis,” kata Dinar, mengacu pada tentara Israel.

“IDF menganggap kebebasan pers sebagai hal yang paling penting dan mengklarifikasi bahwa berada di zona perang itu berbahaya,” ujarnya.

Dia mengatakan Mekanisme Pencarian Fakta dan Penilaian Staf Umum, yang bertanggung jawab meninjau kejadian luar biasa, akan terus memeriksa insiden tersebut.

Menurut situs militer Israel, tim pencari fakta menyerahkan tinjauannya ke departemen hukum militer Israel, yang akan memutuskan apakah suatu kasus memerlukan penyelidikan kriminal.

(Al Jazeera/Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat