visitaaponce.com

Menyulap Benteng Belanda Menjadi Vila Modern di Puncak Tahura

Menyulap Benteng Belanda Menjadi Vila Modern di Puncak Tahura
Bekas benteng Belanda yang disulap jadi vila modern di Puncak Tahura Mandiangin, Banjar, Kalsel.(MI/DENNY S)

CUACA tidak begitu cerah. Gemuruh suara angin di sela-sela rimbunnya pepohonan dan pekatnya kabut berembun sempat menyelimuti kawasan puncak Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam Mandiangin sore itu. Seperti mandi di tengah tiupan angin, mungkin inilah mengapa kawasan ini dinamakan Mandiangin.

Menjelang senja lampu-lampu bangunan sejumlah vila dan taman mulai menyala, senambah semarak kawasan yang dulunya dikenal dengan sebutan Benteng Belanda. Seolah tak mau beranjak para pengunjung yang sebagian adalah tamu vila Mandiangin, menikmati panorama senja menemani sang mentari tenggelam.

Kawasan yang dulunya dianggap angker karena peninggalan zaman kolonial Belanda ini, telah disulap menjadi bangunan vila dengan gaya
arsitektur Eropa sesuai bangunan aslinya lengkap dengan berbagai fasilitas termasuk musala, gazebo, taman, camping ground, dan kafe.

Berada di ketinggian hampir 500 meter dari permukaan laut (mdpl) kawasan puncak Tahura Mandiangin memang menjadi favorit para wisatawan.

Dari puncak ini, pengunjung dapat menikmati keindahan alam dengan hamparan awan dan gugusan perbukitan, hutan, dan deretan pegunungan Meratus. Saat malam tiba, lampu-lampu Kota Banjarbaru dan Kabupaten Banjar juga menjadi pemandangan yang menarik.

"Ada tujuh kamar vila yang sementara hanya kita buka pada saat akhir pekan. Jumlah pengunjung selalu ramai baik keluarga maupun acara reuni, arisan, dan sebagainya," ungkap Kepala UPT Tahura Sultan Adam, Kabupaten Banjar, Ainun Jariah, Selasa (28/6).

Benteng Belanda atau juga sering disebut Pesanggrahan Mandiangin ini berada di Bukit Besar Tahura Sultan Adam yang berjarak 50 kilometer dari Kota Banjarmasin. Rumah peristirahatan peninggalan zaman kolonial Belanda ini menjadi objek wisata unggulan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.


Baca juga: Cuaca Buruk Masih Landa Perairan Kalsel


Tiga bangunan bernilai sejarah yang dipugar dan diresmikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, beberapa waktu lalu.
Selain bangunan rumah, juga terdapat bangunan bunker, lapangan olahraga tenis, tandon air dalam tanah, serta kolam pemandian. Salah satu  bangunan rumah dulunya juga diperuntukan sebagai rumah sakit.

Menurut catatan sejarah, keberadaan rumah peristirahatan dan benteng Belanda di kawasan Tahura ini berkaitan erat dengan jalur rempah Nusantara di tanah Kalimantan. Benteng Belanda dibangun pada masa Hindia Belanda yang dikenal dengan sebutan Zuid Oost Borneo.

Diresmikan pada 1939 oleh Gouverneur van Borneo, Dr Bauke Jan Haga. Kawasan ini menjadi tempat peristirahatan Ambtenaar atau pejabat
Belanda. Setelah Jepang menguasai Borneo, pesanggrahan ini tidak digunakan lagi.

Tahura Sultan Adam memiliki luas 112 ribu hektare membentang di dua wilayah kabupaten yaitu Banjar dan Tanah Laut ini memiliki ragam
destinasi wisata alam ini merupakan objek wisata alam andalan dan salah satu sumber PAD sektor wisata Kalsel. Pada 2022, target PAD dari kawasan wisata ini mencapai Rp3 miliar.

Plt Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel, Fathimatuzzahra, mengatakan kawasan Tahura Sultan Adam memiliki sejumlah objek wisata alam yang sangat potensial untuk dikembangkan. Bahkan mampu memberikan kontribusi besar bagi PAD Provinsi Kalsel.

Selain Tahura Sultan Adam Mandiangin, objek wisata yang ditutup yaitu Bukit Batu Sungai Luar Kabupaten Banjar. Bukit Batu merupakan lokasi objek wisata keluarga dengan menawarkan pemandangan waduk Riam Kanan dan pegunungan Meratus, serta wisata air. (S-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat