visitaaponce.com

Trauma Membekas Pilu Tragedi Pintu 13

Trauma Membekas Pilu Tragedi Pintu 13
Warga berdoa dan menabur bunga di depan pintu 13 Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (4/10).(MI/Bagus S)

SORE menjelang magrib, Selasa (4/10), warga masih terus berdatangan. Mereka terdiam dan berdoa. Tak lama berselang, lalu meneteskan air mata.

Mulut mereka tercekat tak bisa berkata-kata. Dalam beberapa hari ini, empati terus mengalir, mendoakan korban dan menabur bunga di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Di depan pintu yang berjarak beberapa langkah dengan pintu utama D Stadion Kanjuruhan itu setiap orang seperti tak bisa diajak bicara.

Hanya dengan melihat pintu bercat biru bertabur bunga dan kaos bernomor punggung 13 dan syal Aremania, siapa pun yang datang langsung teringat tragedi yang memilukan sebanyak 125 penonton meregang nyawa pada Sabtu (1/10) malam, saat laga Arema FC menjamu Persebaya Surabaya.

Di depan pintu itu, peristiwa yang menyesakkan meninggalkan duka mendalam. Di tempat itu pula, anak-anak menjadi yatim, piatu dan yatim
piatu setelah kehilangan orangtua. Seorang bapak terpisah dengan sang anak tercinta untuk selamanya. Saudara, sahabat, kerabat telah
berpulang.

Tragedi Kanjuruhan membuat anak-anak trauma. Sore itu, Zaenal Arif, 41, mendatangi posko pengaduan di depan Balai Kota Malang. Warga Sukun, Kota Malang yang berdomisili di Perumahan Graha Nirwana, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, itu meminta pertolongan. Sang putri, Salma Kirana Putri, 16, mengalami trauma pascatragedi Sabtu kelabu itu.

Zaenal menyampaikan pada petugas posko Meifta Eti bahwa sang anak kini berada di rumah. Sejak empat hari ini ia tidak mau sekolah, tidak bisa tidur dan takut keluar rumah. Salma juga mengalami sesak napas, badan dan kakinya memar.

"Anakku Mas, trauma, gak gelem (mau) sekolah, gak mau tidur karena takut," tegas bapak dua anak itu sembari menangis lalu ditenangkan
Kepala Pelaksana BPBD Kota Malang Prayitno.

Zaenal belum melupakan peristiwa yang begitu memilukan, dan tak kuasa menahan haru. "Bengi iku (malam itu) korban seperti peristiwa bom bali," imbuhnya sembari mengungkapkan kala itu tahun 2002 ia pernah bekerja berjualan koran di Legian, Kuta, Bali.

Saat Tragedi Kanjuruhan, Zaenal bersama kedua putrinya, yakni Salma Kirana Putri, 16, siswi SMK Grafika Malang dan Rizki Amelia, 13, siswi SMP Taman Siswa Malang. Nonton pertandingan sepak bola yang seharusnya bahagia justru berakhir petaka.

Mereka bersama ribuan penonton berada di dekat pintu keluar 13. Saat itu, ia dan putrinya memilih bertahan di tribune meski terasa sesak napas akibat gas air mata. Zaenal berusaha menenangkan kedua anaknya yang kala itu sangat panik.

"Lawang (pintu) stadion ditutup. Untungnya saya bertahan di tribune, dekat pintu 12 dan 13. Saya dan anak tutup mata, gas air mata di bawah
(lapangan) mengarah ke tribun terasa sakit di dada," ungkapnya.

Peristiwa itu pun kini membuat sang anak trauma. "Anak gak mau keluar rumah, dadanya sesak, dia trauma masih teringat teman-temannya,"
ucapnya.

Zaenal berharap kasus ini diusut tuntas. Ia pun berharap trauma sang anak segera pulih. "Harus diusut. Kita gak anarkis. Saya tahu sendiri
kejadiannya, saya saksi sejarah. Kalau ingat kudu (pingin) nangis, emosiku meluap."

Posko pengaduan melayani warga yang mencari anggota keluarga dan membantu pertolongan. Warga berdatangan, kebanyakan minta pertolongan karena sesak napas dan dadanya memar. Petugas melayani secara cepat. "Petugas medis dan puskesmas langsung mendatangi rumah warga," tegas Kepala Dinas Kesehatan Husnul Muarif.

Sementara itu Manager Arema FC Ali Rifki mengatakan keluarga korban meminta agar perkembangan terus dipantau.

"Saya berbicara dengan keluarga korban dari hati ke hati, minta saya ikut memantau perkembangan ini. Alhamdulillah Bapak Presiden Jokowi
tegas agar kasus ini dibuka terang benderang dan diinvestigasi," ujarnya.

Tragedi Kanjuruhan yang memilukan menimbulkan duka mendalam dan trauma. Publik berharap kasus ini diusut tuntas. (OL-16)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat