visitaaponce.com

Hizbullah Tembakkan 200 Roket ke Israel

Hizbullah Tembakkan 200 Roket ke Israel
Ilustrasi serangan Hizbullah di perbatasan Israel dan Lebanon(AFP)

SERANGAN dari Hizbullah Lebanon merupakan salah satu yang terbesar yang pernah dilakukan ke Israel. Pemerintah Zionis mengonfirmasi kelompok militan yang didukung Iran itu ke Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki.

Serangan balasan atas kematian komandan Hizbullah ini disertai lebih dari 15 pesawat nirawak ke wilayah Israel. Seorang juru bicara militer Israel mengatakan tidak ada korban yang dilaporkan.

Serangan itu menyusul sedikitnya dua serangan pada Rabu (3/7) sebagai tanggapan atas apa yang disebut kelompok itu sebagai pembunuhan komandan Mohammed Nasser.

Baca juga : Pejabat Hizbullah Terluka Serius dalam Serangan Israel di Lebanon, Empat Pejuang Tewas

Kelompok militan itu mengatakan pihaknya meluncurkan 100 roket Katyusha ke pangkalan militer Israel di Golan dan rudal Falaq buatan Iran ke pangkalan lain di kota Kiryat Shmona dekat perbatasan Israel-Libanon.

Nasser, yang tewas dalam serangan udara di dekat kota Tyre di Libanon selatan, merupakan salah satu komandan senior Hizbullah yang tewas dalam konflik tersebut, kata dua sumber keamanan di Libanon. Menurut sumber di Libanon, ia sangat penting bagi Hizbullah", yang mengatakan bahwa ia ikut serta dalam pertempuran di konflik Suriah dan Irak dari 2011 hingga 2016 dan bertempur dalam perang terakhir kelompok itu dengan Israel pada 2006.

Diplomat Amerika Serikat (AS) dan Prancis bekerja keras untuk mencegah meningkatnya ketegangan menjadi konflik berskala penuh, sebuah skenario yang mereka khawatirkan dapat menimbulkan efek berantai di seluruh kawasan.

Baca juga : Israel Hancurkan Pemukiman di Libanon

Upaya diplomatik awal oleh Washington untuk menjaga ketenangan di sepanjang perbatasan Libanon-Israel dilakukan secara independen dari konflik di Gaza.

Hizbullah telah menyatakan serangannya terhadap Israel sebagai dukungan terhadap Hamas dan menunjukkan kesediaannya untuk menghentikan serangannya jika gencatan senjata dicapai di Gaza.

Sebaliknya, otoritas Israel mengatakan tindakan militer di Libanon tetap menjadi tindakan potensial jika upaya diplomatik tidak berhasil.

Baca juga : Hizbullah Hujani Israel dengan Serangan Roket

Serangan Hizbullah ini terjadi saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersiap untuk mengadakan pertemuan kabinet keamanan untuk membahas usulan dari Hamas tentang kemungkinan kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Itu guna menghentikan perang yang telah berlangsung hampir sembilan bulan.

Sebelum pertemuan, Netanyahu akan berkonsultasi dengan tim negosiasi gencatan senjata. Netanyahu mengatakan kepada Presiden AS Joe Biden, bahwa dia telah memutuskan untuk mengirim delegasi untuk melanjutkan negosiasi yang terhenti mengenai kesepakatan pembebasan sandera dengan Hamas.

Dalam panggilan telepon antara kedua pemimpin, Netanyahu mengulangi posisinya bahwa Israel akan mengakhiri perang hampir sembilan bulan di Gaza hanya ketika semua tujuannya telah tercapai, kantornya mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Baca juga : Kota Hantu di Perbatasan Israel-Lebanon

Israel menerima tanggapan Hamas atas proposal yang dipublikasikan pada akhir Mei oleh Biden yang akan mencakup pembebasan sekitar 120 sandera yang ditawan di Gaza dan gencatan senjata di wilayah Palestina.

Seorang pejabat Palestina yang mengetahui upaya mediasi tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa Hamas telah menunjukkan fleksibilitas atas beberapa klausul, yang akan memungkinkan kesepakatan kerangka kerja dicapai jika Israel menyetujuinya.

Hamas mengatakan kesepakatan apa pun harus mengakhiri dan menyebabkan penarikan penuh Israel dari Gaza, sementara Israel bersikeras mereka hanya akan menerima jeda sementara dalam pertempuran sampai Hamas diberantas.

Strategi ini melibatkan pembebasan tawanan Israel di Gaza secara bertahap dan penarikan pasukan Israel selama dua tahap awal, bersamaan dengan pembebasan tahanan Palestina. Tahap ketiga berfokus pada pembangunan kembali wilayah yang dilanda konflik dan pemulangan jenazah para sandera yang telah meninggal.

''Kami berharap ini adalah akhir dari perang, kami sudah kelelahan dan tidak sanggup lagi menghadapi kemunduran dan kekecewaan,” kata Youssef, seorang pengungsi di Khan Younis, di Gaza selatan.

“Setiap jam dalam perang ini, semakin banyak orang yang meninggal, dan semakin banyak rumah yang hancur, jadi sudah cukup. Saya katakan ini kepada para pemimpin saya, kepada Israel dan dunia.”

Puluhan ribu warga Palestina terus mencari perlindungan setelah diperintahkan untuk mengungsi, sebuah arahan yang juga mencakup kota perbatasan Rafah.

Perserikatan Bangsa-Bangsa menganggap mandat ini sebagai yang paling luas sejak 1,1 juta orang diinstruksikan untuk meninggalkan wilayah utara Gaza pada bulan Oktober.

Perang dimulai pada 7 Oktober ketika Hamas menyerang Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang. Serangan militer yang dilancarkan Israel sebagai tanggapan sejauh ini telah menewaskan 38.011 warga Palestina dan melukai 87.445 orang, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, kata kementerian kesehatan Gaza pada Kamis (4/7). (Aljazeera/P-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akmal

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat