visitaaponce.com

Badung Raya Diprediksi Terdampak El Nino

Badung Raya Diprediksi Terdampak El Nino
BMKG memperkirakan Bandung Raya akan terdampak el Nino lebih dari 60% di semester kedua tahun 2023.(Antara)

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung memperkirakan wilayah Bandung Raya akan terdampak el nino. Hal itu berdasarkan pengamatan di wilayah Samudra Pasifik area Nino 3,4, bersama beberapa badan meteorologi dunia. BMKG juga memprediksi peluang terjadi el nino lebih dari 60% pada semester kedua tahun 2023. 

"Berdasarkan data yang ada pada kami, wilayah Bandung Raya akan mulai memasuki musim kemarau pada Mei dasarian II hingga Juni dasarian I. Terjadi penurunan jumlah curah hujan dasarian di beberapa pos pengamatan curah hujan," kata Kepala BMKG Kota Bandung Teguh Rahayu di Bandung.

Menurut Rahayu, di wilayah Jalan Cemara Kota Bandung, hujan pada Mei dasarian I berjumlah 220 milimeter dan pada Mei dasarian II berjumlah 65 milimeter. Hal ini,  berlaku juga pada curah hujan di wilayah Lembang. Pada Mei dasarian I curah hujan berjumlah 156 mm,  sedangkan pada dasarian II berjumlah 8 mm.

Baca juga: Pemerintah Daerah Diingatkan Dampak Kekeringan Akibat El Nino

"Musim kemarau tidak berarti hujan akan tidak terjadi sama sekali. Tetap terjadi namun dengan frekuensi dan intensitas yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan musim hujan dan masa peralihan," jelasnya.

Sebagai referensi lanjut Rahayu, puncak musim hujan Kota Bandung di Juli dan Agustus, nilai curah hujan klimatologisnya adalah 73 mm dan 54 mm berturut-turut. Ini membuktikan hujan tetap terjadi, bahkan pada puncak musim kemarau.

Baca juga:Ratusan Titik Api Muncul di Kawasan Hutan Kalimantan Selatan

"Adapun dampak el nino terhadap musim kemarau di Indonesia secara garis besar ada dua, yaitu secara temporal dan secara volume. Secara temporal, el nino akan membuat musim kemarau berpeluang lebih lama terjadi di wilayah Bandung Raya. Sedangkan, secara volume atau jumlah curah hujan, akan membuat musim kemarau menjadi lebih kering 
dibandingkan kondisi klimatologisnya," paparnya. 

Namun BMKG tidak akan mengeluarkan peringatan dini terkait panas ekstrem. Berkaca dari suhu panas sebelumnya, Indonesia tidak terkena heatwave. Adapun informasi yang dikeluarkan BMKG terkait dengan ultraviolet.

"Jadi, masyarakat tidak perlu khawatir akan kejadian panas ekstrim di Indonesia karena tidak akan terjadi. Pada musim kemarau tutupan awan akan lebih sedikit, dibandingkan dengan musim hujan dan masa peralihan sehingga sinar matahari akan lebih banyak mencapai permukaan bumi, jadi  menyebabkan cuaca terasa panas terik, namun suhunya tidak mencapai kategori esktrem," jelas Rahayu.

Rahayu mengimbau institusi terkait dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau. Karena diprediksi kemarau tahun ini bersifat bawah normal atau lebih kering dibanding biasanya. 

BMKG juga mengimbau kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi.

"Serta juga di penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat, melalui gerakan memanen air hujan atau melakukan manajemen air bersih. Sehingga pada puncak musim kemarau, masyarakat bisa lebih siap menghadapi bencana hidrometeorologis yang mungkin terjadi," imbuhnya. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat