visitaaponce.com

Tanggapi Isu Jakarta akan Tenggelam, Pemprov Jangan Eksploitasi Air Tanah

Tanggapi Isu Jakarta akan Tenggelam, Pemprov: Jangan Eksploitasi Air Tanah
Petugas Pemprov DKI Jakarta melakukan pengerukan lumpur di Waduk Pluit, Jakarta Utara.(ANTARA/Muhammad Adimaja)

PEMERINTAH Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta buka suara terhadap isu soal Ibu Kota akan tenggelam. Isu itu mencuat ke permukaan sejak beberapa bulan lalu.

Menanggapi isu tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI  Asep Kuswanto menyatakan bahwa Pemprov DKI berencana untuk membangun lebih banyak saluran air jaringan PAM di Ibu Kota.

"Pemprov DKI sedang melakukan perencanaan kerja sama pemerintah dengan badan usaha daerah untuk membangun, mengoneksikan PAM," kata Asep kepada awak media, di Jakarta, Selasa (5/7).

"Sistem PAM-nya dari Jati Luhur langsung ke Jakarta," sambungnya.

Menurut Asep, perencanaan itu kini sedang dilakukan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) DKI Jakarta.

Dengan adanya jaringan PAM yang lebih banyak, Asep berharap warga tidak lagi mengeksploitasi air tanah.

"Ke depannya diharapkan sudah tidak ada lagi eksplolitasi terhadap pemakaian air tanah," ujar Asep.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sempat menyinggung soal prediksi Jakarta tenggelam dalam kurun 10 tahun ke depan.

Hal itu disampaikan saat berpidato mengenai isu pemanasan global di Kantor Direktur Intelijen Nasional AS pada 27 Juli 2021 silam.


Baca juga: Pemprov DKI Jakarta Resmikan Ruang Pameran Titik Nol Meridian Batavia


Dia menuturkan, prediksi tenggelamnya Jakarta akibat kenaikan permukaan air laut.

"Apa yang terjadi di Indonesia, jika perkiraannya benar bahwa dalam 10 tahun ke depan mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya (Jakarta) karena akan tenggelam," kata Biden.

Koordinator Geologi Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Wahyudi Memet menjelaskan, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan tanah mengalami penurunan.

Pertama, proses atau aktivitas vulkanik dan tektonik, siklus geologi, dan adanya rongga di bawah permukaan tanah. Kemudian, ada pengambilan bahan cair dari dalam tanah seperti air tanah atau minyak bumi.

Selain itu, terdapat beban berat di permukaan, seperti struktur bangunan, sehingga lapisan tanah di bawahnya mengalami kompaksi atau konsolidasi.

Wahyudi berpandangan, fenomena penurunan tanah yang terjadi di Jakarta, khsusnya di Jakarta Utara, merupakan dampak dari pembangunan yang masif.

"Banyak tanah urukan khususnya di Pluit dan Kelapa Gading yang mengalami penurunan tanah dampak pembangunan atau dalam geologi istilahnya adalah settlement," ungkap Wahyudi sebelumnya.

Tanah endapan yang masih muda kemudian dilakukan konstruksi pembangunan juga dapat menjadi salah satu penyebab tanah mengalami penurunan, ujarnya. (S-2)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat