visitaaponce.com

Yunani Khawatirkan Israel Perluas Pembantaian

Yunani Khawatirkan Israel Perluas Pembantaian
Ilustrasi - Yunani menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya ketegangan di perbatasan Libanon-Israel.(Unrwa)

PEMERINTAH Yunani menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya ketegangan di perbatasan Libanon-Israel. Athena mendesak Zionis tidak memperluas pembantaian setelah di Jalur Gaza yang menewaskan 36.801 orang.

“Yunani sangat khawatir dengan meningkatnya ketegangan di perbatasan antara Israel dan Lebanon,” kata Kementerian Luar Negeri Yunani di X, dilansir dari Anadolu, Minggu (9/6).

Yunani mendesak semua pihak yang berkonflik untuk fokus pada deeskalasi guna mengakhiri permusuhan sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB 1701. Kementerian tersebut memperingatkan, “Wilayah kami tidak mampu membiarkan terjadinya perang lagi," tambahnya.

Baca juga : Demonstrasi Mahasiswa Pro-Palestina di Eropa Semakin Marak

Ketegangan berkobar di sepanjang perbatasan antara Libanon dan Israel di tengah baku tembak antara pasukan Israel dan Hizbullah, yang merupakan bentrokan paling mematikan sejak kedua belah pihak terlibat perang skala penuh pada 2006.

Kepung Gedung Putih

Ribuan pengunjuk rasa pro Palestina mengepung Gedung Putih pada Sabtu (8/6). Mereka menyuarakan kemarahan atas pembiaran oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden terhadap kebiadaban Israel di Jalur Gaza, Palestina, yang telah menewaskan 36.801 orang.

Sambil meneriakkan “Dari DC ke Palestina, kami adalah garis merah,” para demonstran membentangkan spanduk panjang yang bertuliskan nama-nama warga Palestina yang dibunuh oleh pasukan Israel, saat pembantaian ini memasuki bulan kesembilan.

Baca juga : Aksi Mahasiswa Pro-Palestina Menyebar di Eropa

Biden mendapat kritik karena memainkan tindakan penyeimbang terhadap tindakan sekutu utamanya, Israel, dalam konflik tersebut. Gedung Putih mengatakan pada Mei bahwa serangan mematikan Israel di Rafah tidak melewati “garis merah” yang ditetapkan Biden.

“Saya tidak lagi mempercayai kata-kata apa pun yang diucapkan Joe Biden,” kata Zaid Mahdawi, 25, seorang pengunjuk rasa asal Virginia, yang orang tuanya adalah warga Palestina, dilansir dari Channelnewsasia, Minggu (9/6).

"'Garis merah' dalam retorikanya adalah sampah. Ini menunjukkan kemunafikan dan kepengecutannya," kata Mahdawi.

Baca juga : Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Columbia, New York Ditangkap

Asisten perawat Tala McKinney, 25, mengatakan, dia berpikir semua hal ini akan segera berhenti. Tapi jelas Biden tidak memenuhi janji yang dia ucapkan kepada rakyatnya.

Semua pengunjuk rasa mengenakan pakaian merah, memegang bendera Palestina, dan tanda-tanda yang bertuliskan “Garis merah Biden adalah kebohongan” dan “Membom anak-anak bukanlah pembelaan diri”.

Gedung Putih meningkatkan keamanan dengan tambahan pagar pembatas anti kerak menjelang demonstrasi, yang menyaksikan bus-bus sewaan mengangkut orang-orang dari Maine dan Florida.

Lima bulan setelah pertarungannya melawan kandidat presiden Partai Republik Donald Trump, Biden menghadapi tekanan untuk mempertahankan pemilih Muslim dan muda, yang dianggap penting dalam upayanya untuk terpilih kembali.

"Sangat mengecewakan memiliki presiden yang tidak menepati janjinya. Saya akan memilih pihak ketiga," kata McKinney. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat