visitaaponce.com

Mantan Napiter di NTB Diminta semakin Bijak Menyikapi Keragaman

Mantan Napiter di NTB Diminta semakin Bijak Menyikapi Keragaman
Kasubdit Bina Masyarakat BNPT Kolonel Sujatmiko (kanan) saat Silaturahmi Bersama Mitra Deradikalisasi di NTB, Rabu (13/9).(Ist)

MITRA deradikalisasi atau mantan narapindana terorisme di Bima dan sekitarnya diminta semakin bijak dalam menyikapi keragaman yang ada di Indonesia. Pasalnya perbedaan di Indonesia itu sudah menjadi sunatullah dan negara Indonesia pun lahir sebagai negara kesepakatan dalam Bhinneka Tunggal Ika.

"Kita berbeda pemikiran dalam menjalankan agama sesuatu hal yang wajar, tetapi jangan sampai jadi permusuhan di antara kita. Oleh sebab itu apabila masih ada perbedaan pemikiran, lebih baik dibicarakan secara baik-baik. Karena yang berbeda itu sejatinya sama-sama mencari kebaikan, artinya sama-sama mencari keselamatan di dunia akhirat," ujar Kasubdit Bina Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Kolonel Sujatmiko di Bima, Nusa Tenggara Barat, Rabu (13/9).

Pernyataan itu diucapkan Sujatmiko pada Silaturahmi Bersama Mitra Deradikalisasi di Pondok Kekayuan, Kota Bima. Kegiatan yang digelar Subdit Bina Masyarakat, Direktorat Deradikalisasi BNPT itu dihadiri 19 mantan napiter yang telah kembali ke tengah-tengah masyarakat. Mitra deradikalisasi itu berasal dari wilayah Kota Bima, Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu, dan Kabupaten Sumbawa Barat.

Lebih lanjut, ia berpesan agar eks napiter benar-benar menjauhi virus radikalisme. Pasalnya, virus itulah yang membuat mereka harus berurusan dengan hukum dan tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

"Agar kita sebagai warga negara menyadari virus radikalisme yang dapat merusak sendi-sendi berbangsa dan bernegara yang baik seperti anti-Pancasila, anti-NKRI, antikebinekaan, menganut paham takfiri dan kekerasan serta anti terhadap pemerintahan yang sah," ujar Kasubdit Binmas BNPT itu.


Baca juga: MA Diharapkan Buat Putusan Adil soal Sengketa Lahan Masjid di Makassar


Pihaknya juga menekankan kepada para mitra deradikalisasi agar jangan sampai mereka memelihara sikap anti terhadap pemerintahan yang sah. "Pemerintahan yang sah artinya didirikan sesuai kesepakatan seluruh bangsa Indonesia, oleh sebab itu perlu kita hormati dengan kritik yang baik," tegasnya.

Kepala Badan Kesbangpol Kota Bima Muh Hasyim memberikan pesan singkat kepada para mitra deradikalisasi. Ia meminta agar semua anak bangsa ikut berperan aktif menjaga keutuhan dan kemakmuran Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kegiatan ini juga menghadirkan narasumber yang juga mitra deradikalisasi dari Surabaya, Jawa Timur, Ustaz Saifudin Umar. Dalam paparannya, Saifudin menjelaskan keunikan pandangan Ibnu Taymiyyah mengenai jihad toleransi yang dituliskan di dalam bukunya berjudul 'Jihad Toleransi Ibn Taymiyyah'.

Ia mengungkapkan Ibnu Taymiyyah sudah hampir tujuh kali masuk penjara karena pemikirannya, dan ketika Ibnu Taymiyyah ditawarkan untuk membalas memenjarakan ulama yang pernah memenjarakannya, Ibnu Taymiyyah menolak dengan alasan karena ulama tersebut masih bermanfaat untuk masyarakat.

"Uniknya pemikiran Ibnu Taymiyyah juga dipakai di mana-mana, orang-orang liberal memakai pemikiran Ibnu Taymiyyah, dan orang-orang keras pun memakai pemikiran Ibnu Taymiyyah, meski fatwa Ibnu Taymiyyah tersebut didistorsi oleh orang-orang keras," ujarnya.

Kegiatan dilanjutkan diskusi dengan beberapa peserta mitra deradikalisasi bertanya mengenai perbedaan bid'ah dan penyebab ghuluw dalam takfir dan bagaimana cara menangkal ghuluw takfir. Di dalam salah satu jawabannya, Ustaz Saifuddin berpesan bahwa ghuluw bisa diobati, bisa diperbaiki.

"Dan fungsi kita adalah meniatkan diri untuk dakwah dalam nama Allah SWT," tuturnya. (RO/I-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat