visitaaponce.com

Pengamat Perlu Ada Rencana Induk Pendidikan agar Study Tour Dapat Dikelola dengan Baik

Pengamat: Perlu Ada Rencana Induk Pendidikan agar Study Tour Dapat Dikelola dengan Baik
Korban kecelakaan bus SMK Lingga Kencana saat study tour di Subang(MI/Susanto)

PENGAMAT Pendidikan Indra Charismiadji menyatakan bahwa Indonesia perlu memiliki rencana induk pendidikan agar kegiatan seperti "study tour" dapat diatur dengan tepat.

"Kita harus memiliki rencana induk pendidikan Indonesia yang jelas, yang menggambarkan bagaimana anak-anak Indonesia ingin dididik dan prosesnya seperti apa. Sampai saat ini, konsep "study tour" atau kegiatan bakti sosial belum terdefinisikan dengan baik, dan bisa diatur sedemikian rupa, mungkin seperti program kuliah kerja nyata (KKN), di mana siswa tinggal di desa dan berinteraksi dengan warga setempat. Ini adalah bagian dari pengalaman hidup mereka," ujar Indra dikutip dari Antara, Minggu (12/5).

Indra menegaskan bahwa rencana induk tersebut akan menjadi panduan utama bagi kurikulum di Indonesia, sehingga kurikulum tidak terus-menerus berubah mengikuti pergantian kepemimpinan. Dalam rencana tersebut, akan diatur tentang wisata belajar atau study tour siswa.

Baca juga : 32 Korban Luka Kecelakaan Bus Subang Dirawat di Rumah Sakit Depok

"Kegiatan study tour harus memberikan pengalaman yang kontekstual, perspektif yang beragam, serta membuka cakrawala dan cara pandang yang berbeda bagi siswa. Semua ini harus didesain dalam sebuah cetak biru, yang menjelaskan manfaat dan risikonya. Termasuk dalam cetak biru itu adalah bagaimana transportasinya diatur, dan apakah pemerintah memastikan transportasi yang aman, sehingga tujuan baik tidak berujung pada kecelakaan," paparnya.

Indra juga menyoroti kecelakaan tragis yang terjadi di Subang, Jawa Barat, pada Sabtu (11/5), yang menewaskan 11 siswa SMK Lingga Kencana asal Depok. Menurutnya, peristiwa tersebut menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk segera menyusun rencana induk pendidikan yang memadai.

"Kami harus memastikan bahwa dalam perencanaan tersebut, semua program didesain untuk keselamatan semua pihak, dan tidak hanya ditentukan oleh faktor biaya semata. Dengan adanya cetak biru, kita bisa merencanakan program pendidikan yang aman dan bermanfaat bagi semua," ujarnya.

Baca juga : Kecelakaan Bus Subang: Yayasan SMK Lingga Kencana Serahkan Masalah Kondisi Bus ke Polisi

Indra juga menyebut rekomendasi dari Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) dalam hasil penilaian pelajar internasional atau PISA tahun 2018, yang menekankan pentingnya peningkatan kompetensi guru.

"Rekomendasi OECD tidak mengatakan bahwa Indonesia harus mengganti kurikulum, melainkan harus memastikan bahwa semua guru mendapatkan pelatihan yang baik sehingga mereka bisa menjadi agen perubahan kurikulum. Maka dari itu, kita harus fokus pada peningkatan kapasitas guru, bukan sekadar mengganti kurikulum," tambahnya.

Indra berharap bahwa pendidikan tidak hanya menjadi alat untuk mencari keuntungan atau komersialisasi semata, tetapi benar-benar diarahkan untuk pembangunan manusia.

"Pendidikan harus dianggap sebagai investasi jangka panjang, bukan proyek jangka pendek. Saya berharap bahwa dengan adanya perubahan kepemimpinan, kita dapat fokus pada pembangunan manusia, terutama dengan memperbaiki kualitas para guru," tutup Indra Charismiadji. (Ant/Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat