visitaaponce.com

Warga Berikan Gelar Bapak Bandung pada Dada Rosada

Warga Berikan Gelar Bapak Bandung pada Dada Rosada
Sarasehan penganugerahan gelar Bapak Bandung dari masyarakat, tokoh dan sesepuh Kota Bandung untuk Dada Rosada(MI/SUGENG SUMARIYADI)

SEJUMLAH tokoh dan masyarakat sepakat menyematkan gelar Bapak Bandung pada Dada Rosada. Mantan Wali Kota Bandung dua periode itu dinilai pantas menyandang gelar itu karena selama kepemimpinannya meninggalkan banyak warisan baik.

Penganugerahan itu disepakati sejumlah tokoh, sesepuh dan sekitar 500 warga yang hadir dalam saresehan yang digelar pada Kamis (9/3), di salah satu hotel di kawasan Dago.  Di antara mereka ialah tokoh Sunda Popong Djunjunan, Rektor Universitas Islam Nusantara Prof Obsatar Sinaga, mantan birokrat Edi Siswadi, pemimpin forum ormas Islam, sejumlah tokoh organisasi pemuda, dan organisasi perempuan.

Popong yang didaulat menyampaikan uneg-unegnya terhadap pola kepemimpinan di Kota Bandung dari masa ke masa, mengakui Dada membawa angin segar di bidang sosial dan kemasyarakaan saat menjadi wali kota periode 2003-2013.

"Pemimpin itu tidak sombong, mau mendengar keluhan masyarakat alias tidak budeg. Pemimpin juga harus terbuka, transparan, dan itu saya lihat ada pada diri Dada Rosada saat memimpin Bandung," ungkap mantan anggota DPR RI lima periode itu.

Dia sepakat warga Kota Bandung membutuhkan pemimpin formal dan non formal. Dada pantas menjadi pemimpin non formal, tempat bertanya dan menampung keluhan warga.

Sementara itu, Guru Besar Universitas Padjadjaran Prof Obsatar Sinaga mengakui sang birokrat tulen itu memiliki jejak baik di dunia pendidikan. "Selama menjabat wali kota, Pak Dada memberikan banyak beasiswa untuk mahasiswa. Saya salah satunya dan banyak mahasiswa seangkatan saya yang tidak bisa melupakan Pak Dada."

Dada Rosada, lanjutnya, tidak hanya menebar kebaikan lewat beasiswa. Dia juga terbuka untuk saran dan tidak keberatan dimintai saran.

"Saat kuliah, Pak Dada berbicara pribadi dan meminta saya menekuni dunia pendidikan dan tidak melirik menjadi pegawai pemda. Insting Pak Dada ternyata benar. Kini saya bisa menjadi guru besar dan memimpin kampus besar," tandas mantan Rektor Universitas Widyatama Bandung, itu.


Pekerja keras


Pada kesempatan itu, Edi Siswadi yang pernah menjabat Sekretaris Daerah Kota Bandung mengakui kinerja Dada Rosada sulit diimbangi anak buahnya. "Bapak bekerja tanpa kenal waktu dan sepertinya tidak pernah lelah. Pernah satu kali setelah berkegiatan seharian, Pak Dada masih mengajak kami untuk rapat pada pukul 02.00 WIB, dinihari."

Selama memimpin Kota Bandung, lanjut dia, Dada Rosada tidak hanya bekerja di pagi hingga sore hari. "Pada malam hari, rumah dinasnya tidak pernah sepi. Masyarakat dengan tumpukan proposalnya terus diterima Bapak sampai larut malam."

Edi juga melihat setelah tidak menjadi pemimpin formal, pengakuan sebagai pemimpin non formal juga masih diberikan pada Dada Rosada. "Sampai saat ini, rumahnya masih tidak pernah sepi dari kunjungan warga."

Dia pun sepakat dengan penganugerahan Bapak Bandung untuk Dada Rosada. "Beliau itu pemimpin non formal untuk selamanya."

Saat memimpin Kota Bandung, Dada Rosada meninggalkan banyak jejak pembangunan. Di antaranya, dia yang memulai dan menginisiasi pembangunan Stadion Gelora Bandung Lautan Api. Dada juga yang sukses menata kawasan bebas pedagang kaki lima.

Memang, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Dada juga terseret kasus suap yang melibatkan anak buahnya. Dia divonis 10 tahun penjara.

Namun, pamor bapak tiga anak itu ternyata belum pudar. Saat bebas dari tahanan, tahun lalu, Dada disambut ribuan warga, ormas dan tokoh masyarakat. Kini, pria berusia 76 tahun ini dianugerahi masyarakat sebagai Bapak Bandung. (N-2)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat