visitaaponce.com

Harga Nilam Melorot Semangat Petani Parigi Moutong Merosot

Harga Nilam Melorot Semangat Petani Parigi Moutong Merosot
Proses pengolahan tanaman nilam menjadi minyak nilam di di Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tenga, Rabu (30/3)(MI/Mitha Meinansi)

BUDIDAYA tanaman Nilam sempat mengalami kejayaan di Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah pada tahun 2021. Saat itu harga minyak nilam perkilonya mencapai Rp650 Ribu. Para petani pun ramai menanam nilam di area perkebunan mereka.

"Harapan kami, pemerintah lebih mendorong supaya harga nilam kembali membaik, demi mendorong perkembangan ekonomi masyarakat,"  ujar Arfi Seran, Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Rajawali, di Desa Maleali, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Rabu (30/3).

Nilam adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan sama. Tanaman itu umum dimanfaatkan bagian daunnya untuk diekstraksi minyaknya, dan diolah menjadi parfum, bahan dupa, minyak atsiri, antiserangga, dan biasa digunakan pada industri kosmetik.

Menurut Arfi, harga jual minyak nilam saat ini, hanya berada di angka Rp415 Ribu. Dari nilai itu KTH hanya bisa mendapatkan untung Rp15 Ribu,  karena untuk sekilo minyak nilam dibeli dari petani dengan harga Rp400 Ribu.

Petani nilam masih harus membeli pupuk tanaman termasuk pupuk cair dan obat-obatan, dengan harga yang cukup tinggi, yakni Rp295 Ribu per 250 Cc, sehingga mereka harus merugi jika menjual dengan harga rendah, karena itu para  petani nilam seperti kehilangan semangat.

Apalagi untuk sekarung tanaman nilam kering seberat 30 kilogram, setelah diolah hanya menghasilkan 1 kilogram minyak nilam. Di tahun 2020, minyak nilam yang dihasilkan dapat mencapai 79 kilogram per bulan, sementara di tahun 2021 menurun tinggal 49 kilogram.

Angka itu terus menurun diikuti dengan merosotnya harga jual nilam dipasaran. Karena itu Arfi menginginkan perhatian pihak berkompeten untuk dapat menstabilkan harga penjualan.

"Untuk penjualannya, harapan kami, buyer atau pembeli itu langsung kepada kelompok tani, tanpa harus melalui tengkulak supaya harga bisa stabil kembali. Jadi sekarang kami berusaha untuk menjual langsung ke surabaya," aku Arfi.

Selain penyulingan minyak nilam, jenis produk usaha yang dikembangkan oleh KTH Rajawali Maleali adalah pembuatan sirup buah pala, dari wilayah kelola seluas 124 Ha, dan berada dalam kawasan hutan produksi tetap (HPT).

Kini mereka melakukan usaha produksi dari bantuan proyek Forest Investment Program 2 (FIP 2) atau Program Investasi Hutan Proyek II, dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan dukungan World Bank. (OL-13)

Baca Juga: Kesal Jalan Rusak Warga Tasikmalaya Minta Firli Turun Tangan

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat