visitaaponce.com

Cuan Susu Etawa dari Tanah Bah Kapul

Cuan Susu Etawa dari Tanah Bah Kapul
Aktivitas pemerahan susu di peternakan Susu Kambing Sejahtera di Kelurahan Bah Kapul, Kota Pematangsiantar, Sumatra Utara.(MI/Yoseph Pencawan)

DENGAN hasil perahan kambing Etawa dua kali sehari, para peternak di Bah Kapul sudah bisa memenuhi hampir seluruh kebutuhan ekonomi keluarga.

Bah Kapul merupakan nama salah satu kelurahan di Kota Pematangsiantar, Sumatra Utara, yang berjarak sekitar 30 menit dari pusat kota. Belum pernah terdengar sebelumnya daerah ini memiliki hal yang menonjol. Hingga Jumat (8/10), sejumlah jurnalis mengetahui adanya kegiatan ekonomi yang tergolong cukup unik di daerah itu. Peternakan susu kambing Etawa.

Unik karena menurut para peternaknya, hanya mereka yang melakukan kegiatan peternakan susu di kawasan tersebut. Dan sudah menjadi pengetahuan publik pula bahwa tidak setiap daerah memiliki peternakan susu kambing, bahkan di daerah agraris sekalipun.

Hari itu, lepas tengah hari sejumlah jurnalis menyambangi peternakan milik Kelompok Peternak Susu Kambing Sejahtera di Jalan Batu Permata Raya, RT 20/RW VII. Jalan masuk ke areal peternakan seperti sebuah gang, dengan kontur tanah menanjak.

Meski jalan masuk sejauh sekitar 50 meter, tetapi cukup membuat nafas sedikit terengah. Di atas sudah menanti ketua kelompok, Reza Satria Bayu, yang berdiri sambil memerhatikan sejumlah rekannya yang sedang menjemur konsentrat pakan ternak.

Rumah Reza berada di sebelah kiri ujung jalan masuk. Sedangkan lokasi penjemuran berada di antara rumah dengan deretan kandang.

Suasana di areal peternakan tidak terlalu ramai saat Reza menemani para jurnalis menengok kandang. Hanya ada sekitar empat orang sedang sibuk menjemur konsentrat dan sesekali terdengar suara kambing dari arah kandang.

Menurut Erlianto, satu dari peternak yang menjemur konsentrat, bahan pakan itu merupakan campuran dari ampas ubi, menir (pecahan kedelai) dan tepung jagung. Dengan komposisi 100 kg ampas ubi, 30 kg menir dan 30 kg tepung jagung.

Sebelum dicampur, bahan-bahan tersebut perlu dijemur terlebih dahulu. Setelah itu barulah ketiganya dicampur dan harus dijemur lagi.
"Tapi menjemurnya jangan sampai terlalu kering, nanti kambingnya tidak suka," kata Erlianto.

Biasanya konsetrat diberikan dua kali sehari, beberapa jam setelah kambing memakan rumput. Dalam rutinitas itu mereka membutuhkan 20 goni ampas ubi dalam satu bulan.

Selama ini pasokan ampas ubi dan menir berasal dari pabrik. Namun mereka tidak membelinya secara langsung. Pembelian mereka dianggap tidak terlalu banyak sehingga harus menitip melalui agen.

Sedangkan tepung jagung diperoleh dari grosir di pasar atau sesekali membelinya ke Kota Medan. Untuk ampas ubi, harga yang dipatok agen sebesar Rp20.000 per goni. Sementara harga menir sebesar Rp4.000 per kg, serupa dengan harga tepung jagung.

Erlianto memastikan konsentrat ini menjadi penentu banyak tidaknya susu yang dihasilkan kambing. "Kalau cuma rumput, (kambing) tidak ada susunya," kata dia.

Reza sudah selesai menemani jurnalis keliling kandang. Namun ceritanya masih berlanjut. Menurut dia, mereka memulai usaha dengan memelihara tiga ekor kambing. Usaha mereka kemudian menjadi jauh lebih berkembang setelah mendapat bantuan dari Pertamina.

Pertamina memberi bantuan berupa kambing Etawa sebanyak 13 ekor, tiga tahun lalu. Bantuan disalurkan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama, Pertamina memberi lima ekor, tahap kedua sebanyak empat ekor dan tahap ketiga juga empat ekor.

Dengan cara pengembangbiakan yang baik, Reza dkk saat ini sudah memiliki lebih dari 30 ekor kambing perah. Kini mereka sudah mampu memerah susu kambing secara rutin setiap hari.

Pria bertubuh ramping itu menuturkan, sebenarnya aktivitas beternak kambing sudah dilakukan oleh banyak warga di sana secara turun-temurun. Namun beternak kambing untuk diambil susunya, baru mereka.

Saat ini, kelompok peternaknya terdiri dari empat orang anggota, termasuk dia sendiri. Mereka memang belum berencana menambah anggota kelompok, tetapi kerap mengajak sejumlah warga sekitar membantu pekerjaan dengan upah yang layak.

Operation Head FT Pertamina Patra Niaga Pematangsiantar Muhammad Setiawady mengatakan bantuan yang diberikan kepada kelompok  peternak susu kambing Sejahtera merupakan bagian dari program CSR PT Pertamina (Persero).

Sejak berdiri pada 1957, Pertamina selalu mengarahkan program CSR ke berbagai sendi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat sesuai dengan kebutuhan sasaran.

Karena itu, program yang diarahkan selalu mampu memberi energi yang signifikan bagi perubahan sosial dan penguatan ekonomi di tengah
masyarakat. Seperti bantuan ternak yang diberikan kepada kelompok peternak pimpinan Reza.

baca juga: Sandiaga Dukung Pengembangan Wisata Edukasi Huta Tinggi Samosir

Penambahan hewan ternak secara langsung akan menggenjot perolehan susu yang menjadi produk dasar dari peternakan itu. Apalagi bantuan tidak hanya hewan ternak, tetapi juga dukungan pada sisi hilir, yakni pelatihan keterampilan pengolahan produk.

Kelompok peternak ini  juga diberi pelatihan pengolahan dan pengemasan susu. Dengan pelatihan tersebut mereka memiliki keterampilan
membuat produk susu dalam pilihan rasa dan berbentuk es krim.

Setiawady menambahkan pihaknya sudah memertimbangkan untuk melatih ketrampilan mereka membuat sabun berbahan susu kambing. Dia optimistis rencana itu akan terwujud, terlebih dengan semakin baiknya kinerja peternakan kambing perah ini.

"Kami selalu memonitor dan mengevaluasi perkembangan peternakan itu secara rutin," ujarnya.

Dukungan Pertamina pada sisi hilir itu pun diakui Reza. Dia mengungkapkan saat ini penjualan eceran susu kambingnya adalah dalam bentuk kemasan.

Bukan saja cara mengemas, mereka juga diajarkan bagaimana membuat produk susu mereka menjadi empat varian rasa. Produk susu kambing kemasan mereka ada yang berasa strawberry, anggur, melon dan rasa cokelat.

Mereka juga diajarkan bagaimana caranya agar susu tidak cepat basi. Menurut Reza, ini adalah hal yang sangat penting karena susu hanya bertahan empat jam setelah diperah, meski disimpan dalam kulkas.

"Tetapi kalau diproses dengan bagus bisa bertahan sampai satu bulan," ujarnya.

Untuk memasarkan produk susu kambing kemasan tersebut mereka didukung oleh beberapa re-seller. Dan saat ini hampir seluruh susu kambing yang dihasilkan sudah memiliki pelanggan tetap.

Sebagian besar pelanggan berada di Kota Siantar, tetapi tidak jarang ada pembeli dari daerah lain di Sumut, memesan dalam jumlah banyak. Bahkan kadang pemesanan masuk dari pembeli di Provinsi Aceh.

Upaya pemasaran juga ditempuh Reza dan kelompoknya melalui media sosial (medsos) Meski hanya menggunakan satu platfotm medsos, tetapi dia memastikan akun tersebut rajin diupdate.

Reza mengaku dia dan teman-temannya memilih menggeluti peternakan susu kambing karena lebih menyukai beternak kambing untuk diambil susunya ketimbang dijual. Dengan usaha ini mereka juga bisa mendapat pendapatan harian.

Pendapatan harian mereka peroleh melalui aktivitas pemerahan yang dilakukan dua kali dalam sehari. Yakni pada pagi dan sore hari, dengan perolehan susu sekitar 19 liter.

Dari banyaknya perahan susu itu mereka bisa mendulang pendapatan kotor hingga Rp1.080.000 dengan harga jual eceran Rp60.000 per liter. Dikurangi dengan pengeluaran biaya pembelian pakan sekitar Rp150.000, mereka mendapat pemasukan bersih sekitar Rp930.000 per hari.

Jika dibagi rata untuk empat orang anggota kelompok, masing-masing dari mereka memeroleh pendapatan sekitar Rp120.000 per hari. "Ini sudah menutup 80% dari kebutuhan ekonomi keluarga kami," ujarnya.

Reza optimistis produksi susu kambing mereka masih akan tetap terjaga sampai beberapa tahun ke depan. Hal itu karena kambing-kambing tersebut masih dalam usia produktif dan biasanya baru mengalami penurunan produksi setelah berusia delapan tahun.

Selain itu mereka juga tidak terlalu khawatir soal regenerasi sebab sudah paham betul bagaimana cara mengembangbiakkannya. Meski demikian, terdapat dua hal utama yang menjadi fokus kelompoknya saat ini.

Hal pertama adalah upaya mereka meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan. Bagi Reza, hal ini masih lebih penting dilakukan terlebih dahulu daripada memerluas kandang dan menambah hewan ternak.

Kedua terkait dengan entitas usaha. Reza mengungkapkan dengan kinerja peternakan yang semakin baik ini, kelompoknya berencana berkomunikasi dengan Pertamina terkait dengan pembuatan merek produk.(N-1)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat