visitaaponce.com

Ibu Kota Pindah, BI DKI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Tetap Stabil

Ibu Kota Pindah, BI DKI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Tetap Stabil
Foto udara gedung perkantoran di Jakarta(MI/Ramdani)

IBU Kota negara akan segera pindah dari Jakarta ke Nusantara yang terletak di Kalimantan Timur. Adanya perpindahan tersebut menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Arlyana Abubakar tidak akan memengaruhi perekonomian Jakarta secara signifikan. 

Arlyana mengatakan, ekonomi Jakarta sebagian besar memang ditopang oleh konsumsi rumah tangga (56,8%) dan sisanya adalah usaha jasa sebanyak 33%. Diduga pada awal kepindahan para ASN akan menyebabkan penurunan konsumsi rumah tangga. 

"Tapi itu bisa saja nanti berpotensi digantikan oleh warga lainnya, warga dari daerah lain. Karena dengan semakin berkembangnya Jakarta dan fokus menjadi pusat bisnis, warga akan berdatangan ke Jakarta baik dari warga negara asing maupun dari daerah," kata Arlyana dalam bincang media BI DKI di Jakarta Pusat, Selasa (15/8).

Baca juga : Sepuluh Bulan Jadi Pj Gubernur DKI, Kinerja Heru Dinilai Belum Optimal

Selain itu, diduga, belanja pemerintah pusat yang berkontribusi hingga 80% juga akan menurun. Namun, hal ini juga bisa tergantikan dengan hadirnya kantor-kantor swasta yang banyak berdatangan ke Jakarta setelah Jakarta menasbihkan diri menjadi kota global yang terbuka bagi semua kalangan terutama pebisnis.

Arlyana juga menambahkan, investasi di Jakarta pun diprediksi tidak akan berkurang meski sudah tidak lagi jadi Ibukota. Menurut dia, justru akan berdatangan investor-investor ke Jakarta dengan seiring semakin berkembangnya Jakarta menjadi pusat bisnis.

Baca juga : Sepuluh Bulan Jadi Pj Gubernur DKI, Kinerja Heru Dinilai Belum Optimal

"Ada investasi. Kan sekarang jadi pusat bisnis. Orientasi pembangunan jadi diperluas. Perlu kantor tempat layak bagi pendatang dari luar negeri. Potensi Jakarta tetap tumbuh masih cukup besar," imbuhnya.

Namun, keinginan Jakarta untuk menjadi kota global masih perlu dukungan pemerintah pusat seperti regulasi guna mengakselerasi pertumbuhan ekonomi tersebut. Selain itu, sebagai kota global, Jakarta masih harus membenahi infrastruktur dan transportasinya agar nyaman bagi masyarakat.

"Itu yang perlu diakomodir lewat revisi UU DKI Jakarta nantinya," kata Arlyana. 

Sementara itu, sejalan dengan berlanjutnya akselerasi perekonomian nasional, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada triwulan II 2023 juga tumbuh lebih tinggi menjadi 5,13% (yoy) dari triwulan sebelumnya 4,95% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada triwulan II 2023 terutama didorong oleh meningkatnya mobilitas masyarakat pada HBKN Idulfitri dan Iduladha serta penyelenggaraan berbagai event, baik skala nasional maupun internasional. 

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta terutama bersumber dari kinerja konsumsi rumah tangga, investasi, dan konsumsi Pemerintah. Sementara itu dari sisi Lapangan Usaha (LU), pertumbuhan terutama bersumber dari LU Informasi dan Komunikasi (Infokom), LU Perdagangan, serta LU Jasa Perusahaan. 

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta juga disertai dengan laju inflasi yang masih relatif terkendali. Pada Juli 2023, inflasi Jakarta menurun dari 3,20% (yoy) pada bulan Juni 2023 menjadi 2,81% (yoy). Sumber tekanan inflasi Jakarta terutama berasal dari kelompok transportasi (bensin), perumahan (kontrak rumah) serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau (beras, daging ayam ras, rokok kretek filter). 

"Berdasarkan perkembangan tersebut, prospek perekonomian DKI Jakarta pada 2023 diperkirakan tetap tumbuh tinggi pada kisaran 4,80%-5,60% dengan tekanan inflasi yang terkendali dalam sasaran 3±1%," tuturnya. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat