visitaaponce.com

Urgensi Implementasi Prinsip ESG

Urgensi Implementasi Prinsip ESG
Ilustrasi MI(MI/Seno)

TEMA global saat ini yang kian memukau ialah mendorong masa depan yang lebih baik dengan keuangan berkelanjutan dan pelaporan implementasi prinsip environmental, social and governance (ESG).

Pertimbangan implementasi aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik (ESG) menjadi semakin penting bagi investor, regulator, dan pemangku kepentingan. Maka, para pimpinan keuangan perusahaan (CFO) perlu memahami implikasi keuangan berkelanjutan dan pelaporan ESG, serta mengembangkan strategi untuk mengintegrasikan pertimbangan ESG ke dalam operasi keuangan dan bisnis perusahaan mereka.

Integrasi ESG di sektor keuangan dapat berdampak signifikan pada pengambilan keputusan keuangan perusahaan. Perusahaan semakin mempertimbangkan faktor-faktor ESG dalam keputusan alokasi modal, strategi investasi, sistem manajemen risiko, dan pelaporan keuangan.

Kinerja ESG dapat memengaruhi akses perusahaan terhadap modal, biaya modal, nilai pemegang saham, reputasi merek (corporate brand), dan loyalitas pelanggan. Investor juga memasukkan pertimbangan ESG ke dalam keputusan investasi mereka karena mereka mengenali potensi dampak keuangan jangka panjang dari risiko dan peluang ESG.

Perusahaan yang secara efektif mengintegrasikan ESG ke dalam proses pengambilan keputusan keuangan mereka dapat memperoleh keunggulan kompetitif, menarik investasi, dan meningkatkan kinerja keberlanjutan mereka.

 

Dorongan terhadap ESG

Terdapat beberapa faktor yang telah berkontribusi pada semakin pentingnya keberlanjutan dan ESG di dunia bisnis. Pertama, permintaan konsumen dan investor. Konsumen dan investor semakin peduli sekaligus khawatir tentang dampak bisnis terhadap lingkungan dan masyarakat.

Kini, mereka lebih cenderung memilih perusahaan yang berkomitmen terhadap keberlanjutan dan ESG, yang telah menyebabkan peningkatan permintaan terhadap produk dan investasi berkelanjutan.

Kedua, tekanan regulasi. Pemerintah dan lembaga pengatur yang sah kini lebih menekankan pentingnya aspek keberlanjutan dan ESG. Ini tecermin dalam pengenalan peraturan yang bertujuan mengurangi emisi karbon (aspek lingkungan), meningkatkan kondisi kerja yang baik (aspek sosial), dan mempromosikan praktik bisnis yang etis (aspek tata kelola yang baik).

Ketiga, tekanan reputasi dan nilai merek. Perusahaan dengan praktik keberlanjutan dan ESG yang kuat sering kali memiliki reputasi yang lebih baik dan nilai merek (brand value) yang lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan loyalitas pelanggan, retensi karyawan dan minat investor.

Keempat, tekanan kinerja keuangan. Ada bukti yang menunjukkan bahwa perusahaan dengan praktik keberlanjutan dan ESG yang kuat berkinerja lebih baik secara finansial. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti penghematan biaya, mitigasi risiko, dan peningkatan inovasi.

 

Praktik di lapangan

Minat kalangan perusahaan untuk lebih disiplin serta berkomitmen menerapkan prinsip keberlanjutan dan ESG dibarengi dengan ketersediaan jasa pihak ketiga--semacam lembaga konsultan atau advisory--untuk membantu, menyupervisi, dan mendampingi implementasinya.

Terdapat beberapa layanan atau solusi yang dapat mereka berikan kepada perusahaan sebagai kliennya. Pertama, menyediakan layanan konsultasi terkait ESG, seperti pelaporan keberlanjutan, penilaian risiko ESG, dan penilaian jejak karbon. Kedua, mengembangkan kerangka kerja dan metodologi terkait ESG untuk membantu perusahaan mengintegrasikan pertimbangan ESG ke dalam operasi dan pengambilan keputusan bisnis.

Ketiga, menawarkan solusi teknologi yang memungkinkan perusahaan melacak dan melaporkan kinerja ESG, serta mengoptimalkan konsumsi energi dan penggunaan sumber daya yang efisien dan ramah lingkungan. Keempat, mendukung perusahaan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan proyek dan program terkait ESG, seperti proyek energi terbarukan atau inisiatif dampak sosial. Kelima, mempromosikan kesadaran dan pendidikan ESG di antara perusahaan, karyawan, dan pemangku kepentingan lainnya.

Selain mendapat dukungan dari penyedia layanan, perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk memastikan sistem dan proses internalnya telah selaras dengan inisiatif keberlanjutan dan ESG. Jelas bahwa CFO memiliki peran utama dalam mendorong keberlanjutan dengan beralih ke teknologi dan praktik yang lebih hijau (ramah lingkungan) untuk membangun masa depan yang sesuai dengan ESG.

 

Inovasi bisnis hijau

Perubahan iklim telah menjadi perhatian utama secara global dan dampaknya sudah mulai terasa nyata. Orang sering menganggap pelaku bisnis bertanggung jawab atas fenomena ini, setidaknya sampai batas tertentu. Oleh karena itu, sangat penting bahwa pelaku bisnis mengadopsi praktik berkelanjutan untuk meminimalkan degradasi lingkungan.

Ada beberapa praktik yang diuji dan dicoba dengan berhasil, salah satunya mengikuti prinsip 3R (reduce, reuse, recycle). Selain itu, kemajuan teknologi menawarkan teknik inovatif untuk membuat bisnis lebih hijau. Salah satu cara paling populer dan efektif untuk meminimalkan dampak ekologis ialah menggunakan panel surya. Meskipun mungkin tampak mahal pada awalnya, pemasangan panel surya terbukti ekonomis dalam jangka panjang karena menawarkan pengurangan substansial dalam tagihan listrik.

Salah satu sumber utama polusi ialah lalu lintas kendaraan. Pelaku bisnis dapat berperan meminimalkan lalu lintas dengan mengizinkan karyawan bekerja dari rumah (working from home/WFH) bila memungkinkan. Pandemi covid-19 telah memaksa banyak organisasi untuk mengikuti budaya kerja jarak jauh. Dunia bisnis telah menyadari manfaat dari kerja jarak jauh. Berbagai kanal komunikasi digital memudahkan karyawan untuk melakukan telecommute untuk bekerja. Perpaduan yang bijaksana antara kerja jarak jauh dan tatap muka, juga disebut kerja hibrida, sekarang tetap berlanjut.

Pengurangan pemakaian kertas pun merupakan kontribusi dunia bisnis terhadap pelestarian lingkungan. Kertas dibuat dari pohon, menimbulkan deforestasi yang memiliki dampak parah pada iklim. Jadi, lebih baik sebisa mungkin bekerja tanpa kertas. Berkomunikasi melalui surat elektronik (e-mail), berbagi data secara digital, dan membayar tagihan secara digital adalah beberapa cara di mana sebagian besar bisnis telah mengurangi penggunaan kertas.

Jika dunia bisnis tidak menggunakan kertas, dapat menggunakan teknologi cloud untuk mempermudah pekerjaan. Teknologi ini membantu lingkungan dengan menghilangkan kebutuhan terhadap server yang memakan energi tinggi dan membantu berbagi file atau dokumen tanpa kesulitan. Ini juga mengurangi penggunaan kertas untuk mencetak file.

Yang paling nyata dan krusial, bagaimana pelaku bisnis mampu menemukan cara untuk menurunkan konsumsi energi bisnis. Misalnya beralih ke penggunaan lampu hemat energi. Perangkat ini mungkin mahal, tetapi dalam jangka panjang, perangkat ini mampu menghemat lebih banyak biaya. Memilih sumber energi terbarukan juga membantu mengurangi konsumsi energi.

Aktivitas bisnis yang fenomenal saat ini ialah pemindahan pelayanan bisnis dari toko fisik offline ke toko online sebagai opsi yang ramah lingkungan. Jika sebuah bisnis tidak memiliki ruang kantor, dampak lingkungan dari penggunaan listrik, air, dan gas tersingkir. Selain itu, toko online tidak hanya meminimalkan pencemaran lingkungan, tetapi juga meningkatkan pengalaman konsumen.

 

Transformasi digital

Itu semua adalah beberapa cara baru untuk membuat kegiatan bisnis lebih hijau. Salah satu aspek penting dari bisnis hijau ialah transformasi digital. Ketika mengadopsi pendekatan digital, sebuah bisnis dapat dengan mudah menjadi tanpa kertas, mendorong kerja jarak jauh, mengurangi konsumsi energi, dan masih banyak lagi.

Dampak lingkungan dari bisnis tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, tanggung jawab sekarang ada pada bisnis untuk mengikuti praktik yang menumbuhkan planet bumi yang sehat dan berkelanjutan. Bisnis hijau mendapat dukungan penuh dari pemerintah, masyarakat luas, dan tentunya kalangan konsumen. Selain itu, sekarang ini generasi milenial yang sedang mencari peluang kerja lebih cenderung memilih pemberi kerja yang mengikuti praktik berkelanjutan berbasis ESG.

Para pemberi modal (investor), pemberi modal filantropis (angel investor), pemberi pinjaman (bank kreditur), dan pemberi donasi (donatur) lebih cenderung memberikan atensi dan dukungan kepada para pelaku bisnis yang menerapkan prinsip keberlanjutan dan ESG. Itulah kenapa keberpihakan kepada prinsip keberlanjutan dan ESG semakin masif di seluruh dunia. Indonesia tentu termasuk di dalamnya.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat