visitaaponce.com

Usulan Ganjil Genap Selama 24 Jam Dinilai Layak Diuji Coba

Usulan Ganjil Genap Selama 24 Jam Dinilai Layak Diuji Coba
Kendaraan melintas di ruas Jalan Sarinah, Jakarta.(MI/Susanto)

USULAN ganjil-genap selama 24 jam di Jakarta dinilai layak dicoba. Hal itu supaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bisa mengetahui hasilnya.

"Eksperimen kebijakan yang layak diuji, butuh evaluasi apakah efektif menurunkan kemacetan atau timbul masalah baru," kata anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta William Aditya Sarana dalam keterangan tertulis, Minggu (27/8).

William mengatakan Pemprov DKI nantinya bisa menilai apakah kemacetan menurun saat uji coba dilakukan. Termasuk, melihat persoalan lain seperti potensi munculnya plat palsu atau pembelian kendaraan baru.

Baca juga: Tak Hanya Ganggu Pernapasan, Polusi Juga Picu Masalah Kulit

"Nanti perlu dikendalikan populasi kendaraan seperti penerapan satu KK (kepala keluarga) satu kendaraan jenis pelat ganjil atau genap," papar dia.

Selain itu, William mengusulkan adanya perlakuan adil bagi pemilik kendaraan bila ganjil genal 24 jam diberlakukan. Salah satunya, yakni pemotongan pajak kendaraan 50%.

"Karena mereka hanya dapat menggunakan kendaraannya pada hari-hari tertentu sesuai plat nomor kendaraan," jelas politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu.

Baca juga: Penyiraman Jalan Tak Efektif Tangani Polusi, Ini Kata Heru Budi

Usulan ganjil genap nonstop disampaikan Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Ida Mahmudah. Dia meyakini ganjil genap 24 jam dapat menjaga kualitas udara dan mengurangi kemacetan. Dia berharap pemerintah daerah (pemda) segera mengevaluasi kebijakan ganjil genap saat ini.

"Masukan dari saya kalau memang evaluasinya sangat kecil, mengurangi polusi segera dilakukan ganjil genap ini berlaku 24 jam," kata Ida, Kamis (24/8).

Ganjil genap saat ini diterapkan setiap Senin sampai Jumat (kecuali libur nasional) mulai pukul 06.00-10.00 dan 16.00-21.00 WIB. Ida mendorong agar sistem ganjil genap seharian penuh dipertimbangkan.

"Berlaku 24 jam biar memang betul-betul bisa mengurangi karena kita sama-sama mendengar polusi udara terbanyak adalah disumbangkan oleh kendaraan bermotor. Anggaran kemacetan tidak ada, anggaran bisa dari BTT dulu, kan dari covid-19," jelas dia. (Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat