visitaaponce.com

LPPM UNS-Petani Suroloyo Olah Kunyit Jadi Minyak Atsiri

LPPM UNS-Petani Suroloyo Olah Kunyit Jadi Minyak Atsiri
Pengolahan kunyik menjadi minyak atsiri(MI/Widjajadi)

PUSAT Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) bersama Kelompok Tani Suroloyo I Desa Bandar, Pacitan, mengolah tanaman kunyit agar memiliki nilai tambah. Hal itu lantaran harga kunyit jika dijual di pasar hanya Rp1.500 per kg. Namun jika diolah lebih dulu nilai jualnya semakin tinggi.

Kunyit lantas diolah oleh LPPM UNS dan petani Suroloyo menjadi minyak atsiri, serbuk kunyit hingga hidrosol. Kegiatan pemberian nilai tambah itu mampu menggairahkan semangat petani untuk terus membudidayakan sekaligus mengolah kunyit menjadi sejumlah produk.

Setiap 200 kg kunyit basah yang jika dijual ke tengkulak hanya menghasilkan maksimal Rp300 ribu, ketika diolah mampu menghasilkan tiga jenis produk yang nilai jualnya mencapai lebih dari Rp1 juta.

"Ya sangat membantu kehidupan petani. Kini kami olah dulu baru dijual dalam bentuk minyak atsiri, hidrosol dan serbuk kunyit grade B," kata ketua kelompok tani Suroloyo I Agus Pramono.

Sejak akhir 2021, kelompok tersebut mampu mengelola hilirisasi empon-empon khususnya kunyit melalui penyulingan dengan metode uap dan menjual minyaknya ke industri.

Agus Pramono membeberkan hasil panen kunyit yang disuling dengan bahan bakar dari oli bekas yakni setiap 200 kg kunyit menghasilkan sekitar 200-250 ml minyak atsiri, 50 liter hidrosol dan 20 kg serbuk kering.

Baca juga: Praktisi Kesehatan: Kunyit Bisa Cegah Penyakit Kesehatan Serius

Proses pengolahan kunyit menjadi tiga jenis produk melalui metode penyulingan mesin ketel berkapasitas 200 kg dengan waktu sekitar 7-8 jam. Hasil rendaman 0,1-0,15%. Tidak ada limbah sedikitpun, karena langsung jadi minyak atsiri, hidrosol dan serbuk kering kunyit.

Produk minyak atsiri per 100 ml dijual Rp250 ribu lalu hidrosil per liter Rp5.000 dan serbuk kunyit dihargai Rp10 ribu per kg.

"Jadi selain menghasilkan nilai tambah berlipat, hasil penjualan juga naik tiga kali lipat," tuturnya.

Ketua Tim LPPM Fea Prihapsara mengatakan dengan teknik penguapan sederhana, kelompok tani Suroloyo I berhasil menjadikan kunyit sebagai produk serba manfaat.

"Selama ini hasil panen kunyit dari petani langsung dijual dengan harga rendah ke tengkulak. Tetapi setelah kita bantu dengan metode yang tidak begitu rumit, mereka mampu meningkatkan nilai tambah atas kunyit," ucap Fea.

Kegiatan pendampingan ini dibiayai anggaran hibah pengabdian masyarakat dari Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) tahun 2021, yang dipergunakan untuk investasi penyediaan mesin suling pengolah kunyit menjadi minyak atsiri.

Baca juga: Selain Penuhi Kebutuhan Dalam Negeri, Kunyit Juga Penyumbang Devisa

Minyak atsiri kunyit (Turmeric oil) memiliki banyak manfaat kesehatan seperti mengatasi depresi, perasaan cemas, mengatasi arthritis, nyeri sendi, meredakan flu dan batuk, meningkatkan sistem kekebalan tubuh serta mengatasi gangguan pencernaan, atau jadi aromatherapy, minyak urut, obat tradisional dan kosmetik.

"Sedangkan manfaat hidrosol membantu menghidrasi kulit, mencerahkan kulit, dan sebagai aromatherapy. Selain sebagai obat tradisional dan kosmetik bisa juga dipakai sebagai pengharum ruangan dengan metode difusser," ungkap Fea.

Sementara serbuk kunyit grade B digunakan sebagai campuran pakan ternak atau Antibiotic Growth Promoters (AGP) untuk ayam broiler, unggas, ikan, ternak sapi, kambing, dan sejenisnya. Pakan campuran yang diberi kunyit penganti AGP bermanfaat bagi ternak unggas dalam menjaga kestabilan produksi telur.(OL-5) 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat